Inventarisasi Potensi Wisata Ekstrim Batu Dinding Kabupaten Minahasa Selatan.
Inventarisasi Potensi Wisata Ekstrim Batu Dinding Kabupaten Minahasa Selatan.
Zetly E. Tamod, Evelin J. R. Kawung, MS (Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado; [email protected])
Kabupaten Minahasa Selatan kaya akan lokasi wisata. Obyek Wisata Alam Batu Dinding merupakan sebuah kawasan yang berada pada Aliran Sungai Ranoyapo. Obyek dan Daya Tarik wisata Batu Dinding sangat menarik dan unik. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi potensi Wisata ekstrim batu dinding Kabupaten Minahasa Selatan. Metode penelitian dilakukan melalui metode survei. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Pemandangan alam tebing batu yang menempel di
bukit, tergolong unik dan terletak di dekat Sungai Ranoyapo dengan Ketinggian ± 100 m terhampar sekitar 200 m menjadi tempat wisata yang menarik dan ideal untuk para pemanjat tebing. (2) Kawasan obyek wisata Batu Dinding berada pada lintasan Desa Kilo Tiga di wilayah Kelurahan Buyungon Kecamatan Amurang, dapat ditempuh melalui jalur sirkulasi kendaraan dan dilanjutkan dengan sirkulasi jalan setapak manusia. (3) Aspek akustik lokasi Tapak Batu Dinding jauh dari sumber kebisingan adalah suara air sungai Ranoyapo, kicauan burung, bunyi daun yang bergerak dihembus angin. (4)Pada tapak dasar bukit mengarah ke puncak batu dinding, banyak ditumbuhi vegetasi pohon, di samping ada tanaman perdu yang menempel di batu. Sedangkan pada akses masuk dan sekitarnya ditumbuhi semak dan beberapa tanaman budidaya. (5)Penempatan fasilitas di lahan tapak dapat dasarkan dari karakteristik lahan tapak. Antara lain untuk sirkulasi menuju tapak, tempat berkemah untuk pemanjat dinding dan tempat berpiknik untuk pengunjung tergolong sesuai dengan faktor pembatas hanya batu dan banjir. (6) Bentang lahan berdasarkan profil tanah di lokasi sekitar Batu dinding menunjukkan adanya tiga bahan induk. Lapisan atas terdiri dari pasir volkanik, berupa hamparan pasir yang berada di atas batuan volkanik. Lapisan tengah terbentuk dari lava volkanik yang merupakan hasil aliran magma gunung berapi. Lapisan tiga merupakan endapan dari sungai yang mengalami beberapa kali luapan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya bahan aluvial. (7) Batuan yang menempel di bukit menunjukka n karakteristik dari Lava Andesit, hipokristalin, vitrofirik dengan fenokris (30%) terdiridari: plagioklas, piroksen, K-feldspar, berukuran 0.2-1.35 mm, berbentuk euhedral-subhedral. Fenokris tertanam pada massa dasar (60%) berupa gelas volkanik yang menunjukkan tekstur aliran dan mulai terdevitrifikasi dan terubah menjadi mineral lempung.
EKHL 007
Fenology Bunga Jenis-Jenis Pohon pada Kawasan Hutan di Pulau Lombok sebagai
Marka Biologi Climate Change. Padusung*, I GdeMertha (Staf Pengajar pada Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNRAM; [email protected])
Peristiwa pemanasan global yang diakibatkan perubahan temperature dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Salah satu efek yang terjadi yakni perubahan-perubahan pada proses reproduksi tanaman pada fase generative seperti proses pembungaan. Telah dilakukan penelitian masa berbunga jenis-jenis pohon pada kawasan hutan dengan tujuan untuk mengkaji kembali trend fenologi bunga masing-masing spesies sebagai respon atas kondisi klimatik. Pengambilan data dilaksanakan selama delapan tahun (2008 – 2016) pada kawasan hutan di Pulau Lombok. Data masa berbunga jenis-jenis pohon pada kawasan hutan yang diperoleh dibandingkan dengan deskripsi masa berbunga yang telah tercatat pada deskripsi masing-masing spesies pada buku flora dan publikasi terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa trend fenologi beberapa spesies tumbuhan hutan telah mengalami perubahan berupa pergeseran masa berbunga yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan sekitar akibat climate change. Jenis-jenis tersebut berpotensi sebagai marka biologi (bioindikator) untuk monitoring perubahan iklim ke depan.
EKHL 008