PRINSIP MENDIDIK ANAK

Bab 4 PRINSIP MENDIDIK ANAK

4.1 KESEHATIAN

tabungan, belanja kebutuhan, dan hal lainnya. Orangtua harus selalu terlihat U

ntuk mendidik anak, perlu kesehatian orangtua. Kenyataan dalam rumah tangga, antara suami dan istri bisa berbeda pandangan/ pendapat, misalkan soal keuangan, cara mendidik anak, sekolah anak,

sehati atau kompak di mata anak-anak. Karena itu, sebelum memutuskan sesuatu, Saudara perlu berdiskusi

dengan istri atau suami Saudara agar tidak menimbulkan konflik sehingga menjadi kekuatan yang saling menyerang dan melemahkan. Betapa sering seorang ibu mengijinkan apa yang dilarang oleh bapak. Atau mungkin bapak berkata boleh, ibu berkata tidak boleh. Jika bapak mendisiplin/menghukum anak, kemudian ibunya membelanya secara langsung di depan bapaknya. Jelas

44 Mendidik Anak

anak-anak mereka dan kemudian melaksanakan keputusan bersama mereka itu. Untuk membuat disiplin itu menjadi efektif orangtua harus seia sekata, kompak. Anak-anak akan segera tahu jika ayah dan ibu mereka tidak kompak, dan mereka akan mulai mengadu domba. 1

4.2 KASIH DAN KEADILAN

Dr. Stephen Tong mengatakan bahwa kasih dan keadilan adalah dasar dalam mendidik anak. Kebutuhan anak bukan saja kasih tetapi juga keadilan. Keluarga harus menjadi tempat di mana keadilan ditegakkan karena orangtua menjadi wakil Allah untuk mendidik anak. Tanpa kasih dan keadilan, pendidikan anak akan gagal. Kedua hal tersebut harus berjalan seimbang dalam proses mendidik anak. 2

Jika Saudara melanggar prinsip kasih dan keadilan, akan muncul perasaan iri hati dan persaingan di antara anak-anak Saudara. Siapa yang dirugikan? Saudara rugi dan anakpun rugi. Anak bisa muncul kepahitan dan kebencian terhadap Saudara. Di mana ada kebencian, di situ iblis masuk untuk merusakkan hidup manusia sebab kita tahu maksudnya.

Kasih dan keadilan berpadu hasilnya adalah kuasa/otoritas. Saya akui ini tidak mudah, tapi dengan pertolongan Tuhan dan hikmat-Nya, orangtua akan diberi kemampuan untuk memadukan keduanya menjadi indah. Saya bergumul bagaimana menjadi ayah yang ditakuti sekaligus dicintai oleh anak- anak saya. Sebab jika anak Saudara sangat cinta kepada Saudara tetapi tidak takut kepada Saudara, berarti Saudara orangtua yang gagal. Sebaliknya, jika anak Saudara begitu takut kepada Saudara tetapi tidak cinta kepada Saudara,

Prinsip Mendidik Anak 45

Dr. James Dobson seorang pakar fokus pada keluarga mengatakan bahwa persaingan keluarga akan menjadi buruk sekali bila tidak ada keadilan yang bijaksana dalam keluarga, di mana “para pelanggar hukum” dibebaskan tanpa diadili. Penting sekali bagi kita untuk mengerti bahwa dalam masyarakat, hukum diciptakan dan dijalankan untuk melindungi orang yang satu dari yang lain. Demikian juga keluarga adalah masyarakat kecil yang membutuhkan persyaratan yang sama untuk melindungi hak asasi manusia.

Sebagai ilustrasi, misalnya saya tinggal dalam satu masyarakat yang tidak mempunyai hukum yang jelas. Tidak ada polisi dan tidak ada pengadilan yang dapat menyelesaikan perselisihan pendapat. Dalam keadaan seperti itu, saya dan tetangga saya dapat saling melecehkan tanpa menerima hukuman. Ia dapat melempar batu ke rumah saya dan saya dapat membalas melempar kursi ke jendela rumahnya. Sikap saling bermusuhan seperti ini semakin hari akan memanas dan menjadi semakin hebat sejalan dengan berlalunya waktu. Bila terus dibiarkan, akhirnya akan menimbulkan kebencian dan pembunuhan. 3

Jadi, bila tidak ada keadilan maka “sesama manusia” dalam satu keluarga akan mulai saling menyerang dan perkelahian tak henti-hentinya di antara saudara sekandung. Intinya, setiap keluarga Kristen butuh hukum dan hukuman sehingga tercipta ketertiban, saling mengasihi dan melindungi.

