Temuan Penelitian

4.1 Temuan Penelitian

Dari proses pengumpulan data penelitian diperoleh hasil bahwa dari seluruh 1014 caption subtitle Bahasa Indonesia DVD film The Simpson Movie ditemukan setidaknya ada 194 caption atau 19% yang memperlihatkan gejala ketakterjemahan. Dari sini diperoleh data penelitian berupa istilah (kata/frasa) dan ungkapan (frasa/kalimat) yang tidak dapat diterjemahkan, baik sebagian maupun seluruhnya.

Kemudian, hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa ketiga jenis ketakterjemahan, sebagaimana diuraikan pada landasan teori penelitian ini, seluruhnya muncul atau ditemukan pada subjek penelitian. Masing-masing jenis ketakterjemahan ini terjadi dengan faktor penyebab yang berbeda-beda. Penerjemah juga menerapkan berbagai macam teknik penerjemahan untuk menyelesaikan masalah ketakterjemahan ini. Hasil tabulasi data mengenai jenis, teknik penerjemahan, dan faktor penyebab ketakterjemahan subtitle Bahasa Indonesia DVD film The Simpsons Movie ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini.

Tabel 1: Klasifikasi Data Ketakterjemahan

Jenis

Teknik

Faktor Penyebab

Leksikal

(L)

Peminjaman Naturalisasi Generalisasi Transposisi Deskripsi

(1) Adanya kesenjangan kosa kata antara

BSu dan BSa

Naturalisasi Generalisasi

(2) Istilah BSu merupakan istilah

teknis/ilmiah

Generalisasi Modulasi Kompensasi

(3) Istilah BSu merupakan istilah tidak

baku

Generalisasi

(4) Tidak ada unsur gender pada istilah

BSa

Peminjaman

(5) Istilah BSu berbentuk akronim

Peminjaman Naturalisasi Generalisasi Modulasi Deskripsi

(6) Referen merupakan hal/temuan baru

Struktural

(S)

Reduksi Modulasi

(1) Tidak adanya unsur kala pada

struktur kalimat BSa

Generalisasi Modulasi Deskripsi Calque

(2) Istilah/ungkapan BSu sudah

Peminjaman Naturalisasi Generalisasi

(1) Istilah BSu merupakan istilah ekologi di lingkungan penutur BSu

Peminjaman Naturalisasi Amplifikasi Adaptasi

(2) Referen merupakan budaya materi

penutur BSu

Peminjaman Naturalisasi

(3) Istilah BSu terkait budaya sosial

penutur BSu

Peminjaman Naturalisasi Generalisasi Deskripsi Kompensasi Calque Adaptasi

(4) Istilah/ungkapan BSu merupakan budaya tutur penutur BSu

Dari ketiga jenis ketakterjemahan yang ada, apabila kita lihat dari jumlah kejadiannya, maka akan diperoleh komposisi data sebagai berikut:

Tabel 2: Jenis Ketakterjemahan

Frek Prsn

1 Ketakterjemahan leksikal

2 Ketakterjemahan struktural

3 Ketakterjemahan budaya

Dari tabel di atas tampak bahwa frekuensi kemunculan ketakterjemahan leksikal lebih tinggi jika dibandingkan dua jenis ketakterjemahan lainnya. Meskipun demikian, apabila kita lihat dari macam istilahnya komposisinya cukup berimbang dengan ketakterjemahan budaya.

Kemudian apabila kita lihat dari teknik penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah untuk menerjemahkan istilah/ungkapan yang takterjemahkan tersebut, diperoleh perbandingan sebagaimana tampak pada tabel di bawah ini.

Tabel 3: Teknik Penerjemahan Ketakterjemahan

No

Teknik

Frek

Prsn

1 Naturalisasi

2 Peminjaman

3 Generalisasi

4 Adaptasi

5 Deskripsi

6 Kompensasi

7 Modulasi

8 Reduksi

9 Calque

10 Amplifikasi

11 Transposisi

Jml

Seperti tampak pada tabel, teknik penerjemahan yang dipakai untuk menerjemahkan bagian-bagian yang menunjukkan adanya ketakterjemahkan didominasi secara berturut-turut oleh teknik naturalisasi, peminjaman, dan generalisasi.

