Analisis meningkatkan belajar Qur’an Hadits ( studi kasus di “Mts Modern Dalaailul Khoirot Kudus” Tahun Pelajaran 2012/2013)
B. Analisis meningkatkan belajar Qur’an Hadits ( studi kasus di “Mts Modern Dalaailul Khoirot Kudus” Tahun Pelajaran 2012/2013)
Desa kesambi Dukuh jelak merupakan wilayah yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Sebagai umat Islam sudah sepatutnya ikut serta mendukung keberadaan "Mts Modern Dalaailul Khoirot Kudus” dan Pendidikan yang ada dengan tujuan meningkatnya kualitas pendidikan pada umumnya dan belajar Qur’an Hadits pada khususnya.
Kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap pendidikan di "Mts Modern Dalaailul Khoirot Kudus” adalah bentuk partisipasi pertama dan utama. Tanpa adanya kesadaran dan kepedulian tersebut maka "Mts Modern Dalaailul Khoirot Kudus” tidak akan bisa mendapatkan kerjasama dan melibatkan masyarakat dalam kegiatan di Madrasah. Karena dengan kerja sama yang terjalin dengan baik antara masyarakat maupun pihak lain dan Madrasah, maka perhatian dan kepedulian masyarakat akan lebih meningkat.
Setelah penulis melakukan penelitian, dapat diketahui bahwa peran ilmu Nahwu Shorof cukup baik terhadap meningkatkan belajar Qur’an Hadits tidak hanya dalam bentuk fisik dan finansial saja. Akan tetapi partisipasi lain seperti partisipasi dalam bentuk jasa dan pikiran sangat diperhatikan. Hal ini dapat dilihat dari kepercayaan masyarakat yang besar dengan menyekolahkan anak-anaknya untuk mendapatkan pendidikan di "Mts Modern Dalaailul Khoirot Kudus” , menjadi pembimbing dan pelatih kegiatan ekstra kurikuler, menjadi tenaga pengajar dan lain-lain.
Berbagai peran ilmu Nahwu Shorof yaitu bisa meningkatkan belajar Qur’an Hadits terhadap pendidikan di "Mts Modern Dalaailul Khoirot Kudus” dengan tujuan meningkatnya kualitas belajar Qur’an Hadits, dapat dikategorikan dalam 4 bentuk partisipasi yang antara lain:
1. Partisipasi pikiran (psychological participation), yang berupa sumbangan pengalaman atau pengetahuan yang diberikan dalam setiap pertemuan, diskusi atau rapat yang melibatkan masyarakat sehingga menghasilkan suatu kesepatan dan keputusan sesuai dengan mufakat.
2. Partisipasi tenaga (physical participation), yang berupa tenaga, waktu, keahlian yang di berikan pada saat madrasah sedang maupaun akan mengadakan kegiatan seperti rehabilitasi gedung madrasah.
3. Partisipasi barang (material participation), dalam hal ini partisipasi yang di berikan dapat berupa barang-barang atau sarana prasarana yang dibutuhkan oleh Madrasah tanpa melihat kuantitas dari partisipasi tersebut.
4. Partisipasi uang (money participation), masyarakat dapat berpartisipasi dengan memberikan sejumlah uang baik diminta maupaun atas kesadarannya sendiri.
Adapun partisipasi masyarakat dalam pendidikan di "Mts Modern Dalaailul Khoirot Kudus” dapat dijelaskan dalam beberapa jenis sesuai dengan bab di atas:
1. Partisipasi masyarakat dalam manajemen Sesuai dengan kondisi "Mts Modern Dalaailul Khoirot Kudus” bahwa partisipasi masyrakat dalam manajemen terlihat dengan adanya
keterlibatan masyarakat dalam menentukan visi, misi dan tujuan pendidikan, penentuan pengurus madrasah dan penentuan kepala madrasah melalui rapat kordinasi. Hal ini dilakukan madrasah dengan mengundang orang tua siswa, pengurus yayasan, tokoh masyarakat yang tergabung dalam komite sekolah.