4.3 KONSEKUENSI

Rumah tangga Saudara harus ada aturan yang jelas. Rumah tangga tanpa aturan akan menjurus ke arah kekacauan dan mengalami kesulitan. Semua pendidikan membutuhkan peraturan-peraturan yang jelas dan pasti.

46 Mendidik Anak

hati (mood) tanpa petunjuk. Anak yang sejak kecil dibiarkan bertumbuh tanpa mengenal peraturan di keluarga pasti mereka akan berjalan menuruti kemauannya sendiri hingga menginjak remaja, Saudara benar-benar akan mengalami kesulitan untuk mendisiplin, mengarahkan perilakunya.

Orangtua perlu mengenalkan beberapa peraturan kepada anak mereka di keluarga sejak dini. Untuk melaksanakan peraturan memang dibutuhkan ketetapan hati atau kemauan keras. Kalau orangtua mendidik anak sejak dini dengan konsekuen, sehingga pada masa mudanya akan lebih mudah diarahkan tanpa “tongkat” melainkan cukup dengan kata maupun mata saja.

Bila tata tertib rumah tangga dilanggar? Setiap kesalahan atau pelanggaran harus ada disiplin atau hukuman sebagai konsekuensi atas pelanggaran tersebut. Mengapa perlu ada hukuman? Itu adalah cara dan perintah Tuhan sendiri dalam mendidik umat-Nya. Ibrani 12:6-11 demikian:

“Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya , dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.” Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk

Prinsip Mendidik Anak 47

buah kebenaran yang memberikan damai kepada anak-anak Saudara . Disiplin sangat berfaedah besar bagi anak-anak Saudara.

Saudara perlu ikuti! Firman Tuhan mengatakan,”Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya, tetapi siapa yang mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya” (Ams 13:23). Jadi disiplin adalah bentuk kasih dan perhatian

orangtua kepada anak. Disiplin merupakan upaya orangtua untuk melindungi anak dari kebiasaan atau perilaku buruk. Dengan demikian, hukuman adalah unsur disiplin.

Orangtua yang sulit menerapkan konsekuensi atau hukuman akan sulit menanamkan tanggung jawab kepada anak-anaknya. Orangtua perlu menghukum anak ketika mereka melakukan kesalahan adalah wajar dan itu sebenarnya merupakan kebutuhan anak. Anak yang tidak pernah dihukum ketika melakukan kesalahan atau pelanggaran terhadap aturan yang Saudara berikan, maka ia akan cenderung tumbuh menjadi orang yang egois dan tidak bertanggungjawab.

Mengasihi anak bukan berarti tidak menghukum atau mendisiplin anak jika ia perlu mendapat sangsi. Orangtua harus bersikap tegas dalam hal apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Sekali lagi, aturan harus jelas dan dilakukan dengan konsisten. Dengan demikian, anak akan mengerti bahwa dibalik perintah ada konsekuensi atau sanksi sehingga mereka tidak mempermainkan perintah. Orangtua hendaknya konsekuen supaya tidak meruntuhkan wibawanya sendiri.

Hal-hal berikut ini penting diperhatikan sebelum Saudara melakukan

48 Mendidik Anak

Dr. Mary Setiawani mengatakan bahwa disiplin mengandung unsur pengarahan dan pengendalian diri: 6  Disiplin mengandung arti pengarahan akan hal-hal yang benar dan salah, di mana pembentukan karakter Kristen berlandaskan Alkitab sehingga dapat menyatakan kepada kita apa yang benar dan yang salah.  Disiplin mengandung unsur pengendalian diri, sebab anak itu memerlukan pengendalian diri karena sejak lahir sudah membawa sifat-sifat dosa. Dan kencenderungan anak adalah berbuat dosa dan cenderung egois. Apa saja yang diminta harus segera dipuaskan, kalau tidak segera dipuaskan, ia akan marah-marah. Tidak ada seorang ibu pun yang mengajar anaknya marah- marah atau menangis kalau tidak diberi apa yang ia inginkan. Tetapi hal ini langsung terlihat pada bayi sejak lahirnya. Melalui disiplin, anak dilatih untuk menguasai dirinya dengan pertolongan Tuhan. Disiplin berarti melatih anak melakukan pengendalian diri.”