Selanjutnya, masing-masing jenis ketakterjemahan berikut teknik penerjemahan di atas masih dapat dikelompokkan lagi secara lebih spesifik menurut faktor-faktor penyebab kejadiannya sebagaimana dipaparkan di bawah ini.

4.1.1 Tabulasi Data Ketakterjemahan Leksikal

Ketakterjemahan leksikal adalah suatu bentuk ketakterjemahan dalam tataran linguistik yang secara umum disebabkan oleh perbedaan bahasa, baik perbedaan dalam tataran kata maupun struktur kalimat. Ketakterjemahan pada tingkatan kata disebut ketakterjemahan (linguistik) leksikal. Lebih lanjut, ketakterjemahan leksikal yang ditemukan pada subjek penelitian dapat dibedakan menurut hal-hal yang menyebabkannya seperti di bawah ini.

1. Adanya kesenjangan kosa kata antara BSu dan BSa Salah satu penyebab terjadinya ketakterjemahan leksikal adalah karena

adanya perbedaan jumlah kosa kata BSu dengan BSa. Selisih kosa kata ini menyebabkan adanya beberapa istilah BSa yang tidak memiliki padanan kata pada BSa. Bahasa Inggris cenderung lebih kaya kosa kata dibandingkan dengan Bahasa Indonesia, sehingga banyak istilah dalam Bahasa Inggris yang tidak dapat diterjemahkan secara leksikal ke dalam Bahasa Indonesia. Data yang ditemukan adanya perbedaan jumlah kosa kata BSu dengan BSa. Selisih kosa kata ini menyebabkan adanya beberapa istilah BSa yang tidak memiliki padanan kata pada BSa. Bahasa Inggris cenderung lebih kaya kosa kata dibandingkan dengan Bahasa Indonesia, sehingga banyak istilah dalam Bahasa Inggris yang tidak dapat diterjemahkan secara leksikal ke dalam Bahasa Indonesia. Data yang ditemukan

Tabel 4: Data Ketakterjemahan Leksikal 1

1 epiphany/epipha

2 name, jab/jabbity, silo, agency

3 myth, super, depot

4 preachy, version, gay, compound, tank, club, simulation, selfish, mascot, national, operation, sponsor, classic, sequel

Kemudian rincian teknik penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah berkaitan dengan ketakterjemahan yang disebabkan karena kesenjangan kosa kata ini adalah sebagai berikut:

Tabel 5: Teknik Penerjemahan Ketakterjemahan Leksikal 1

Dari komposisi di atas terlihat bahwa penerjemah paling sering menerapkan teknik naturalisasi untuk mengatasi ketakterjemahan yang disebabkan karena kesenjangan kosa kata antara BSu dengan BSa. Sementara teknik lain digunakan kurang dari separuhnya.

Ketakterjemahan leksikal juga bisa terjadi karena istilah BSu bersifat ilmiah atau teknis, yaitu istilah yang hanya digunakan pada bidang tertentu. Data ketekterjemahan yang termasuk dalam kelompok ini seluruhnya berjumlah 5 macam istilah di mana masing-masing istilah muncul 1 kali.

Tabel 6: Data Ketakterjemahan Leksikal 2

1 mercury, energy, action, potassium, ground

Data di atas juga menunjukkan adanya dua teknik penerjemahan yang dipakai penerjemah untuk menerjemahkan istilah ilmiah/teknis. Perbandingan penggunaan kedua teknik tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 7: Teknik Penerjemahan Ketakterjemahan Leksikal 2

Dari tabel di atas diketahui bahwa penerjemah lebih sering menggunakan teknik naturalisasi daripada teknik generalisasi dalam menerjemahkan istilah ilmiah/teknis.

