Menyampaikan dan Mengajarkan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi

3. Menyampaikan dan Mengajarkan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi

Kewajiban terakhir (ketiga), adalah berkaitan dengan fungsi dan kedudukan istri-istri Nabi saw sebagai anggota masyarakat (kewajiban yang bersifat sosial kemasyarakatan). Ini tercantum pada ayat 34 Surah al-Ahzâb:

“Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah Nabimu). Sesungguhnya Allah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Ahzâb: 34).

Menurut al-Alûsî maksud kalimat نﺮﻛذا adalah ajarkanlah kepada manusia melalui cara nasihat dan peringatan. 87 Seperti sudah dijelaskan di awal, Ummahât al-

Mu’minîn menjadi saksi dan terlibat dalam situasi serta proses pembentukan risalah. Sebagian rumah mereka menjadi tempat turunnya wahyu, sehingga merekalah orang yang paling pertama menerima pengajaran dari Nabi saw.

Kata ﺮﻛذ dapat berarti kondisi yang menjadikan seseorang memelihara pengetahuan/informasi yang telah diperolehnya. Ini sama dengan menghafal, hanya saja menghafal penekananya pada aspek perolehan pengetahuan itu, sedang zikir

86 Ar-Râzî, Tafsîr Ar-Râzî, juz 25, h. 210 87 Al-Alûsî, Rûh al-Ma’ânî, juz 22, h. 20 86 Ar-Râzî, Tafsîr Ar-Râzî, juz 25, h. 210 87 Al-Alûsî, Rûh al-Ma’ânî, juz 22, h. 20

lupa, tetapi dalam kontes memelihara ingatan/hafalan. 88 Sedangkan penggunaan bentuk mudhâri‘ (kata kerja masa kini dan datang)

pada kata ﻰََََﻠْﺘُﯾ , mengisyaratkan perlunya mengingat dan memelihara apa yang sedang dan akan dibaca dari ayat-ayat al-Qur’an dan hikmah. 89

Kata ﺔﻤﻜﺣ , pada ayat ini diperselisihkan oleh ulama. Ada yang memahaminya dalam arti sunnah Nabi, ada juga yang memahaminya dalam arti umum, mencakup segala macam ilmu amaliah dan amal ilmiah. Firman Allah dalam

Q.S. Luqmân/31: 12:

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (Q.S. Luqmân/31: 12)

Ada pula yang mempersempit makna hikmah sehingga hanya mencakup pesan-pesan dan hukum-hukum agama yang secara khusus terdapat dalam al-

Qur’an. 90

88 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, vol. 11, h. 268 89 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, vol. 11, h. 268 90 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, vol. 11, h. 268

Ayat ini memerintahkan kepada para istri Nabi agar senantiasa mengingat dan memelihara ayat-ayat al-Qur’an dan sunnah Nabi bukan hanya untuk diri mereka sendiri akan tetapi juga untuk kaum muslimin terutama karena mereka menyaksikan turunnya sebagian ayat-ayat Al-Qur’an dan mengetahui sunnah Nabi.

Selain itu, ayat ini berpesan agar memperhatikan apa yang dibaca di rumah- rumah Nabi tentang petunjuk-petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Dalam konteks ini Nabi saw bersabda: “Seorang penghafal al-Qur’an bagaikan pemilik unta, kalau dia memperhatikan unta itu akan selalu bersamanya dan bila dia melepaskannya ia akan pergi menjauh” ( HR. Bukhari dan Muslim melalui Ibnu Umar). Di sisi lain, Allah

yang langsung menjanjikan kemudahan memelihara dan memahami al-Qur’an bagi siapa yang bermaksud memelihara, mengingat dan memahaminya. 91

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” ( Q.S. al-Qamr/54: 17 )

Oleh karena itu, kalimat نﺮﻛذا yang muncul dalam bentuk imperatif, berfungsi ke dalam diri istri-istri Nabi dan keluar kepada masyarakat. Maksudnya istri-istri Nabi saw berkewajiban untuk mengingat dan tidak boleh melupakan apa yang dibacakan di hadapan mereka oleh Nabi berupa ayat-ayat al-Qur’an dan sunnah, di samping juga dituntut untuk menyampaikannya kepada masyarakat. 92 Tugas

91 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, vol. 11, h. 268 92 Perhatikan komentar Al-Alûsî, Rûh al-Ma’ânî, juz 22, h. 20 91 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, vol. 11, h. 268 92 Perhatikan komentar Al-Alûsî, Rûh al-Ma’ânî, juz 22, h. 20

Meskipun ayat 34 di atas tidak menunjuk siapa yang membaca ayat-ayat itu, namun yang jelas, Nabi saw membacakannya kepada keluarga beliau. Namun demikian, meskipun mukhâthabnya ditujukan kepada istri-istri Nabi, tetapi sebenarnya cakupan makna/obyeknya lebih luas, yaitu kepada ummat Islam. Maka, umat Islam dituntut untuk membaca atau mendengarkan --melalui apa atau siapapun-- ayat-ayat al-Qur’an dan hikmah di rumah-rumah mereka, lalu memperhatikan dan memelihara pesan-pesannya. “Seorang yang tidak ada di dalam dirinya beberapa ayat

al-Qur’an adalah seperti rumah yang hancur.” Demikian sabda Nabi (HR. At- Tarmidzi melalui Ibnu ‘Abbâs). 93