133
1. Warga RT 01 RW 06 pada tahun 2001 mengajukan permohonan bantuan aspal
sebanyak 10 drum kepada Kepala Kelurahan atas nama warga untuk pembangunan jalan sepanjang 250 M. Pada pelaksanaannnya warga menjual
4 drum yang digunakan pembelian material split, pasir dan kayu bakar. Sedangkan 6 drum untuk pengaspalan. Pengadaan wals dari DPU sehingga
warga hanya kontribusi BBM wals dan gotong royong dalam pelaksanaan tersebut. Model seperti ini pembiayaan yang dikeluarkan oleh masyarakat
relatif lebih murah karena ada bantuan subsidi dari pemerintah melalui aspal. 2.
Warga RT 01 RW 06 pada tahun 2006 ini warga melakukan swadaya murni dengan cara iuran per KK sebesar Rp. 100.000,- untuk pemeliharaan jalan
sepanjang 300 M. Model seperti ini sangat memberatkan masyarakat karena harus dibayar 1 kali padahal kemampuan membayar ability to pay dari
masing-masing warga berbeda. Melihat beberapa pengalaman diatas dapat dikaji bahwa sebenarnya
warga dalam keterpaksaan dikarenakan jalan yang sudah rusak ternyata bisa mengupayakan pemeliharaan jalan. Hal ini tentunya apabila lebih terprogram
dapat terlaksana dengan baik dan disesuaikan dengan kemampuan masing-masing warga.
4.1.3 Aspek Kelembagaan
Kelembagaan yang menangani khusus pemeliharaan jalan lingkungan di pemerintah kabupaten tidak ada. Kelembagaan atau organisasi yang ada adalah
organisasi pelaksana kegiatan pada saat masyarakat sedang mengadakan kegiatan
134
pemeliharaan jalan lingkungan. Kelembagaanorganisasi ini sifatnya sementara. Organisasi pelaksana kegiatan tersebut meliputi :
Pengguna Anggaran, Penanggungjawab Kegiatan, Pemimpin Kegiatan. Pengawas Lapangan, Pemegang Kas, Pembantu Pemegang Kas dan staf Administrasi. Bagan
organisasi dapat dilihat dalam gambar berikut :
Sumber : Hasil Survei, 2006
GAMBAR 4.1 BAGAN ORGANISASI
PELAKSANAAN KEGIATAN PEMELIHARAAN JALAN LINGKUNGAN
Peran serta masyarakat dalam kelembagaanorganisasi pengelolaan jalan lingkungan belum ada. Organisasi yang ada dalam pemeliharaan jalan yang
pernah ada hanya bersifat sementara dan hanya diserahkan langsung oleh Seksi Pembangunan di tingkat RT maupun RW sebagai pelaksana lapangan.
Penanggung jawab Kegiatan
Pengguna Anggaran
Pemimpin Kegiatan
Pengawas Lapangan Pemegang Kas
Pembantu Pemegang Kas
Staf Administrasi
135
4.1.4 Aspek Pengendalian dan Pengawasan
Dari hasil penelitian aspek pengendalian dan pengawasan terhadap kondisi kerusakan jalan lingkungan tidak secara rutin dilakukan oleh Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten DPUK. Hal tersebut dikarenakan : 1.
Terbatasnya Sumber Daya Manusia dalam segi kualitas maupun kuantitas terhadap besarnya wilayah penanganan pemeliharaan jalan.
2. Rendahnya pemahaman terhadap pentingnya pemeliharaan jalan lingkungan.
3. Terbatasnya Perangkat soft ware dalam monitoring berupa program data
base pemeliharaan kondisi kerusakan jalan dan pemahaman Sumber Daya Manusia tentang periodeisasi pemeliharaan jalan pemeliharaan jalan rutin,
pemeliharaan berkala dan peningkatan. Peninjauan kerusakansurvei terhadap jalan lingkungan akan dilakukan oleh
aparat pada kondisi : 1.
Usulan terhadap kegiatan jalan lingkungan apabila jalan lingkungan tersebut masuk dalam kategori prioritasi kegiatan yang akan ditetapkan dalam
Anggaran Belanja Pembangunan Daerah Kabupaten APBD. 2.
Aktualisasi data untuk mengetahui kondisi tingkat kerusakan jalan terakhir. Aktualisasi data ini tidak terjadwal, bisa 3 sampai dengan 5 tahun sekali,
sehingga data tersebut tidak bisa dijadikan acuan terakhir dikarenakan bukan kondisi tingkat kerusakan terakhir ruas jalan lingkungan.
Peran serta masyarakat dalam pengendalian dan pengawasan sangat kecil sekali. Masyarakat hanya melaporkan kondisi kerusakan jalan lingkungan pada saat
136
meminta bantuan untuk kegiatan pemeliharaan jalan di lingkungannya. Kondisi yang dilaporkan hanya ruas tertentu dan secara teknik tidak dapat dijadikan acuan
sebagai tingkat kerusakan jalan.
4.1.5 Aspek Peraturan