3. Istilah BSu merupakan istilah tidak baku Penyebab lain suatu istilah BSu tidak dapat diterjemahkan adalah

apabila istilah tersebut merupakan istilah tidak baku (non-standard). Di sini ketakterjemahnnya biasanya bersifat parsial atau sebagian, yaitu hanya unsur tidak apabila istilah tersebut merupakan istilah tidak baku (non-standard). Di sini ketakterjemahnnya biasanya bersifat parsial atau sebagian, yaitu hanya unsur tidak

Tabel 8: Data Ketakterjemahan Leksikal 3

1 heinie, binge, thou, shalt, thy, nope, booze, lookie

Untuk menerjemahkan kedelapan istilah tersebut, penerjemah hanya menggunakan 3 macam teknik penerjemahan dengan perbandingan sebagaimana tampak pada tabel ini:

Tabel 9: Teknik Penerjemahan Ketakterjemahan Leksikal 3

Di sini terlihat bahwa teknik generalisasi adalah yang paling dominan dipakai untuk menerjemahkan istilah tidak baku.

4. Tidak ada unsur gender pada istilah BSa Sejumlah kata Bahasa Inggris memiliki unsur gender yang membedakan

pemakaiannya untuk laki-laki dan perempuan, sedangkan kosa kata Bahasa Indonesia tidak selalu demikian. Hal ini juga menjadi penyebab terjadinya ketakterjemahan leksikal, meski sifatnya hanya sebagian saja. Data yang mewakili kejadian semacam ini hanya terdiri dari 3 macam istilah dengan jumlah kejadian sebanyak 15.

Tabel 10: Data Ketakterjemahan Leksikal 4

2 boy/boys

Kemudian, dalam menerjemahkan istilah yang mengandung unsur gender ini, penerjemah hanya menerapkan satu teknik penerjemahan saja yaitu generalisasi.

Tabel 11: Teknik Penerjemahan Ketakterjemahan Leksikal 4

5. Istilah BSu berbentuk akronim Pada penerjemahan istilah yang bentuknya akronim (singkatan), pada

umumnya singkatan BSu tersebut diambil apa adanya atau tidak diubah ke dalam akronim BSa, sehingga bentuk akronim ini juga menjadi salah satu penyebab terjadinya ketakterjemahan leksikal. Data yang termasuk ke dalam kelompok ini ada 3 bentuk akronim dengan jumlah kejadian sebanyak 6 kali.

Tabel 12: Data Ketakterjemahan Leksikal 5

No

Istilah

Frek

Prsn

1 VCR

2 TV

3 EPA

Jml

Penggunaan akronim BSu untuk dipakai pada BSa seperti di atas termasuk ke dalam teknik peminjaman. Teknik ini merupakan satu-satunya yang diterapkan oleh penerjemah untuk mengatasi ketakterjemahan yang disebabkan karena istilah BSu berupa akronim.

Tabel 13: Teknik Penerjemahan Ketakterjemahan Leksikal 5

6. Referen merupakan hal/temuan baru Faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya ketakterjemahan leksikal

adalah karena objek atau referen yang dimaksud oleh istilah BSu merupakan hal atau temuan baru. Data yang termasuk dalam kelompok ini terdiri dari 26 istilah yang berbeda dengan jumlah kejadian sebanyak 42 kali.

Tabel 14: Data Ketakterjemahan Leksikal 6

1 movie(s), bomb

3 planet, book, film, filming of movie, truck

4 nuclear, cell-phone, antennae, thermostat, skateboard, bug- zapper, lift, scissor-lift, glass, Botox, motor, generator, poster, alcohol, cam, conductor, android, card, comic, robot, wire

Apabila data di atas dikelompokkan menurut teknik penerjemahan yang digunakan maka akan diperoleh sebaran seperti berikut ini:

Tabel 15: Teknik Penerjemahan Ketakterjemahan Leksikal 6

Tabel di atas memperlihatkan seringnya penerjemah menempuh teknik naturalisasi dan peminjaman untuk mengatasi ketakterjemahan yang disebabkan karena referen merupakan hal atau temuan baru.

