Penelitian yang Relevan

2.7 Penelitian yang Relevan

Dari penelusuran pustaka yang dilakukan peneliti, setidaknya ada dua penelitian dengan topik yang hampir sama dengan penelitian ini. Yang pertama dilakukan oleh Sri Isnani Setiyaningsih, mahasiswa Program Studi S2 Linguistik Penerjemahan Pascasarjana UNS pada tahun 2003 dan hasilnya dituliskan dalam bentuk tesis dengan judul Analisis Kontrastif Ketakterjemahan dalam Buku The Forgotten Queens of Islam Karya Fatima Mernessi.

Ada beberapa persamaan maupun perbedaan antara penelitian di atas dengan penelitian ini. Pertama, kedua penelitian sama-sama mengambil tema ketakterjemahan sebagai objek kajian dan menggunakan teori ketakterjemahan Catford tentang ketakterjemahan linguistik dan ketakterjemahan budaya sebagai landasan teori.

Kemudian, berkenaan dengan pendekatan penelitian, meskipun tidak disebutkan secara spesifik pada judul, seperti penelitian di atas, penelitian ini juga menggunakan analisis kontrastif sebagai salah satu metode analisis. Meskipun demikian, pendekatan dalam bentuk lain juga diterapkan sesuai kebutuhan untuk menyempurnakan hasil penelitian ini.

Berkaitan dengan tujuan penelitian, kedua penelitian bertujuan mendeskripsikan satuan-satuan linguistik (kata, frasa, dan kalimat) yang tidak dapat diterjemahkan dan menemukan faktor-faktor penyebabnya. Tetapi, tidak seperti penelitian pertama yang berupaya menjelaskan pengaruh ketakterjemahan Berkaitan dengan tujuan penelitian, kedua penelitian bertujuan mendeskripsikan satuan-satuan linguistik (kata, frasa, dan kalimat) yang tidak dapat diterjemahkan dan menemukan faktor-faktor penyebabnya. Tetapi, tidak seperti penelitian pertama yang berupaya menjelaskan pengaruh ketakterjemahan

Sistematika pembahasan yang diterapkan dalam penelitian di atas juga berbeda jika dibandingkan dengan penelitian ini. Penelitian di atas mengklasifikasikan pembahasan menurut bahasa sumbernya, yaitu Bahasa Inggris, Prancis, Jerman, dan Arab, sementara penelitian ini hanya difokuskan pada Bahasa Inggris saja. Selain itu, khusus untuk ketakterjemahan linguistik, pembahasan pada penelitian pertama dikelompokkan dalam tataran leksikal (kata), frasa, dan klausa, sedangkan dalam penelitian ini sistematika pembahasan dikelompokkan menurut jenis-jenis ketakterjemahan, yaitu ketakterjemahan lingustik (leksikal dan struktural) dan ketakterjemahan budaya yang selanjutnya diperinci berdasarkan faktor-faktor penyebabnya.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya ketakterjemahan karena ketiadaan padanan linguistik sebanyak 2,1% dan tidak adanya padanan budaya sebanyak 97,9%. Ketakterjemahan budaya lebih dominan karena buku yang dijadikan subjek penelitian bertemakan agama Islam dan berlatar budaya Arab. Sementara itu dari sisi kualitas terjemahan, hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum teks terjemahan buku The Forgotten Queens of Islam karya Fatima Mernessi bisa dipahami dengan baik oleh pembaca.

Kemudian, penelitian lain yang juga serupa dengan penelitian ini dilakukan oleh Fenty Kusumastuti, untuk penulisan tesisnya di Program Studi Linguistik S-2 Minat Utama Penerjemahan Program Pascasarjana UNS pada tahun 2011 dengan judul Analisis Kontrastif Subtitling dan Dubbing dalam Film Kemudian, penelitian lain yang juga serupa dengan penelitian ini dilakukan oleh Fenty Kusumastuti, untuk penulisan tesisnya di Program Studi Linguistik S-2 Minat Utama Penerjemahan Program Pascasarjana UNS pada tahun 2011 dengan judul Analisis Kontrastif Subtitling dan Dubbing dalam Film

permasalahan yang dikaji dan subjek penelitian, di mana kedua-duanya membahas mengenai teknik penerjemahan pada subtitle film kartun, sehingga kedua penelitian ini setidaknya memiliki kerangka pikir yang hampir sama. Kemudian perbedaannya terletak pada fokus utama penelitian, di mana penelitian di atas berupaya membandingkan kualitas penerjemahan antara subtitling dan dubbing, sedangkan penelitian ini lebih menekankan pada pendeskripsian masalah ketakterjemahan pada subtitle saja.

Hasil penelitian di atas menunjukkan adanya 13 teknik penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah dalam subtitling film Dora The Explorer: Wish Upon a Star. Selain itu juga ditemukan adanya perbedaan dominasi teknik penerjemahan yang diterapkan antara versi subtitling dan dubbing dari film di atas meskipun kedua-duanya sama-sama mengalami reduksi (lingiuistic compression) dalam proses penerjemahan. Penerjemahan dengan subtitle cenderung memakai teknik literal, sedangkan dubbing banyak menggunakan teknik peminjaman (borrowing).

Dari sisi kualitas terjemahan, media subtitling dianggap lebih berkualitas dibandingkan dubbing, terutama dalam hal keakuratan dan keberterimaan. Meskipun demikian hasil terjemahan dubbing cenderung lebih mudah dipahami daripada subtitle.