Saya sering mendengar ungkapan bahwa orangtua tidak boleh melarang anaknya menggambar atau menulis di dinding sebab itu merupakan tanda kre- atifitas anak. Bagi saya, itu bukan kreatif tetapi kurang disiplin. Ketika saya me- lihat anak saya mulai mencoret-coret dinding, langsung saya memberi penger- tian bahwa itu tidak baik. Rumah menjadi kotor. Kemudian, saya ambilkan kertas, buku, dan pensil warna. Jadi anak perlu diarahkan dengan disiplin tinggi namun penuh kasih . Anak tidak dilarang tetapi diarahkan. Ini sikap orangtua bijak.

b. Langkah menghukum anak :

Prinsip Mendidik Anak 49

Aturan dibuat agar anak-anak bertumbuh ke arah tingkah laku yang baik dan dapat memiliki pengendalian diri. Ini tidak terjadi secara otomatis. Orangtualah yang harus membimbing anak untuk menanamkan disiplin kepada mereka.

ii) Saudara harus menasihati dan memberi peringatan Orangtua yang menghukum anak tanpa terlebih dahulu menasihati dan

memberi peringatan adalah orangtua bodoh. Jika anak melakukan kesalahan atau pelanggaran, orangtua wajib menasihati dan memperingatkan kepadanya.

iii) Berilah hukuman dengan tegas Bagaimana, bila anak kita tidak mau taat? Jika diperintah berulang-ulang,

sudah dinasihati dan diperingati tetap tidak diindahkannya dan anak tidak berubah, maka anak perlu diberi hukuman dengan tegas tetapi hukuman tidak perlu keras. Orangtua harus konsekuen. Ketidaktaatan harus diberi sanksi. Jika ketidaktaatan tak ada sanksi berarti orangtua tidak konsekuen dalam menuntut pelaksanaan perintah. Itu sudah tentu meruntuhkan wibawa orangtua sendiri di depan anak.

iv) Jangan dikuasai kemarahan Hal ini penting bagi orangtua bila harus mengoreksi anak, jangan tinggikan

suaramu . Jangan hilang pengendalian diri Saudara! Sebab bila orangtua mengoreksi anak dengan marah, kesalahannya adalah lebih besar daripada

anak itu sendiri. Menggertak anak ketika anak itu bersalah adalah membuat keadaan lebih buruk. Tindakan ini tidak akan menjadikan dia lebih baik. 7

50 Mendidik Anak

Jangan menjadi orangtua bodoh! Ketika Saudara hendak menjalankan disiplin terhadap anak Saudara, maka Saudara harus terlebih dahulu menang atas kemarahan Saudara sendiri. Saudara harus menunggu sampai Saudara tenang dan dapat menguasai diri. Dengan demikian, anak akan melihat betapa Saudara mengasihi mereka.

v) Berilah hukuman sesegera mungkin Hukuman bersifat segera! Jangan menunda memberi hukuman ketika anak melanggar aturan yang Saudara berikan kepadanya. Bila Saudara menunda-nunda, maka aturan yang Saudara berikan dianggap tidak serius untuk ditaati oleh anak. Anak akan mengulangi kesalahan tersebut,”Oleh

karena hukuman terhadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, maka hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat” (Pkh 8:11).

Berikut pernyataan Dr. Thomas P. Jhonson mengatakan: “Hukuman harus dilaksanakan dengan cepat, beralasan, harus

berhubungan dengan pelanggarannya dan harus mutlak dilaksanakan.” 8

Jangan sekali-kali menunda memberi hukuman kepada anak, apalagi tawar-menawar dengan anak. Saudara harus konsekuen dan konsisten. Di situlah Saudara menegakkan wibawa sebagai wakil Tuhan untuk mendidik mereka dan didikan Saudara akan didengar anak.

Sekali lagi, saya ulangi bahwa hukuman harus segera dilaksanakan. Jangan tunda-tunda. Bila hukuman tersebut pelaksanaannya ditunda akan kehilangan efeknya yang tepat.

Prinsip Mendidik Anak 51

vii) Hukuman harus sesuai pelanggaran Saudara harus menghukum anak sesuai kesalahan atau pelanggarannya. Hal ini perlu sebab Saudara harus bertindak adil. Jadi berat ringannya

hukuman harus disesuaikan dengan berat ringannya kesalahan anak. viii) Hukuman harus disesuaikan dengan keadaan anak

Saudara harus mengerti bahwa tiap anak tidak bisa diperlakukan sama. Ada anak yang dengan kata-kata agar keras sudah cukup. Untuk anak ini tidak perlu hukuman fisik. Ada anak yang dengan kata-kata agak keras tidak berubah. Untuk anak ini perlu ancaman akan dihukum.

ix) Ajar anak untuk meminta maaf Mendidik anak tidak luput dari kesalahan dan kegagalan. Tidak ada orangtua sempurna. Yang dituntut adalah kerendahan hati dan kejujuran.