2. Partisipasi masyarakat dalam proses pembelajaran Orang tua, madrasah dan masyarakat merupakan kunci utama dalam pendidikan. Sebagaimana Ki Hajar Dewantara menyebutnya sebagai pusat pendidikan pertama dan utama dalam Tri Pusat Pendidikan ( keluarga, sekolah/madrasah dan masyarakat) yang memiliki tanggung jawab terhadap keberhasilan pendidikan. Ketiga unsur tersebut dituntut kerjasamanya, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan saling menopang kegiatan yang sama secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama. 75 Untuk itu proses pembelajaran yang ada di "Mts Modern
Dalaailul Khoirot Kudus” tidak lepas dari adanya campur tangan orang tua siswa dan masyarakat dukuh tengah. Keterlibatan masyarakat dalam proses pembelajaran di di "Mts Modern Dalaailul Khoirot Kudus” sebagai pendidik/pengajar melalui perekrutan sesuai dengan kebutuhan di madrasah. Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan pengajaran secara langsung dan
75 Hasbullah, Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 37.
formal. Demikian juga orang tua atau keluarga di rumah sebagai pendidik utama yang bersifat nonformal.
Dengan guru yang professional dan mengetahui kondisi lingkungan madrasah diharapkan tujuan pendidikan agama Islam khususnya tercapai dengan maksimal, baik dalam kerangka kognitif, afektif maupun psikomorik siswa. Sehingga orang tua atau masyarakat bahkan pemerintah bangga akan keberhasilan pendidikan melalui pembelajaran yang efektif.
Sebagaimana deskripsi kualitas pembelajaran di atas, "Mts Modern Dalaailul Khoirot Kudus” dalam pelaksanaan proses pembelajaran ilmu Nahwu Shorof belum optimal. Hal ini dapat di lihat dari adanya perekrutan guru yang hanya memandang dari sisi kebutuhan pendidik. Artinya perekrutan guru tanpa adanya tes, ini menjadi hal yang wajar karena keberadaan "Mts Modern Dalaailul Khoirot Kudus” termasuk di wilayah pedesaan. Hingga yang terjadi keprofesionalan seorang guru masih kurang. Untuk itu hendaknya para guru diberi peluang semisal mengikuti seminar tentang profesionalisme guru yang di dalamnya membahas hal hal yang berkaitan dengan pembelajaran Nahwu Shorof.
Selepas dari madrasah masyarakat dalam hal ini orang tua senantiasa
tambahan dengan mengikutsertakan anak-anaknya dalam kegiatan yang ada di madrasah. Yaitu sore hari anak-anak masuk Madrasah Diniyah, pada hari ahad di
memberikan
pembelajaran
"Mts Modern Dalaailul Khoirot Kudus” mengikuti latihan tilawah al- Qur’an yang dibimbing oleh ulama lingkungan di "Mts Modern Dalaailul Khoirot Kudus” atau kegiatan ekstra lainnya, dan masyarakat dengan memberikan bimbingan dalam pengajian-pengajian.
3. Partisipasi masyarakat dalam kurikulum Tidak ada kurikulum yang dilaksanakan dengan efektif tanpa adanya guru, peserta didik, metode pembelajaran, dan prasarana pendidikan yang lengkap. Ketersediaan sumber daya manusia yang terbatas dan belum memenuhi syarat mengakibatkan kurangnya efeisiensi kurikulum yang dipakai di Madrasah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan agama Islam melalui kurikulum, seharusnya madrasah mempunyai kerangka dasar dan struktur kurikulum, yang terdiri dari:
a. Kelompok mata pelajaran agama dan ahlak mulia
b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan tekhnologi
d. Kelompok mata pelajaran estetika
e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan Konsep kurikulum demikian juga dimiliki oleh di "Mts Modern Dalaailul Khoirot Kudus” yang mempunyai struktur kurikulum dan muatan kurikulum. Di mana keduanya terdiri dari komponen mata pelajaran, komponen muatan lokal dan komponen pengembangan diri.
