Dampak Penerapan Agroforestri terhadap Fungsi Lingkungan dan Ekonomi (Studi
Dampak Penerapan Agroforestri terhadap Fungsi Lingkungan dan Ekonomi (Studi
Kasus Pada Das Cikawung, Jawa Barat). Edy Junaidi*, Idin S. Ruhimat (Peneliti di Pusat Litbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan; edy_jun2003@yahoo.com)
Alih fungsi tataguna lahan konservasi ke tataguna lahan produksi karena tekanan faktor ekonomi semakin meningkat. Alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan daya dukung dan kemampuannya akan mempercepat proses kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, perlu dicari alternatif polatanam yang mampu mempertahankan fungsi ekonomi, tetapi tidak mempercepat penurunan fungsi lingkungan pada tataguna lahan yang berubah fungsi. Agroforestri merupakan salah satu konsep yang dianggap paling tepat memadukan beberapa polatanam dalam rangka peningkatan ekonomi dan mempertahankan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan beberapa polatanam Agroforestri pada lahan- lahan yang menyimpang dari tata ruang ditinjau dari segi lingkungan dan ekonomi. Penelitian ini menggunakan goal programming sebagai tool untuk menganalisa beberapa polatanam Agroforesti yang paling optimal dalam mempertahankan fungsi kelestarian lingkungan dan ekonomi. Parameter yang digunakan untuk menilai fungsi lingkungan adalah nilai erosi, sedangkan parameter untuk menilai fungsi ekonomi adalah nilai pendapatan. Untuk menilai fungsi lingkungan yang dinilai dari kualitas dan kuantitas hasil air apabila polatanam Agroforestri diterapkan pada lahan yang menyimpang dari tata ruang menggunakan model hidrologi SWAT (Soil and Water Assassment Toll). Hasil analisa menunjukkan, polatanam Agroforestri di DAS Cikawung yang paling optimal dalam menurunka n nilai erosi sebesar 40,5 % dan meningkatkan pendapatan sebesar 23,6 % yaitu Agroforestri yang tersusun dari beragam jenis tanaman seperti sengon, jabon, gmelina, manglid, durian, manggis, pala, kelapa, cengkeh, pisang, kapulaga, jahe, dan kunyit. Penerapan polatanam Agroforestri pada lahan yang menyimpang dari tata ruang memberikan penurunan nilai koefisien regim sungai (KRS) dari 9,93 menjadi 9,90; nilai koefisien run off (c) menurun dari 0,44 menjadi 0,43; nilai debit jenis akan mengalami penurunan menjadi 32,7 l/dt/100 km2 dari 32,59 l/dt/100 km2; dan total sedimen terlarut (TDS) menurun sekitar 974 mg/l.
KLR 014 Perkembangan Sistem Pertanggungjawaban dan Ganti Rugi Internasional d alam Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup: Hubungan d an Implementasi dalam Sistem Hukum Nasional di Indonesia Khususnya dalam Kerangka
Penegakan Hukum Lingkungan. Andreas Pramudianto (Pusat Penelitian Sumberdaya
Universitas Indonesia; andreas.pramudianto@gmail.com)
Gagasan untuk mengembangkan sistem pertanggungjawaban dan ganti rugi terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup sudah diamanatkan dalam Deklarasi Stockholm tahun 1972. Deklarasi ini kemudian dipertegas kembali melalui Deklarasi Rio tahun 1992 dan Deklarasi Johanesburg tahun 2002 serta hasil pertemuan berikutnya. Kasus awal dari adanya pertanggungjawaban dan ganti rugi terkait lingkungan hidup pernah diputuskan dalam peradilan arbitrase the Trial Smelter Case (1941) antara Amerika Serikat dengan Kanada. Penelitian ini bertujuan untuk memahami konsep hukum lingkungan mengenai pertanggungjawaban dan ganti rugi yang berkembang saat ini terutama dalam hubungannya antara hukum lingkungan internasional dengan sistem hukum lingkungan nasional di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskritif- analisis dan yuridis normatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa sistem pertanggungjawaban dan ganti rugi dalam hukum lingkungan nasional Indonesia telah diintegrasikan khususnya melalui Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Selain itu sistem pertanggungjawaban dan ganti rugi juga telah diterapkan dalam proses pengadilan di Indonesia. Kesimpulan sementara menunjukkan bahwa ketentuan-ketentuan dalam hukum lingkungan internasional juga telah diintegrasikan dalam hukum lingkungan nasional.
KLR 015