Orangtua pun bisa berbuat kesalahan terhadap anak mereka. Mengakui kesalahan dengan jujur dan terbuka di hadapan anak dan meminta maaf kepadanya, bukanlah kekurangan dan sekali-kali tidak akan meruntuhkan wibawa orangtua. Justru tindakan ini memupuk rasa percaya dan hormat yang mendalam pada orangtua.

Seringkali orangtua walaupun mengetahui bahwa mereka bersalah terhadap anak mereka, jarang mereka mengakui dan meminta maaf kepada anak.

Jika orangtua tidak pernah memberi teladan untuk meminta maaf bila berbuat kesalahan kepada anak, maka anak pun akan menirunya. Ketika anak berbuat kesalahan, ia tidak merasa perlu meminta maaf.

52 Mendidik Anak

ampun adalah orang yang tidak bahagia,”Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu! (Mzm 32:1-2). Jadi, penting Saudara mengajar anak meminta maaf jika berbuat kesalahan.

c. “Jangan Lakukan”

i) Jangan menyiksa Saya setuju hukuman, tapi bukan siksaan. Firman Tuhan

mengatakan,”Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya ” (Ams 19:18). Hukuman harus diberikan

tetapi tetap pada batas-batas kewajaran atau realistis dan juga logis. Dengan demikian, anak akan sadar bahwa Saudara sungguh-sungguh mengasihinya. Anak tidak akan menyimpan dendam atau sakit hati kepada Saudara. Justru mereka akan bersyukur dan berterima kasih kepada Saudara.

Alkitab selalu menyinggung “tongkat” apabila sedang membicarakan soal menegur anak-anak. Amsal 22:15,”Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya”. Tongkat didikan ini yang dimaksudkannya adalah tangan Saudara sendiri. Pukulan itu ada dua macam, yang benar dan yang salah. Pukulan yang salah ialah pukulan yang keras, dan kejam yang dilancarkan dalam kemarahan. Pukulan yang demikian ini hanya akan membuat anak menjadi marah dan ingin membalas dendam. Pukulan yang benar diberikan dengan pendekatan yang positif dan benar. Pukulan itu diberikan untuk mengajarkan agar anak

Prinsip Mendidik Anak 53

dipukul. Bagian kepala tidak boleh dipukul! Tuhan menciptakan kita dengan bagian-bagian khusus yang boleh dipukul, sebab dagingnya tebal

sekali. Sakit tetapi tidak sampai luka dalam, yaitu di pantat. Salah memukul bisa menjadikan kita menyesal seumur hidup”. 9

Hal serupa diungkapkan oleh Beverly Lahaye sebagai berikut: “Di dalam Alkitab sudah dituliskan bagian tubuh si anak yang boleh dipukul oleh tongkat didikan. Di dalam anatomi setiap anak, Allah sudah menyediakan tempat di mana terdapat jaringan tebal yang berlemak yang dapat menahan pukulan yang keras tanpa mematahkan tulang atau melukainya. Tempat yang boleh dipukul ini terletak di punggung sebelah bawah dan langsung di atas paha sebelah belakang yaitu pantat; setiap anak mempunyai pantat yang gemuk dengan jaringan berlemak”. 10

Kitab Amsal menyinggung bagian tubuh ini. “Di bibir orang berpengertian terdapat hikmat, tetapi pentung tersedia bagi punggung orang yang tidak berakal budi” (Ams 10:13)

“Hukuman bagi si pencemooh tersedia dan pukulan bagi punggung orang bebal” (Ams 19:29).

Jadi, tindakan disiplin tidak boleh melampaui batas atau bertindak kejam maupun menyiksa. Bila anak melanggar tata tertib di keluarga, maka Saudara perlu memberikan pengertian tentang konsekuensi atau hukuman yang logis. Hukuman yang logis akan mendorong anak untuk introspeksi diri secara benar dan sehat, supaya ia bertumbuh menjadi pribadi yang

54 Mendidik Anak

mereka sudah gagal total. Padahal berbuat kesalahan itu hal wajar. Jangan terlalu dibesar-besarkan. Bukankah kesalahan itu dapat diatasi?

Sangat penting para orangtua menolong anaknya untuk memperkembangkan rasa harga diri yang wajar. Seba itu orangtua perlu memperhatikan setiap perkataan ketika menegur anak. Orangtua boleh mengatakan,”Kamu tadi bertindak bodoh!”, bukan “kamu bodoh!” Lain maknanya. “Kamu bodoh” itu menyerang harga diri anak dan merendahkannya. Tetapi pernyataan “Kamu tadi bertindak bodoh” menunjukkan pada tindakan yang seharusnya tidak dilakukan. Itu merupakan koreksi atas tindakannya.