Muatan lokal dimaksudkan untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas madrasah dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah yang materinya tidak dapat dikelompokkan kedalam mata pelajaran yang ada. Di antaranya adalah pelajaran Nahwu Shorof, bahasa Jawa dan Baca Tulis Al-Qur’an (BTA). Sedangkan untuk komponen pengembangan diri di "Mts Modern Dalaailul Khoirot Kudus” meliputi kegiatan shalat dluha, shalat dluhur berjamaah, tadarus al-Qur’an, layanan bimbingan konseling, kepramukaan, seni baca al-Qur’an dan seni rebana.
4. Partisipasi dalam pendanaan dan penyedia sarana prasarana pendidikan "Mts Modern Dalaailul Khoirot Kudus” yang diharapkan di masa depan adalah madrasah yang dapat mengelola pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasional, dan biaya personal dengan baik dan benar. Biaya investasi Madrasah meliputi biaya penyediaan sarana prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap. Biaya operasional meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
Partisipasi masyarakat yang demikian telah dilakukan oleh masyarakat desa Dukuhtengah, bukan hanya menyekolahkan anak-anak ke "Mts Modern Dalaailul Khoirot Kudus”, akan tetapi karena proses pendidikan dilaksanakan dengan adanya bantuan pemerintah (BOS), maka orang tua atau masyarakat sebagai pendukung "Mts Modern
Dalaailul Khoirot Kudus” tidak banyak mengeluarkan biaya Sekolah/Madrasah untuk anaknya ataupun sumbangan lainnya. Meskipun banyaknya bantuan dari pemerintah, tidak sepenuhnya masalah dapat terselesaikan. Oleh sebab itu ketika ada permasalah yang berkaitan dengan masyarakat, "Mts Modern Dalaailul Khoirot Kudus” dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran dengan mengadakan rapat bersama yang di hadiri oleh perwakilan dari pengurus Yayasan, Komite Sekolah, orang tua siswa, tokoh ulama setempat, dan masyarakat yang berkepentingan lainnya. Semisal adanya renovasi gedung Madrasah, pembiayaan sarana prasarana pendidikan
dan gaji guru honorer. 76 Penyelanggaraan pendidikan di "Mts Modern Dalaailul Khoirot
Kudus” tidak hanya membutuhkan keahlian dan semangat yang tinggi, melainkan membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit. Dalam hal ini para donatur tidak sembarang orang, yaitu orang-orang yang memiliki kemampuan dan kesadaran terhadap pembiayaan pendidikan di "Mts Modern Dalaailul Khoirot Kudus”.
Ada beberapa cara dalam meningkatkan belajar quran hadits yang baik: a). Pemahaman, yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan cara membaca dan menulis Al-Qur'an serta kandungan Al-Qur’an Hadits. b). Sumber nilai, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. c). Sumber motivasi, yaitu
76 Hasil Wawancara dengan Bapak Drs. KH. Ali Usman HS, M. Ag. selaku kepala di “MTs. Modern Dalaailul Khoirot Kudus”, Tanggal 1 Februari 2013
memberikan dorongan untuk meningkatkan kualitas hidup beragama, bermasyarakat dan bernegara. d). Pengembangan, yaitu meningkatkan keamanan dan ketaqwaan siswa dalam meyakini kebenaran ajaran agama Islam yang telah dilaksanakan dalam lingkungan keluarga maupun jenjang pendidikan sebelumnya. e). Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan, pemahaman dan pengamatan ajaran Islam siswa dalam kehidupan sehari-hari. f). Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya lain yang dapat membahayakan diri siswa dan menghambat perkembangannya menuju manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
"Mts Modern Dalaailul Khoirot Kudus” adalah lembaga pendidikan yang didirikan oleh masyarakat dengan berciri khas pendidikan Islam. Akan tetapi bila pendidikan agama Islam sendiri masih kurang, bagaimana pandangan masyarakat Dukuhtengah terhadap eksistensi Madrasah tersebut. Karena tingginya kualitas pendidikan agama Islam merupakan nilai jual yang utama bagi di "Mts Modern Dalaailul Khoirot Kudus”.
