MEMUPUK RASA PERCAYA DIRI ANAK

Bab 6 MEMUPUK RASA PERCAYA DIRI ANAK

O anak-anak kita seharusnya sudah mengetahui betapa kita mengasihi mereka.

rangtua memiliki tanggung jawab untuk menanamkan rasa percaya diri yang sehat dan alkitabiah melalui sikap mereka terhadap anak- anak mereka. Saya ulangi lagi, kita seringkali beranggapan bahwa

Tetapi karena anak-anak kita sedang dalam masa pertumbuhan, sehingga kita tidak boleh beranggapan demikian. Ternyata anak-anak kita tidak selalu dapat menyadarinya. Untuk itu diperlukan usaha konkrit.

6.1 PENTINGNYA RASA PERCAYA DIRI

Rasa percaya diri seseorang dapat dilihat bagaimana ia melakukan berbagai hal. Jika seorang anak memiliki rasa percaya diri rendah dan tidak mendapat dorongan dari orangtua, maka kelak ia akan menjadi pribadi yang

62 Mendidik Anak

dan sebagainya. Jadi, rasa percaya diri sangat berpengaruh besar terhadap perilaku seseorang.

Itulah sebabnya orangtua perlu terus membangun rasa percaya diri anak- anak mereka supaya mereka tidak menilai dirinya terlalu rendah tetapi memiliki sikap yang positif pada dirinya, menghargai diri sendiri, dan kemampuan yang dimilikinya.

Untuk melihat pentingnya membangun rasa percaya diri anak, saya akan menghubungkan rasa percaya diri dengan perilaku dalam proses belajar, tanggung jawab dan kreatifitas anak.

a. Rasa percaya diri dan proses belajar

Rasa percaya diri adalah modal dasar yang menentukan sukses seseorang dalam proses belajar. Anak yang memiliki rasa percaya diri rendah cenderung mudah kehilangan semangat dan minat belajar. Akibatnya mendapat hasil atau nilai yang buruk. Bahkan anak yang cerdas pun, namun rasa percaya dirinya rendah bisa mendapat nilai buruk. Jadi, rasa percaya diri rendah sangat menghambat prestasi belajar anak.

b. Rasa percaya diri dan tanggung jawab

Anak yang rasa percaya dirinya rendah cenderung menghindari tanggung jawab. Ia akan berperilaku sedemikian rupa untuk menunjukkan ketidakmampuannya agar dikasihani. Itulah cara ia menghindar dari tanggung jawab. Kalau pun mau menerima tanggung jawab, biasanya memilih tanggung jawab yang ringan.

Memupuk Rasa Percaya Diri Anak 63

potensi di dalam dirinya secara maksimal. Sebab ia dibayang-bayangi oleh rasa takut salah dan gagal serta rasa tidak mampu. Akhirnya ia tidak berani mencoba.

 Rasa percaya diri dan kerohanian Orangtua bertanggungjawab membimbing anak kepada pengenalan

akan iman Kristen, sehingga perlu mempertimbangkan betapa pentingnya rasa percaya diri. Jika anak di keluarganya disambut dan diterima dengan baik, membuat anak menjadi lebih kuat dalam pertumbuhan keyakinannya.

Ada hubungan antara orangtua dengan gambaran tentang Allah. Ada orangtua yang baik, setia, bertanggungjawab, mengasihi dan memperhatikan keluarganya. Sebaliknya juga ada orangtua yang buruk, tidak mempedulikan keluarganya, memberikan kasih yang bersyarat. Ada juga orangtua yang perfeksionis yang menuntut segala sesuatunya sempurna, dan tidak pernah bisa merasa puas. Orangtua seperti ini memiliki standar penilaian yang duniawi. Mengasihi anak karena (karena anak cantik, tampan, berprestasi,dll) adalah kasih yang tidak tepat. Seharusnya kasih orang tua kepada anak adalah kasih yang meskipun (meskipun anak kurang pintar, kurang cantik, ataupun cacat fisik, dll). Anak yang nilainya di sekolah kurang baik dianggap mempermalukan orang tua. Anak sering dimarahi dan terus dikritik. Orangtua tidak pernah merasa puas dengan hasil capaian anak. Karya anak selalu dinilai kurang dan kurang. Orangtua yang demikian akan selalu menuntut, dan tidak pernah bisa memuji anaknya. Menilai anak berdasarkan nilai raport, prestasi, penampilan adalah kasih yang bersyarat. Anak yang mengalami kasih yang bersyarat dari orang tuanya akan mengalami kesulitan dalam membangun hubungannya

64 Mendidik Anak

6.2 CARA ORANGTUA MEMUPUK RASA PERCAYA DIRI ANAK

Lingkungan pertama yang berpengaruh pada perkembangan anak adalah keluarga terutama ayah ibunya. Kata-kata, sikap dan tindakan orangtua memengaruhi pertumbuhan rasa percaya diri anak.

