Degradasi Hutan Lindung Tipe Kerangas Contoh Kasus: Pengelolaan Hutan
Degradasi Hutan Lindung Tipe Kerangas Contoh Kasus: Pengelolaan Hutan
Lindung Tipe Kerangas di Kalimantan Selatan. Kissinger*, Hamdani, Rina Muhayah N.P. (Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Lambung Mangkurat; durror2ali@yahoo.com)
Kerangas adalah suatu istilah suku Dayak Iban terhadap lahan yang apabila hutannya ditebang dan selanjutnya ditanami padi maka padinya tidak akan bisa tumbuh. Tanah di hutan kerangas dicirikan dengan tanah podsol, pH rendah, miskin hara, kaya akan pasir kuarsa, dan kerap memiliki lapisan gambut tipis di atas permukaan tanah dengan jenis tumbuhan yang khas dan jumlah jenis terbatas. Hutan kerangas yang telah mengalami gangguan akan sukar untuk pulih kembali. The International Union for The Conservation of Nature mengkategorikan hutan kerangas dengan status vulnerable (rawan). Berdasarkan hasil beberapa penelitian, fungsi hutan kerangas di antaranya adalah i) Sebagai buffer area dalam menjaga fungsi hidroorologis kawasan, ii) Sekitar ≥ 90% vegetasi di hutan kerangas
merupakan sumber bahan pengobatan, iii) Penyimpan karbon. Tulisan ini berupaya mengidentifikasikan penyebab utama kegagalan pengelolaan hutan lindung tipe kerangas di Kalimantan Selatan dan menganalisis dampak kegagalan terhadap komponen lingkungan. Terdegradasinya hutan lindung tipe kerangas di Kalimantan Selatan diindikasikan melalui: i) Kehilangan biodiversitas pohon. Terjadi penurunan jumlah jenis pohon dan tiang yang ditemukan dari 12 jenis menjadi hanya tersisa 2 jenis; ii) Keterbukaan lahan. Keterbukaan lahan sebagai akibat penebangan, pertambangan, kebakaran lahan, permukiman, komplek pemakaman dan kebun masyarakat. iii) Kebakaran berulang dan bencana asap yang ditimbulkan. Kebakaran lahan dan bencana asap hampir setiap tahun terjadi dan frekuensinya dalam satu tahun lebih dari satu kejadian; iv) Menurunnya fungsi hidroorologis kawasan. Banjir hampir terjadi setiap tahun di saat musim hujan. Kemampuan kawasan hutan kerangas sebagai sumber air bersih juga terganggu v) penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan tata ruang. Berbagai penggunaan lahan terjadi di kawasan hutan lindung yang tidak sesuai dengan tata ruang. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdegradasinya disebabkan kekurangpedulian masyarakat dan pihak pengelola terhadap hutan kerangas. Pemicu dari kekurangpedulia n tersebut di antaranya disebabkan oleh: i) interest yang kurang sebagai dampak dari ketidakmampuan mengeksplorasi nilai manfaat penting dari hutan kerangas dan belum bisa mengidentifikasi secara kongkret kerugian yang ditimbulkan bila hutan kerangas tersebut terdegradasi, ii) Diskontinuitas sistem nilai yang dimiliki dan intervensi sistem nilai baru yang tidak sesuai dengan karakteristik bioekolog i kerangas merupakan faktor mendasar yang mempengaruhi sikap kekurangpedulia n dan pengrusakan terhadap hutan kerangas, iii) tumpang tindihnya kepemilika n lahan di kawasan hutan lindung, iv) Lemahnya penegakan hukum. Konflik berbagai kepentingan dalam pengelolaan hutan lindung menjadikan proses penegakan hukum semakin lemah.
EKHL 005
Perubahan Tutupan Lahan di DAS Tond ano, Sulawesi Utara: Implikasi bagi
Pengelolaan Sumberdaya Alam Berkelanjutan . Wiske Rotinsulu*, Hengky Walangitan,
Pertanian Unsrat Manado; wiske_rotinsulu@yahoo.com )
Perubahan tutupan lahan menjadi salah satu perhatian utama dalam monitoring lingkungan. Pemantauan perubahan tutupan lahan penting dilakukan untuk memahami mekanisme perubahan dan modeling dampak perubahan bagi lingkungan dan ekosistemnnya pada skala yang berbeda (William et al., 1994). Potensi dampak yang ditimbulkan diantaranya meningkatnya erosi, banjir dan
longsor, meningkatnya konsentrasi CO 2 , perubahan iklim dan kehilangan keanekaragaman hayati (Myers, 1988). Kegiatan manusia yang merombak hutan
untuk perluasan lahan pertanian, pembalakan kayu, pertambangan dan urbanisasi merupakan penyebab utama terjadinya perubahan tutupan vegetasi. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah DAS Tondano yang meliputi beberapa kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara. Hasil penelitian yang dilakukan di wilayah DAS Tondano periode 1989 dan 1999 menunjukkan perubahan tutupan lahan sebesar 54% terutama disebabkan karena kegiatan pertanian dan urbanisasi (Prenzel dkk, 2006). Perubahan tutupan lahan di wilayah DAS Tondano telah berkontribusi terhadap kejadian bencana banjir bandang dan longsor di wilayah Minahasa dan Manado di awal tahun 2014. Penelitian ini bertujuan membandingkan perubahan tutupan lahan tahun 2002 dan tahun 2015 dengan menggunakan data penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis. Metode deteksi perubahan post-classification comparison untuk mendapatkan informasi perubahan tutupan lahan di wilayah DAS Tondano. Hasil penelitian menunjukkan perubahan tutupan lahan di wilayah DAS Tondano periode 2002 dan 2015 cukup signifikan. Dalam kurun waktu 13 tahun terjadi pengurangan luasan hutan dan sawah, peningkatan luasan pertanian lahan kering, pemukiman dan mangrove. Konversi lahan hutan umumnya ke lahan pertanian kering dan konversi sawah ke lahan pertanian dan pemukiman. Peningkatan luasan lahan pemukiman disebabkan konversi lahan pertanian dan sawah terutama terjadi di pinggiran kota Manado.
EKHL 006