Eksistensi Madrasah merupakan faktor yang sangat penting, hal ini dikarenakan Madrasah merupakan lembaga pendidikan Islam yang sudah barang tentu sangat dinantikan keberadaannya. Mengingat fungsi dan peranannya sebagai lembaga pendidikan yang mengajarkan ilmu- ilmu agama Islam dan ilmu umum. Untuk itu semua pengelola
Madrasah diharapkan dapat melakukan tindakan yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam. Yaitu bekerja sama dengan masyarakat agar terjalin hubungan yang harmonis, sehingga partisipasi masyarakat dapat lebih meningkat.
Disamping itu Madrasah sebagai lembaga pendidikan yang lebih menitik beratkan pada pendidikan agama Islam yang meliputi akhlak dan budi pekerti, sudah barang tentu mendapatkan tempat tersendiri di hati masyarakat. Karena dengan adanya Madrasah maka akan terbentuk siswa-siswi yang mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoralitas tinggi sesuai dengan norma.norma agama.
Lembaga pendidikan Islam seperti di "Mts Modern Dalaailul Khoirot Kudus” dan pondok pesantren, unsur Kyai atau Ulama mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendirikan, memimpin dan juga memajukan madrasah atau pondok pesantren. Hal itu dikarenakan seorang Ulama atau Kyai mempunyai kharisma dan menjadi panutan bagi masyarakat di sekitarnya.
Dan sebagaimana Madrasah adalah model lembaga pendidikan yang dalam sejarahnya bermula dari pondok pesantren. Di dalam pondok pesantren terlihat dengan jelas bahwa seorang Kyai mempunyai pengaruh yang besar sebagai pendiri sekaligus pemegang pimpinan tertinggi. Pengaruh tersebut bukan hanya dirasakan oleh para santri atau
murid dalam pondok pesantren, tetapi juga sangat dirasakan oleh masyarakat yang ada disekitar lingkunga pondok pesantren. 77
Hampir setiap Madrasah yang didirikan masyarakat diprakarsai oleh Ulama atau Kyai. di "Mts Modern Dalaailul Khoirot Kudus” sendiri didirikan atas prakarsa Drs. KH. Ali Usman HS, M. Ag seorang tokoh masyarakat desa Dukuhtengah, yang kemudian disambut baik oleh masyarakat sekitarnya. Oleh sebab itu keberadaan Ulama/Kyai/ Ustad di tengah masyarakat sangatlah penting, khususnya dalam penyelenggaraan pendidikan yang menjadi pemberdayaan masyarakat agama Islam yang berkualitas.
Partisipasi masyarakat dalam peningkatan kualitas pendidikan di "Mts Modern Dalaailul Khoirot Kudus” tidak akan efektif tanpa adanya dorongan dari pihak terkait, dalam hal ini adalah manajemen organisasi pendidikan "Mts Modern Dalaailul Khoirot Kudus” sendiri. Untuk itu penting bagi "Mts Modern Dalaailul Khoirot Kudus” untuk bekerja sama dengan masyarakat lingkungan madrasah seperti pejabat tingkat daerah, LSM, kelompok agama, tokoh masyarakat, orang tua siswa dalam mengelola dan meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam di madrasah.
Selain itu dibutuhkan adanya organsasi yang menampung aspirasi dan partisipasi masyarakat. Seperti halnya dengan organisasi
77 Zubaedi, Pendidikan Berbasis Masyarakat Upaya Menawarkan Berbagai Solusi Terhadap Berbagai Problem Social, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), cet. 2, hlm. 19.
Humas, organisasi Komite Sekolah/Madrasah maupun Dewan sekolah/Madrasah. yang memiliki fungsi dan peranan masing-masing.