Kadang-kadang bahasa orangtua malah meruntuhkan perasaan harga diri dan nilai anak-anak mereka. Dalam berbagai cara orangtua sering secara tidak sadar mengkomunikasikan sikap memandang rendah atau secara tidak langsung memberi kesan bahwa mereka tidak penting “karena mereka masih kanak-kanak”. Padahal orangtua seharusnya menyadari bahwa diri mereka bertindak sebagai pelindung bagi harga diri dan kehormatan diri anak-anak mereka. 3

Berikut langkah praktis orangtua untuk memupuk rasa percaya diri anak:

a. Cintailah anak Saudara dengan kasih tanpa syarat

Orangtua yang tidak menerima dan mengasihi keberadaan anak secara apa adanya berarti ia gagal mewariskan arti kehidupan yang sebenarnya kepada anak mereka. Janganlah berpikir bahwa harta atau kekayaan adalah segalanya. Justru anak adalah berkat yang melebihi segala kekayaan dunia. Orangtua yang menilai anak berdasarkan penampilan lahiriah adalah orangtua bodoh sebab tidak menghargai anak sebagai berkat Tuhan.

Anak bukanlah pelengkap pernikahan melainkan berkat Tuhan yang harus diterima, dididik dengan penuh tanggung jawab kepada-Nya. Kehadiran anak dirancang Tuhan untuk membawa sukacita bagi orangtua. Firman Tuhan

Memupuk Rasa Percaya Diri Anak 65

kasih yang tanpa syarat. Mencintai sebagaimana keberadaan anak. Cinta yang tanpa syarat menciptakan suasana kondusif untuk perkembangan anak baik secara emosional maupun spiritual. Seorang anak yang tahu ia diterima dan dicintai sebagaimana adanya akan merasa aman dan akan tetap berada dalam hubungan yang terbuka, mempercayai dan berkomunikasi dengan ayah dan ibu mereka.

Haystead mengatakan sebagai berikut: “Seorang anak perlu merasa bahwa tempatnya di dalam keluarga sama sekali tidak bersyarat. Ia diterima sepenuhnya, seadanya dan seutuhnya

tanpa kuatir ditolak ataupun dibuang jika ternyata prestasinya tidak seperti yang diharapkan oleh orangtuanya. Hal-hal ini menolong terbentuknya suatu dasar bagi rasa percaya diri”. 4

Jadi diberkatilah orangtua yang mencintai tanpa syarat. Itulah orangtua yang bijak. Sikap bijak ini akan membantu anak berkembang ke arah kepribadian yang benar dan sehat. Dengan demikian anak memiliki harga diri dan rasa percaya diri yang benar dan sehat.

b. Pakailah perkataan yang baik untuk membangun

Kita tahu bahwa perkataan itu memiliki kekuatan dan dapat memengaruhi siapapun yang kita ajak bicara. Perkataan bisa untuk menolong dan menyembuhkan, atau sebaliknya menyakiti dan menghancurkan. Firman Tuhan mengatakan,”Ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang, tetapi lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan ” (Ams 12:18).

66 Mendidik Anak

permusuhan, dan akhirnya menghancurkan hubungan dengan anak. Atau mungkin anak akan menyerang kembali dengan cara lain untuk memsulihkan harga dirinya yang terluka. Akibatnya hubungan orangtua dan anak semakin memburuk.

Jadi, janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu. Sebaliknya orangtua mengucapkan perkataan yang baik untuk membangun rasa percaya diri anak agar dia bisa sukses dalam aspek kehidupannya di masa depan.

c. Tanamkan tanggung jawab

Orangtua perlu mengembangkan kepemimpinan yang bertanggungjawab kepada anak-anaknya. Untuk mengembangkan rasa tanggung jawab, kami memberi tugas-tugas tertentu kepada anak-anak sedini mungkin. Misal untuk berpakaian sendiri, membersihkan kamar tidur sendiri, dan berbagai tugas di rumah yang menjadi tanggung jawab mereka setiap hari. Kami mulai memberi tugas kepada anak yang sulung supaya adiknya bisa mengikuti teladan kakaknya.