Saya sebagai orangtua pun pernah berbuat kesalahan juga. Karena itu, saya juga memberi “ruang” bagi anak-anak saya untuk bisa berbuat kesalahan. Bukan boleh berbuat kesalahan. Dapatkah Saudara memahami perbedaan antara “bisa” berbuat salah dengan “boleh” melakukan kesalahan?

Kesalahan-kesalahan kecil yang dilakukan oleh anak harus ditanggapi dengan kasih dan adil. Bersikap adil karena kita sebagai orangtua pun bisa berbuat salah dan meminta anak untuk bisa menerima dan memaafkan. Sikap demikian akan memupuk rasa percaya diri anak.

Sebaliknya kata-kata negatif orangtua itu akan cenderung untuk terus membekas begitu dalam di hati anak-anak dan itu jelas menghambat pertumbuhan harga diri yang positif pada anak-anak kita.

Jadi, waktu menghukum anak fokusnya ada pada kesalahan anak,

Prinsip Mendidik Anak 55

kuberi makan kamu”, kenyataannya Saudara tidak akan melakukan hal itu bukan? Apa yang Saudara katakan tidak akan Saudara lakukan, karena memang tidak mungkin. Itu adalah ancaman kosong.

Sebagai orangtua, Saudara perlu berhati-hati mengeluarkan kata- kata ancaman. Ancaman kosong akan membuat anak tidak respek terhadap orangtuanya. Orangtua tidak punya otoritas. Saya ingatkan lagi, bahwa hukuman itu harus rasional.

4.4 KONSISTENSI

Aturan dan disiplin harus dijalankan dengan konsisten. Orangtua ketika senang, dan anak melakukan hal yang tidak diperbolehkan, dan hal itu dibiarkan saja dan tidak marah. Kemudian pada saat orangtua susah lalu anak melakukan sesuatu yang dilarang, orangtua langsung menjadi marah-marah. Itu adalah sikap orangtua yang tidak konsisten.

Jika Saudara tidak konsisten dalam menjalankan aturan dan disiplin, anak Saudara akan menjadi bingung mengenai standar/tolok ukur tentang apa yang boleh dan yang tidak boleh, antara yang benar dan yang tidak benar.

Mendidik anak dengan memberikan contoh akan lebih bermanfaat daripada mengemukakan segala peraturan dan nasihat. Mendidik anak akan menemui kegagalan, bila apa yang dilakukan orangtua bertolak belakang dengan apa yang diajarkan dan dinasihatkan.

Saudara harus konsisten antara perkataan dan tindakan. Sikap Saudara yang tidak konsisten tersebut akan melukai perasaan anak dan

56 Mendidik Anak

Jadikan diri Saudara sendiri sebagaimana yang Saudara inginkan agar dilakukan oleh anak Saudara. Kalau permintaan atau tuntutan-tuntutan Saudara terhadap anak bertolak belakang dengan perilaku/tindakan Saudara, maka janganlah harap permintaan/tuntutan/peraturan itu berhasil. Tak masuk akal

mengharapkan agar anak-anak Saudara tertib, dan disiplin bila Saudara sendiri tidak menunjukkan hal-hal tersebut dalam kehidupan setiap hari

di depan anak-anak Saudara . Ijinkan diri Saudara sendiri terlebih dahulu dididik oleh Allah sebelum Saudara hendak mendidik anak. Hanya melalui

dididikan Allah Bapa, Saudara akan belajar hidup konsisten antara apa yang Saudara harapkan dilakukan oleh anak Saudara dengan apa yang Saudara sendiri lakukan.

1 Beverly Lahaye, Membina Temperamen Anak (Bandung : Kalam Hidup,1993), 199 2 Stephen Tong, Membesarkan Anak Dalam Tuhan (Jakarta : LRII,1997),24 3 James Dobson, Kendalikan Selagi Mampu (Bandung: Kalam Hidup, 1993),148

4 Tonci R. Salawaney, Apakah Rumah Tangga Anda Bahagia (Bandung: Lembaga Literatur Baptis,1998), 24 5 Elisabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak (Jakarta : Erlangga,1992), 87 6 Stephen Tong dan Mary Setiawani, Seni Membentuk Karakter Kristen (Jakarta : LRII, 1995), 18-19 7 Tonci R. Salawaney, Op.Cit., 14

8 Beverly Lahaye, Membina Temperamen Anak (Bandung : Kalam Hidup,1993), 198 9 Stephen Tong dan Mary Setiawani, Op.Cit., 20