Hubungan atau kerja sama yang harmonis antara sekolah dengan masyarakat dalam peningkatan mutu pendidikan akan menumbuhkan dan memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi terhadap madrasah. Oleh sebab itu kesadaran akan pentingnya kerjasama dalam peningkatan kualitas pendidikan agama Islam antara satu sama lain sangat dibutuhkan. Bentuk kesadaran tersebut adalah partisipasi dari masyarakat yang dapat berupa tenaga, pikiran, jasa maupun materi (dana).
Jenis kerja sama tersebut antara lain:
1. Hubungan edukatif, ialah hubungan kerja sama dalam hal mendidik siswa, antara guru di sekolah dan orang tua di dalam keluarga
2. Hubungan kultural, ialah usaha kerja sama antara sekolah dengan masyarakat yang memungkinkan adanya saling membina dan mengembangkan kebudayaan masyarakat tempat madrasah itu berada.
3. Hubungan institusional yakni hubungan kerja sama antara sekolah dengan lembaga-lembaga atau instansi-instansi resmi lain. 78
Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan suatu proses komunikasi untuk meningkatkan pengertian warga masyarakat tentang kebutuhan dan pratek serta mendorong minat dan kerja sama dalam
78 M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), Cet, 10, hlm. 194-195.
usaha memperbaiki sekolah. 79 Karena komunikasi itu merupakan lintasan dua arah yaitu dari sekolah terhadap masyarakat dan dari
masyarakat terhadap Madrasah. Agar komunikasi dua arah tersebut berjalan dengan baik, fungsi wadah partisipasi masyarakat harus di perhatikan. Karena dalam hal ini organisator tersebut adalah komite sekolah yang lebih berperan, maka Komite sekolah harus menjalankan fungsinya sebagai berikut:
1. Komite Sekolah/Madrasah sebagai badan pertimbangan, dapat memberikan pertimbangan pada sekolah dalam rangka pengembangan kurikulum; memberikan masukan tentang proses pembelajaran kepada guru sebagai faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan dalam masyarakat madrasah; dan komite sekolah memberikan pertimbangan tentang penambahan muatan lokal dalam kurikulum muatan lokal, yang meliputi Nahwu Shorof, Baca Tulis Al-Qur’an (BTA), Tilawah Al-Qur’an, komputer, pramuka dan drum band.
2. Komite Sekolah/Madrasah sebagai badan pendukung, berupaya memberikan dukungan terhadap perwujudan dan peningkatan faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan agama Islam antara lain: tenaga kependidikan, bahan pembelajaran, sarana dan prasarana, keuangan dan lingkungan yang kondusif; menyediakan anggaran beasiswa bagi siswa yang berprestasi; memberikan dukungan
79 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesiona Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 3, hlm 173.
pemeriksaan kesehatan kepada siswa; dan mengadakan kegiatan inovatif untuk meningkatkan komitmen masyarakat.
3. Komite Sekolah/Madrasah sebagai badan penghubung. Berupaya membina hubungan dan kerja sama dengan masyarakat, dunia usaha dan industri
4. Komite Sekolah/Madrasah sebagai badan pengontrol, upaya yang dilakukan antara lain: mengadakan rapat atau pertemuan secara rutin atau insidental dengan kepala sekolah, dewan guru dan orang tua atau masyarakat; mengadakan kunjungan atau silaturahmi ke Sekolah; meminta penjelasan kepada Sekolah tentang hasil atau kualitas pendidikan agama Islam di "Mts Modern Dalaailul Khoirot Kudus”
Untuk itu sekolah dapat menstimulasi masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam hal ini pendidikan agama Islam di "Mts Modern Dalaailul Khoirot Kudus” dengan cara:
a. Melibatkan tokoh masyarakat
b. Mengundang masyarakat dalam menentukan suatu kebijakan (rapat)
c. Melalui konsultasi
d. Melalui radio dan televisi
e. Melalui kegiatan pameran atau pementasan
f. Melaksanakan program-program kemasyarakatan, misalnya kebersihan lingkungan
g. Membuat program kerja sama sekolah dengan masyarakat misalnya dalam perayaan hari nasional dan keagamaan. 80
80 Ibid, hlm. 178