Selain itu, kami juga memberi kepercayaan kepada mereka untuk mengelola uang. Istri saya setiap hari memberi anak-anak uang: ada yang untuk ditabung, uang jajan dan persembahan kepada Tuhan. Terkadang istri saya sengaja memberi uang lebih kepada mereka. Jika anak belajar mengatur uang dengan baik sejak kecil, ia akan terbiasa menggunakan uang tidak sesuka hati mereka sendiri.

Jadi, anak-anak pun hendaknya diajarkan pentingnya mengatur berkat Tuhan. Bila orangtua membiarkan anak-anak mereka menghabiskan seluruh

Memupuk Rasa Percaya Diri Anak 67

Dengan melibatkan anak dalam musyawarah keluarga, akan berdampak positif di mana anak merasa diterima, dihargai dan dihormati, pendapatnya didengarkan dan dihargai. Tindakan orangtua ini sangat menolong anak membangun rasa percaya dirinya. Anak diberi kesempatan untuk menyatakan pendapatnya secara bebas dan belajar mengambil keputusan sendiri setelah mendengarkan pelbagai nasihat dari orangtua.

Dengan orangtua melibatkan anak dalam musyawarah keluarga akan meningkatkan rasa percaya diri anak. Orangtua jangan terlalu kritis menanggapi gagasan,usulan atau pendapat anak melainkan membimbing untuk mencari solusi yang terbaik. Tidak menutup kemungkinan, anak memiliki cara pemecahan yang berbeda dengan orangtua. Berbeda pendapat itu wajar. Sebagai orangtua, Saudara perlu menunjukkan kepada anak Saudara bahwa Saudara cukup lapang dada dalam perbedaan pendapat ini. Katakanlah kepada anak Saudara, bahwa Saudara bukanlah seorang yang sempurna. Saudara membutuhkan bantuan orang lain, tentunya anak-anak Saudara.

Berikut pernyataan Dr. Bruce Narramore: “Jika kita ingin menolong anak-anak kita agar mereka sepenuhnya menghargai diri mereka, agar mereka merasa berarti dan berharga, kita harus mulai dengan menghargai gagasan-gagasan dan pendapat mereka. Anak-anak perlu diberi kesempatan untuk menyuarakan pandangan mereka dan mengetahui bahwa mereka pun didengar. Dengan mendengarkan penilaian dan minat anak-anak kita, kita telah mengatakan kepada mereka bahwa mereka adalah orang-orang yang berharga yang patut didengar. Walaupun anak-anak kita belum cukup dewasa untuk membuat keputusan-

68 Mendidik Anak

anak selalu menuruti keinginan orangtua. Orangtua tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada anak “demi gengsi”. Itu adalah orangtua bodoh dan

egois! Padahal dengan mengajarkan anak memilih dan memutuskan, harapan kami kelak mereka akan bisa menghargai hak orang lain sama seperti haknya dihargai.

Itulah pentingnya musyawarah keluarga menjadi bagian dari kegiatan Saudara sehari-hari. Jika komunikasi sehari-hari berjalan dengan baik antara orangtua dan anak, niscaya anak Saudara akan memperoleh manfaat besar dari kegiatan musyawarah keluarga tersebut untuk meningkatkan hubungan yang hangat dan penuh kasih. Berilah kesempatan pada anak Saudara untuk memilih dan mengambil keputusan, sehingga mereka merasa dihargai. Rasa dihargai itu akan meningkatkan rasa percaya diri pada anak Saudara.

Saya tegaskan kembali bahwa dengan memberi kesempatan anak untuk mengambil keputusan sendiri, bukan berarti Saudara harus melepaskan tanggung jawab sebagai orangtua dan menyerahkan masalah pengambilan keputusan penting kepada anak-anak Saudara. Ada kalanya, orangtua yang harus membuat keputusan. Dan ada saatnya pula anak-anak terlibat penuh dalam pengambilan keputusan. Hal itu merupakan upaya orangtua untuk menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak. Dengan demikian, anak tidak merasa kurang penting di keluarga.

Baiklah kita perhatikan peringatan berikut dari Narramore: “Justru anak-anak yang mempunyai orangtua yang tidak menghargai pandangan mereka dan tidak mau mengikutsertakan anak-anaknya dalam

Memupuk Rasa Percaya Diri Anak 69

kurang dikasihi anak karena menolak permintaan mereka. Orangtua harus berani tegas memutuskan apakah “boleh” atau “tidak” terhadap permintaan anak. Ingat, mengasihi bukan berarti mengabulkan semua permintaan

anak.