Selanjutnya, jika seluruh data ketakterjemahan leksikal di atas dihitung menurut keenam faktor penyebabnya maka akan diperoleh komposisi sebagai berikut:

Tabel 16: Faktor Penyebab Ketakterjemahan Leksikal

No

Faktor Penyebab

Mcm

Prsn

Frek Prsn

1 Adanya kesenjangan kosa kata antara BSu dengan BSa

2 Istilah BSu merupakan istilah ilmiah/teknis

3 Istilah BSu merupakan istilah tidak baku

4 Tidak ada unsur gender pada istilah BSa

5 Istilah BSu berbentuk akronim

6 Referen merupakan hal/temuan baru

Dari rekapitulasi data di atas diketahui bahwa terjadinya ketakterjemahan leksikal sebagian besar disebabkan karena referen yang ditunjuk istilah terkait merupakan hal atau penemuan baru. Jumlah kejadiannya hampir Dari rekapitulasi data di atas diketahui bahwa terjadinya ketakterjemahan leksikal sebagian besar disebabkan karena referen yang ditunjuk istilah terkait merupakan hal atau penemuan baru. Jumlah kejadiannya hampir

Sementara itu, komposisi teknik penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah untuk mengatasi ketakterjemahan leksikal ini beserta frekuensi penerapannya secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 17: Teknik Penerjemahan Ketakterjemahan Leksikal

Dari data di atas diketahui bahwa penerjemah paling sering menggunakan teknik naturalisasi untuk menerjemahkan istilah-istilah yang takterjemahkan secara leksikal. Teknik lain yang juga sering dipakai adalah generalisasi dan peminjaman.

4.1.2 Tabulasi Data Ketakterjemahan Struktural

Ketakterjemahan struktural adalah bentuk lain ketakterjemahan dalam ranah linguistik selain ketakterjemahan leksikal. Ketakterjemahan jenis ini dilatarbelakangi oleh perbedaan struktur atau tata bahasa antara BSu dan BSa.

Secara lebih spesifik, sebab-sebab terjadinya ketakterjemahan struktural ini dapat dibedakan menjadi dua seperti diuraikan di bawah ini.

1. Tidak adanya unsur kala pada struktur kalimat BSa Salah satu perbedaan struktural antara Bahasa Inggris dan Bahasa

Indonesia adalah tidak adanya unsur kala atau tense dalam struktur kalimat Bahasa Indonesia. Keadaan ini menyebabkan timbulnya ketakterjemahan pada proses penerjemahan kalimat-kalimat tertentu di antara kedua bahasa tersebut, meskipun hanya pada bagian penanda waktunya saja dan bukan maknanya.

Pada beberapa bentuk kalimat, unsur kala pada BSu bisa diakomodasi ke

untuk bentuk past uk continuous. Namun pada beberapa

bentuk kalimat hal ini sulit dilakukan dan bila dipaksakan hasil penerjemahan akan janggal atau tidak berterima, contohnya pada bentuk perfect tertentu dan bentuk perfect continuous

Tabel 18: Data Ketakterjemahan Struktural 1

1 Present perfect continuous

2 Present perfect

Dari sejumlah ketekterjemahan yang berkaitan dengan kala ini juga dijumpai adanya berbagai macam teknik penerjemahan yang dipakai oleh penerjemah dalam proses penerjemahannya, sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 19: Teknik Penerjemahan Ketakterjemahan Struktural 1

Di sini terlihat dominasi generalisasi dan reduksi sebagai teknik penerjemahan yang dipakai untuk menerjemahkan bagian kalimat yang mengandung unsur kala.

2. Ungkapan BSu sudah dimodifikasi Ada beberapa kejadian di mana istilah BSu merupakan hasil modifikasi (plesetan) dari istilah tertentu. Istilah hasil modifikasi ini biasanya memiliki kemiripan struktur morfologi atau fonologi dengan istilah asal. Dalam proses penerjemahan, kemiripan struktur ini hampir tidak mungkin diakomodasi ke dalam BSa meskipun makna istilahnya masih memungkinkan untuk diterjemahkan. Dalam situasi seperti ini dapat dikatakan telah terjadi ketakterjemahan struktural. Data yang mewakili ketakterjemahan jenis ini ada 4 macam istilah dengan 5 kejadian.

