Kondisi Nutrien dan Logam Berat di Perairan Sekitar Pulau Matak (Laut Natuna),
Kondisi Nutrien dan Logam Berat di Perairan Sekitar Pulau Matak (Laut Natuna),
Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau . Bagus A. Utomo, Setyo P. Nugroho (Pusat Penelitian Lingkungan Hidup IPB; [email protected])
Kabupaten Kepulauan Anambas berada di Laut Natuna dan berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan. Matak merupakan salah satu pulau di Kepulauan Anambas yang memiliki tingkat aktivitas tinggi, menjadi urat nadi ekonomi, dan sebagai tempat penunjang logistik aktivitas lepas pantai perusahaan migas di Laut Natuna. Adanya kegiatan migas berpotensi memberikan dampak terhadap kualitas air laut. Penelitian ini bertujuan melihat kondisi perairan di sekitar Pulau Matak (Laut Natuna) berdasarkan beberapa parameter kandungan nutrien dan logam berat. Berdasarkan hasil pengamatan selama 5 tahun (2011 – 2016), parameter minyak dan lemak, timbal, seng, dan merkuri mempunyai pola kecenderungan stabil. Namun, parameter total fosfat, total fenol, dan nitrat cenderung tinggi dan berfluktuasi. Pola kecenderungan dari ketiga parameter tersebut cenderung menurun dan memenuhi baku mutu. Relatif tingginya kadar total fosfat, nitrat nitrogen, dan total fenol diduga berkaitan dengan land base contaminant (kontaminan berasal dari aktivitas di darat). Hal tersebut sesuai dengan referensi yang menyatakan bahwa kadar amonia, nitrat, dan ortofosfat beberapa wilayah di Laut Cina Selatan melebihi baku mutu bersumber dari limbah domestik di darat (UNEP, 2007). Selain itu, parameter total fenol bisa dari proses metabolisme mikroorganisme, proses degradasi tumbuhan, dan/ lapisan topsoil dari daratan (Ramos, 2010).
PFKB 028
Evaluasi Pengelolaan Dampak Kegiatan Penambangan Emas pada Komponen
Hidrologi. Jailani Husain, Linda Tondobala (PPLH-SDA LPPM Universitas Sam
Sistem penambangan terbuka (open pit) umumnya menimbulkan perubahan bentang alam yang akan mempengaruhi interaksi sistem lahan, termasuk juga proses-proses hidrologi. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) adalah salah satu instrumen yang ditetapkan pemerintah untuk mengidentifikasi dan menganalisis dampak penting yang ditimbulkan oleh kegiatan penambangan. Kemudian dirumuskan dan ditetapkan bagaimana dampak penting tersebut dikelola dan dipantau pengelolaannya. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas upaya pengelolaan dampak penting yang ditimbulkan oleh kegiatan penambangan emas sistem terbuka seluas pada areal seluas 280 ha terhadap kondisi beberapa Sistem penambangan terbuka (open pit) umumnya menimbulkan perubahan bentang alam yang akan mempengaruhi interaksi sistem lahan, termasuk juga proses-proses hidrologi. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) adalah salah satu instrumen yang ditetapkan pemerintah untuk mengidentifikasi dan menganalisis dampak penting yang ditimbulkan oleh kegiatan penambangan. Kemudian dirumuskan dan ditetapkan bagaimana dampak penting tersebut dikelola dan dipantau pengelolaannya. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas upaya pengelolaan dampak penting yang ditimbulkan oleh kegiatan penambangan emas sistem terbuka seluas pada areal seluas 280 ha terhadap kondisi beberapa
PFKB 029
Mikroplastik dan global warming, apakah keduanya berbahaya bagi kerang hijau
Perna viridis? Dea Fauzia Lestari*, Hernan Martin Barbadillo Alonso, Mark Lenz, Neviaty P. Zamani (Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH-LPPM) Institut Pertanian Bogor; [email protected])
Saat ini tidak hanya pemanasan global yang menjadi topik menarik dalam penelitian tapi juga polusi microplastik di laut. Jumlah microplastics yang yang melimpah di kaswasan pesisir, berasal dari proses erosi bahan plastik secara kimia dan fisik, terakumulasi dalam sedimen dan kolom air, dan dicerna oleh organisme laut termasuk pada fase juvenile. Untuk alasan ini kami mengamati beberapa respon variabel seperti respirasi dan survival, apakah ada interaksi efek antara polusi microplastik dan meningkatnya suhu. Kami melakukan eksperimen laboratorium dalam jangka panjang (80 hari) menggunakan kerang hijau Perna viridis dengan konsentrasi microplastik (0 mg/l, 2 mg/l, 20 mg/l, 200 mg/l) dan temperature (28 °
C, 30 ° C, 32 ºC) . Hasilnya menunjukkan bahwa microplasti dan peningkatan temperature dapat menjadi stressor untuk Perna viridis secara terpisah. Meningkatnya suhu dapat meningkatkan nilai respirasi, di sisi lain meningkatnya konsentrasi microplastik dapat menurunkan nilai respirasi. Kenaikan suhu dapat meurunkan survival, namun tidak ada pengaruh yang signifikan dari konsentrasi mikroplastik terhadap survival rates.