Terkadang juga anak tidak sungguh-sungguh mengingini segala sesuatu yang dimintanya. Seringkali mereka sedang meminta pertolongan Saudara karena tidak bisa memutuskan dan berharap Saudara akan mengatakan dengan tegas “boleh” atau “tidak”.

Seringkali orangtua diuji oleh anak-anak mereka. Anak akan merengek dan membujuk, mencoba untuk melawan kehendak orangtuanya dan membuat orangtua mengubah pendiriannya. Tetapi jauh di dalam hatinya, mereka merasa kecewa sekali bila orangtuanya tidak mau tetap berpegang teguh pada keputusannya. 7

Justru ketika orang berani berkata “tidak” terhadap permintaan anak, anak akan mempunyai perasaan aman dan rasa percaya diri bahwa ada orang yang cukup mengasihinya sehingga bersedia memberi batasan yang pasti supayaia dapat bertumbuh ke arah yang benar. Sebenarnya dengan berkata “tidak” terhadap permintaan anak, Saudara sedang meyakinkan bahwa Saudara mengasihinya. Anak Saudara perlu diyakinkan bahwa Saudara mengasihinya. Dengan demikian, anak akan merasa yakin bahwa ia dikasihi orangtuanya. Itulah salah satu cara membangun rasa percaya diri anak. Tuhan akan menolong Saudara agar Saudara cukup peka untuk dapat melihat dan berbuat yang terbaik untuk anak-anak Saudara dengan berani mengatakan “tidak”.

70 Mendidik Anak

Saya dapat melihat kekecewaan di wajahnya. Saya dan istri, memberi pujian atas upayanya untuk mendapat nilai yang terbaik. Kami selalu memuji kemajuannya. Hal itu membuat dia bersemangat lagi dan merasa dikasihi, merasa aman dan diterima apa pun hasilnya. Akhirnya dia bisa mencapai ranking 1 kembali.

Saya dan istri, tidak selalu mengharapkan nilai seratus. Bagi kami yang terpenting bukan pada hasil belajar (angka/nilai) melainkan proses belajar (bagaimana meraih nilai). Kenyataannya bahwa orang yang berprestasi secara angka/nilai bukan jaminan keberhasilan. Ada unsur lain yang tidak kalah pentingnya adalah pertumbuhan karakter, seperti kejujuran, keuletan, kerja keras, berdisiplin, tanggung jawab, dan sebagainya.

Jika anak memperoleh nilai yang kurang memuaskan, dan kami terpaksa mengkritik, maka kritik itu selalu yang membangun karakter anak. Istri saya selalu mengajarkan kepada anak : kamu tentu bisa, coba tambah jam belajarmu. Dengan kritikan yang membangun karakter anak, maka anak akan gemar belajar karena tahu kegunaannya atau alasannya.

Jadilah mitra belajar bagi anak. Jangan menyerah untuk terus memberi motivasi belajar anak. Jika anak bermalas-malasan belajar, jangan dibiarkan saja. Anak yang malas dibiarkan pasti akan malas terus, tidak termotivasi untuk gemar belajar.

g. Jangan memarahi anak di depan orang lain

Perlu diingat selalu walaupun anak masih kecil bukan berarti meraka belum punya rasa malu. Saudara harus memperlakukan anak dengan hati-

Memupuk Rasa Percaya Diri Anak 71

Orangtua perlu memperhatikan anak-anaknya sejak masih kecil terma- suk cara menegur dan memarahi dia. Ingat, perasaan anak itu sangat sensitif sekali walaupun masih kecil. Menegur dan memarahi anak di hadapan umum atau orang lain adalah tindakan bodoh. Itu hanya mempermalukan dan meren- dahkan harga diri anak. Anak yang kurang memiliki rasa berharga tentu rasa percaya dirinya pun rendah. Lebih baik, ajaklah anak berbicara empat mata tan- pa ada orang lain. Berbicaralah secara pribadi dengan anak. Hal ini akan memu- puk rasa percaya diri anak karena anak merasa dihargai.

h. Doronglah anak untuk menghargai dirinya secara sehat

Seorang anak akan belajar menghargai dirinya secara sehat dan wajar kalau ia dihargai dan tidak disepelekan oleh orangtuanya. Anak akan menyenangi dan mempercayai dirinya jika ia merasakan bahwa orangtuanya menyenangi dan mempercayainya.