Tabel 20: Data Ketakterjemahan Struktural 2

yello, wiener

Dari kelima data di atas, didapat perbandingan pemakaian yang merata dari setidaknya 4 teknik penerjemahan, seperti tampak pada tabel:

Tabel 21: Teknik Penerjemahan Ketakterjemahan Struktural 2

Kemudian apabila keseluruhan data ketakterjemahan struktural ini dikalkulasikan menurut penyebabnya, maka akan diperoleh sebaran data seperti di bawah ini:

Tabel 22: Faktor Penyebab Ketakterjemahan Struktural

No

Faktor Penyebab

Mcm

Prsn

Frek Prsn

1 Tidak adanya unsur kala pada struktur kalimat BSa

2 Ungkapan BSu sudah dimodifikasi

Tabel di atas menunjukkan sedikitnya kejadian ketakterjemahan yang disebabkan karena perbedaan struktur kalimat atau struktur kata. Sementara itu, apabila ketakterjemahan struktural ini diklasifikasikan menurut teknik penerjemahan yang digunakan, maka akan didapatkan sebaran data seperti di bawah ini:

Tabel 23: Teknik Penerjemahan Ketakterjemahan Struktural

No

Teknik

Frek

Prsn

1 Reduksi

2 Deskripsi

3 Generalisasi

4 Modulasi

5 Calque

Jml

Sebagaimana tampak pada tabel di atas,, penerjemah paling sering menggunakan teknik reduksi dalam menerjemahkan bagian-bagian kalimat yang secara struktural tidak bisa diterjemahkan, sedangkan untuk teknik yang lain penerapannya cenderung merata.

4.1.3 Tabulasi Data Ketakterjemahan Budaya

Ketakterjemahan budaya adalah ketakterjemahan yang timbul akibat perbedaan budaya antara penutur BSu dan penutur BSa. Secara lebih rinci, perbedaan budaya yang dimaksud dapat dibedakan seperti di bawah ini:

1. Istilah BSu merupakan istilah ekologi di lingkungan penutur BSu

Objek-objek tertentu yang berkaitan dengan ekologi, seperti flora dan fauna, cenderung memiliki nama atau sebutan yang khas sesuai dengan lingkungan hidupnya dan tidak memiliki padanan istilah di tempat lain di mana objek tersebut tidak hidup atau tidak dapat dijumpai. Dari data yang diperoleh, setidaknya terdapat 5 nama ekologi di mana masing-masing nama muncul 1 kali.

Tabel 24: Data Ketakterjemahan Budaya 1

Untuk menerjemahkan nama-nama yang berkaitan dengan ekologi di atas, penerjemah menggunakan 3 teknik penerjemahan yang berlainan, seperti tampak pada tabel berikut:

Tabel 25: Teknik Penerjemahan Ketakterjemahan Budaya 1

2. Referen merupakan budaya materi penutur BSu Salah satu bentuk perbedaan budaya di antara kelompok masyarakat

ditunjukkan dengan adanya materi atau benda tertentu di suatu tempat namun tidak dijumpai di tempat lain sehingga istilah yang dipakai untuk menyebutnya pun tidak ada pada setiap bahasa. Data yang menunjukkan kejadian semacam ini terdiri dari 11 macam dengan total kejadian sebanyak 15 kali.

Tabel 26: Data Ketakterjemahan Budaya 2

1 waffle, sandwich, donut, ice cream

2 beer, barge, syrup, gallon, bar, whiskey, pizza

Sementara teknik penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah untuk menerjemahkan istilah-istilah di atas setidaknya ada 4 macam dengan perbandingan sebagaimana tampak pada tabel.

Tabel 27: Teknik Penerjemahan Ketakterjemahan Budaya 2

No

Teknik

Frek

Prsn

1 Naturalisasi

2 Peminjaman

3 Amplifikasi

4 Adaptasi

Jml

Komposisi di atas memperlihatkan seringnya penerjemah menerapkan teknik naturalisasi dan peminjaman untuk menerjemahkan istilah yang mewakili budaya materi penutur BSu.

