Summary Paket Kebijakan Ekonomi Tahun 2015
Box 1. Summary Paket Kebijakan Ekonomi Tahun 2015
Serangkaian paket kebijakan (I s.d. VIII) dikeluarkan sejak awal September 2015 dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya saing industri nasional dan perbaikan iklim investasi di dalam negeri. Paket– paket kebijakan itu secara ringkas disajikan sebagai berikut.
1. Paket Kebijakan Ekonomi Jilid I dikeluarkan untuk mendorong kemudahan
investasi, efisiensi industri, kelancaran perdagangan dan logistik, serta kepastian bahan baku dalam negeri
2. Paket Kebijakan Ekonomi Jilid II dimaksudkan untuk meningkatkan investasi
berupa deregulasi dan debirokratisasi peraturan untuk mempermudah investasi, baik PMDN maupun PMA. Langkah–langkah yang ditempuh lebih konkrit agar dapat langsung diimplementasikan, antara lain layanan investasi 3 jam, pengurusan yang lebih cepat terhadap tax allowance dan tax holiday, penghapusan PPN transportasi, insentif di kawasan pusat logistik berikat, pengurangan pajak deposito, dan perampingan izin kehutanan.
3. Paket Kebijakan Ekonomi Jilid III ditujukan untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi melalui penurunan harga bahan bakar untuk peningkatan daya beli, penurunan harga bahan bakar industri untuk peningkatan daya saing, perluasan wirausaha penerima KUR, serta penyederhanaan izin pertanahan.
4. Paket Kebijakan Ekonomi Jilid IV dimaksudkan untuk menjaga daya beli
masyarakat melalui formulasi upah buruh untuk peningkatan kesejahteraan pekerja dan pemberian kredit modal kerja untuk UKM dalam rangka mendorong ekspor serta perluasan kebijakan KUR.
5. Paket Kebijakan Ekonomi Jilid V dimaksudkan untuk lebih mendorong
pertumbuhan ekonomi melalui pemberian insentif pajak untuk revaluasi aset, penghapusan pajak berganda untuk real estate, properti dan infrastruktur, dan deregulasi perbankan syariah.
6. Paket Kebijakan Ekonomi Jilid VI dilakukan melalui pemberian insentif berupa
tax allowance dan tax holiday untuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), kepastian izin bagi investor di bidang pengelolaan sumber daya air, serta penyederhanaan izin obat dan bahan bakunya.
7. Paket Kebijakan Ekonomi Jilid VII yang memberikan keringanan untuk industri
padat karya, termasuk di dalamnya keringanan pengenaan PPh Pasal 21 bagi padat karya, termasuk di dalamnya keringanan pengenaan PPh Pasal 21 bagi
8. Paket Kebijakan Ekonomi Jilid VIII yang pada saat penulisan laporan ini masih
baru berupa rencana yang akan diarahkan bagi peningkatan kualitas produk menghadapi daya saing pada Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Secara umum apabila semua paket kebijakan itu dapat terlaksana dengan baik segera dan sesuai dengan harapan, paket kebijakan tersebut akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan daya saing Indonesia dan memicu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkelanjutan. Namun, konteks paket kebijakan lebih bersifat jangka pendek dan hulu (dalam rangkaian proses membuka usaha) sehingga masih perlu dilengkapi dengan kebijakan lainnya yang bersifat jangka panjang dan lebih bersifat hilir.
Paket kebijakan tersebut berpotensi untuk meningkatkan konsumsi, memperbaiki iklim investasi, dan mendorong pengadaan infrastruktur. Peningkatan konsumsi dapat tercapai melalui penurunan harga bahan bakar dan kebijakan peningkatan kesejahteraan pekerja (penentuan upah minimum dan harga rumahrusunami untuk buruh). Peningkatan investasi dapat terjadi melalui prosedur investasi yang semakin cepat, kepastian bahan baku industri, kemudahan perizinan, insentif penempatan dana di dalam negeri, penurunan bunga KUR, insentif revaluasi aset, insentif KEK, dan penyederhanaan impor bahan baku obat. Infrastruktur sendiri dapat didorong melalui penghapusan PPN alat transportasi, penghilangan pajak berganda dana investasi real estate, properti dan infrastruktur, serta jaminan hukum bagi investor pengelola sumber daya air. Selain itu, pembangunan kawasan logistik berikat diharapkan dapat mempermudah proses distribusi barang, baik dari sisi input maupun output-nya. Namun, semua kebijakan dimaksud tidak akan efektif apabila tidak dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Untuk itu, dibutuhkan perangkat pelaksana yang tidak saja trampil, tetapi juga punya integritas, bertanggung jawab dan berkinerja tinggi. Pengelolaan SDM untuk memenuhi hal tersebut menjadi suatu keharusan di samping prinsip-prinsip leadership yang berintegritas dan bertanggungjawab yang sangat diperlukan pada semua lapisan birokrasi pemerintah.
Gambar 45. Ringkasan Analisis Daya Saing Industri Indonesia
Gambar 45 menjelaskan secara ringkas Analsis Daya Saing Industri Indonesia dalam riset ini. Berdasarkan hal itu, dapat dilihat bahwa paket kebijakan telah menyentuh beberapa aspek yang memengaruhi daya saing (misalnya dari sisi infrastruktur, insentif investasi pada industri yang padat modal dan bernilai tambah, serta kebijakan pengupahan). Namun, masih banyak yang dapat dilakukan khususnya untuk perspektif jangka panjang, seperti pengembangan SDM dan yang bersifat hilir seperti masalah lahan untuk industri. Secara ringkas beberapa usulan rekomendasi kebijakan antara lain adalah sebagai berikut.
1. Pengembangan human capital,
2. Promosi eksporinvestasi, baik di dalam maupun di luar negeri.
3. Integrated KEK dengan infrastruktur pendukung seperti sumber energi dan
sarana dan prasarana transportasi dengan berbagai moda transportasi.
4. Regulasi ketenagakerjaan yang juga memungkinkan free entry dan free exit yang
lebih mudah.
5. Regulasi terkait tenaga kerja asing (TKA) dalam rangka investasi dan
peningkatan nilai tambah industri yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi TK domestik.
6. Faktor leadership yang nyata dan bertanggung jawab serta memberikan contoh
yang mulia, jauh dari nilai-nilai tercela seperti korupsi, penggelapan, dan ketidakefisienan.
7. Penentuan strategi dalam rangka free trade agreement (FTA) yang akan menguntungkan secara agregat bagi Indonesia dan berdampak positif bagi daya saing Indonesia di pasar ekspor.
8. Sistem informasi yang lengkap dan mudah diakses baik oleh pengusaha, birokrat, akademisi maupun masyarakat umum yang memuat informasi dan persyaratan yang dibutuhkan untuk ekspor produk tertentu. Kenyataan bahwa sebagian besar kesepakatan perdagangan intra-ASEAN dan FTA lainnya masih belum banyak dimanfaatkan pengusaha Indonesia memberikan sinyal bahwa informasi dan birokrasi bagi pemenuhan ketentuan ekspor itu masih rumit dan memakan biaya. Selain sistem informasi harus terdapat kelembagaan yang dapat memberikan bantuan, terutama bagi pengusaha kecil dan menengah yang berusaha memanfaatkan peluang pasar akibat kesepakatan perdagangan yang telah dibuat.
9. Terlepas dari semua itu, pelaksanaan semua insentif dan paket kebijakan tersebut haruslah konsisten dan bukan hanya sebatas retorika sehingga akan terdapat hasil nyata dari segala kemudahan yang semestinya diberikan melalui berbagai paket kebijakan itu.