Selain itu, orangtua perlu membimbing anak agar ia bisa menerima keterbatasan dirinya sebagai hal yang wajar. Setiap anak tentu memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing. Tidak ada manusia yang sempurna. Kegagalan dan keberhasilan harus dipandang sebagai hal yang wajar. Kegagalan harus disikapi secara positif, tidak perlu putus asa, rendah diri dan merasa gagal total.

i. Tanamkan rasa tanggung jawab sejak dini

Dr. Harris Clemes dan Dr. Reynold Bean mengatakan bahwa tanggung jawab bukan sifat yang dibawa sejak lahir. Tanggung jawab harus dipelajari melalui

72 Mendidik Anak

Cara menanamkan dan melatih rasa tanggung jawab kepada anak, orangtua bisa memberikan tanggung jawab atau tugas kepada anak untuk mengerjakan sesuatu sesuai kemampuannya. Jika anak berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, orangtua memberi penghargaan atau pujian. Setiap kali kemampuan anak bertambah, orangtua bisa memberi tugas lain yang lebih besar untuk meningkatkan rasa mampu atau untuk mempraktekkan kecakapannya. Dengan cara ini rasa harga dirinya pun akan meningkat dan menjadi lebih percaya diri.

Sebaliknya, jika anak gagal menyelesaikan tanggung jawabnya dengan baik sebaiknya orangtua memotivasi dan mencoba membantunya dengan memberikan alternatif. Bantuan yang diberikan orangtua itu akan membangkitkan rasa percaya diri anak untuk kembali berusaha sebaik mungkin menggunakan kesempatan atau tugas-tugas yang baru.

Selain itu, untuk menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak, orangtua bisa memberi kesempatan anak untuk belajar memutuskan sendiri. Dengan memberi kesempatan-kesempatan baru kepada anak untuk membuat pilihan dan keputusan, berarti orangtua membantu anak untuk mempraktekkan kemampuannya. Ia akan bertumbuh menjadi pribadi yang mandiri, lebih percaya diri dan bertanggungjawab.

Orangtua yang jarang memberi tugas atau kesempatan kepada anak untuk belajar memikul tanggung jawab serta membuat keputusan, cenderung akan menjadi manja dan rasa percaya dirinya lemah. Sehingga tekanan hidup yang kecil saja sudah mengeluh, frustrasi dan tidak berusaha mencoba sesuatu yang baru.

Memupuk Rasa Percaya Diri Anak 73

cita-cita orangtuanya bisa merusak rasa percaya diri anak. Bila anak gagal juga memenuhi harapan orangtua, anak bisa merasa gagal, dan tidak berarti hidupnya. Jadi orangtua tidak boleh memaksakan kehendak pada anak, melainkan mengarahkan anak ke profesi yang dia minati.

k. Jangan menilai anak berdasarkan hal-hal lahiriah semata

Penilaian orangtua yang berlebihan terhadap hal-hal lahiriah dapat membangun rasa harga diri yang keliru. Hal-hal lahiriah seperti harta, pendidikan maupun penampilan adalah penting tetapi tidak boleh dijadikan ukuran penilaian diri. Orangtua yang terlalu menekankan materi, pendidikan maupun penampilan dapat menyebabkan seorang anak sedikit demi sedikit tanpa disadari, ia belajar menilai harga dirinya dari harta yang dimilikinya; dari pendidikannya maupun penampilannya.

Bila anak tidak memiliki harta banyak seperti yang dimiliki oleh orang lain, ia bisa merasa dirinya tidak berharga atau minder. Bila anak tidak meraih nilai seperti yang dituntut orangtuanya maka anak bisa merasa gagal menyenangkan orangtua bahkan bisa muncul perasaan tertolak. Bila orangtua terlalu menekankan penampilan, anak akan belajar menilai orang lain berdasarkan daya tarik fisik semata. Penilaian-penilaian demikian adalah keliru dan merusak harga diri anak.

l. Jangan menuntut berlebihan pada anak

Orangtua yang menuntut anak secara berlebihan atau menuntut anak untuk melakukan apa yang tidak bisa dia lakukan sangat berbahaya bagi

74 Mendidik Anak

3 Bruce Narramore, Mengapa Anak-anak Berkelakuan Buruk (Bandung : Kalam Hidup,1980), 114 4 Wes Haystead, Mengajar Anak Tentang Allah (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988), 26 5 Bruce Narramore, Mengapa Anak-anak Berkelakuan Buruk (Bandung : Kalam Hidup, 1980),

117 6 Bruce Narramore,Op.Cit., 121 7 Beverly Lahaye,Op.Cit., 176

8 Harris Clemes dan Reynold Bean, Melatih Anak Bertanggungjawab (Jakarta : Mitra Uta- ma,2001), 9