3. Istilah BSu terkait budaya sosial penutur Bsu Selain budaya materi, istilah-istilah yang berkaitan dengan budaya sosial

penutur BSu juga seringkali takterjemahkan. Dapat dicontohkan di sini misalnya istilah-istilah yang berkaitan dengan pekerjaan, pariwisata, organisasi, politik. administrasi, agama, dan seni. Data yang mewakili ketakterjemahan jenis ini ada

18 macam istilah dengan jumlah kejadian sebanyak 24 kali.

Tabel 28: Data Ketakterjemahan Budaya 3

4 rock band, musician, piano, trumpet, guitar, bass, drum,

amen, peso, federal, comedies, general, tic-tac-

toe, baseball, assistant manager

Kemudian apabila dilihat dari teknik penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah dalam hal ini diperoleh perbandingan sebagai berikut:

Tabel 29: Teknik Penerjemahan Ketakterjemahan Budaya 3

No

Teknik

Frek

Prsn

1 Naturalisasi

2 Peminjaman

Jml

Dari tabel di atas terlihat bahwa penerjemah secara berimbang menggunakan dua macam teknik penerjemahan untuk menerjemahkan istilah- istilah yang berkaitan dengan budaya sosial penutur BSu.

4. Istilah/ungkapan BSu merupakan budaya tutur penutur BSu Unsur budaya lain yang juga menyebabkan terjadinya ketakterjemahan

adalah adat kebiasaan, dalam hal ini termasuk kebiasaan bertutur. Beberapa bentuk tuturan yang terkait erat dengan budaya masyarakat penuturnya misalnya terjadi pada sistem sapaan, seruan (umpatan dan makian), serta idiom. Data yang menunjukkan ketakterjemahan demikian ini ditemukan sebanyak 23 istilah/ungkapan dengan banyaknya kejadian seluruhnya 36.

Tabel 30: Data Ketakterjemahan Budaya 4

No

Istilah/Ungkapan

2 hello, hi

3 suck, why you little, chicken, what the hell, oh man

4 giant sucker, whoa nelly, piece of cake, fourth base, officers, off the hook, whoa mama, code black, chief, kick some ass, single handedly, hustle your bustle, bingo, sweetheart, hey

Untuk menerjemahkan istilah/ungkapan di atas, ternyata penerjemah menerapkan berbagai teknik penerjemahan yang sebagian besar berupa adaptasi, seperti tampak pada tabel di bawah ini:

Tabel 31: Teknik Penerjemahan Ketakterjemahan Budaya 4

Setelah seluruh kejadian ketakterjemahan budaya ini dibandingkan menurut penyebabnya, diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:

Tabel 32: Faktor Penyebab Ketakterjemahan Budaya

No

Faktor Penyebab

Mcm

Prsn

Jml Prsn

1 Istilah BSu merupakan istilah ekologi di lingkungan penutur BSu

2 Referen merupakan budaya materi penutur BSu

3 Istilah BSu terkait budaya sosial penutur BSu

4 Istilah /ungkapan BSu merupakan budaya tutur penutur BSu

Komposisi di atas memperihatkan adanya dominasi ketakterjemahan budaya yang disebabkan karena istilah/ungkapan merupakan budaya tutur khas di lingkungan penutur BSu. Sementara kejadian yang paling sedikit adalah ketakterjemahan yang disebabkan karena istilah BSu merupakan nama unsur ekologi di lingkungan penutur BSu.

Kemudian, apabila ketakterjemahan budaya ini dilihat dari sudut pandang teknik penerjemahan yang digunakan, didapatkan perbandingan sebagai berikut:

Tabel 33: Teknik Penerjemahan Ketakterjemahan Budaya

Dari tabel di atas, terlihat bahwa penerjemah paling sering menggunakan naturalisasi, kemudian disusul peminjaman, dan adaptasi dalam menerjemahkan istilah/ungkapan yang tidak bisa diterjemahkan karena pengaruh budaya. Sementara teknik yang lain jarang diterapkan.