Hubungan Hasil dan Parameter Stabilitas
4.6 Hubungan Hasil dan Parameter Stabilitas
Rata-rata bobot biji per tanaman berkorelasi negatif secara nyata dgn nilai Sd 2 pada metode regresi linier, ASV dan JPE pada metode AMMI, dan
berkorelasi positif secara nyata dengan YSi (Tabel 23). Dengan demikian, untuk menentukan rata-rata bobot biji yang tinggi dan stabil dapat menggunakan metode
regresi linier berdasarkan nilai Sd 2 yang kecil, mengunakan metode AMMI dengan dasar nilai ASV dan JPE yang kecil, dan menggunakan metode YSi
dengan nilai skor untuk peringkat yang besar. Semua kriteria mengacu kepada konsistensi penampilan terhadap nilai rata-rata umum di seluruh lokasi. Diantara parameter stabilitas dan adaptabilitas, tidak ada yang saling berkorelasi, artinya parameter-parameter yang digunakan saling indenpenden dalam menentukan stabilitas dan adaptasi bobot biji per tanaman pada lingkungan yang beragam. Dengan demikian penilaian stabilitas dan adaptabilitas bobot biji per tanaman dapat menggunakan metode regresi linier, AMMI, dan YSi.
Hubungan antar parameter stabilitas menyatakan keeratan parameter dalam menentukan adaptasi dan genotip terpilih. Parameter b berkorelasi positif dengan IPCA1, hal ini menunjukkan bahwa b dan IPCA1 memiliki linieritas penampilan genotip terhadap lingkungan (Tabel 23). Semakin besar nilai b atau IPCA1 maka genotip semakin respons terhadap perubahan lingkungan.
Parameter Sd 2 berkorelasi positif dengan JPE untuk karakter bobot biji per tanaman (Tabel 23). Hal ini menunjukkan tingginya simpangan dari regresi
seiring dengan semakin besarnya nilai JPE, yaitu jika semakin menjauh dari nilai rata-rata maka penampilan genotip semakin tidak stabil. Sd 2 berkorelasi negatif seiring dengan semakin besarnya nilai JPE, yaitu jika semakin menjauh dari nilai rata-rata maka penampilan genotip semakin tidak stabil. Sd 2 berkorelasi negatif
Tabel 23. Nilai koefisien korelasi peringkat Spearman rata-rata karakter bobot biji per tanaman (g) dan parameter stabilitas dan adaptabilitas pada tujuh genotip kedelai hitam
ASV JPE YSi Rata-rata
Parameter Rata-rata 2 b Sd
IPCA1 IPCA2
b 0.679 1 Sd 2
-0.821* -0.607 1 IPCA1
* Berkorelasi nyata pada uji t 5%
Parameter stabilitas dan adaptabilitas karakter bobot biji per tanaman dikelompokkan berdasarkan agglomerative hierarchical clustering (AHC) dengan kedekatan menggunakan koefisien korelasi Spearman dan metode aglomerasi single linkage diperoleh 3 kelompok parameter (Gambar 9). Kelompok 1 terdiri dari parameter rata-rata b dan IPCA1 yaitu dari metode regresi dan AMMI.
Kelompok 2 terdiri dari parameter Sd 2 , ASV, dan JPE, yaitu dari metode regresi dan AMMI. Kelompok 3 terdiri dari parameter IPCA2, yaitu metode AMMI.
Setiap kelompok parameter pada bobot biji per tanaman ini menunjukkan bahwa kelompok 1 merupakan parameter yang berdasarkan pada nilai respons genetik terhadap lingkungan. Kelompok 2 merupakan parameter yang menunjukkan sebaran atau simpangan terhadap nilai rata-rata, dan kelompok 3 merupakan kelompok sendiri yang menyatakan konsistensi penampilan suatu genotip pada wilayah spesifik.
JPE Sd 2 ASV IPCA2 IPCA1
b YSi Rata-rata
Similarity
Gambar 9. Dendrogram pengelompokan rata-rata dan parameter stabilitas dan adaptabilitas karakter bobot biji per tanaman tujuh genotip kedelai hitam
Pada karakter bobot 100 biji, rata-rata karakter ini hanya berkorelasi positif dengan nilai ASV pada metode AMMI dan YSi (Tabel 24). Rata-rata yang berkorelasi positif dengan ASV dan YSi menunjukkan pemilihan genotip yang mempunyai rata-rata tinggi pada bobot 100 biji dapat menggunakan nilai ASV dan YSi tinggi. Namun nilai ASV tinggi akan menyebabkan genotip Pada karakter bobot 100 biji, rata-rata karakter ini hanya berkorelasi positif dengan nilai ASV pada metode AMMI dan YSi (Tabel 24). Rata-rata yang berkorelasi positif dengan ASV dan YSi menunjukkan pemilihan genotip yang mempunyai rata-rata tinggi pada bobot 100 biji dapat menggunakan nilai ASV dan YSi tinggi. Namun nilai ASV tinggi akan menyebabkan genotip
Hubungan antar parameter menunjukkan keeratan antar metode. Parameter
b berkorelasi negatif dengan Sd 2 dan IPCA1, yang menunjukkan bahwa produktifitas lingkungan berhubungan dengan ketidakstabilan penampilan atau
beradaptasi spesifik. Parameter IPCA1 berkorelasi positif dengan JPE, yang menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai IPCA1 maka niai JPE juga semakin tinggi yang menunjukkan pada wilayah adaptasi spesifik produktif.
Tabel 24. Nilai koefisien korelasi peringkat Spearman rata-rata karakter bobot 100 biji (g) dan parameter stabilitas dan adaptabilitas pada tujuh genotip kedelai hitam
IPCA1 IPCA2 ASV JPE YSi Rata-rata
Parameter Rata-rata 2 b Sd
b -0.429 1 Sd 2
0.607 -0.821* 1 IPCA1
0.286 -0.857* 0.607 1 IPCA2
1 ASV
0.500 -0.429 -0.393
* Berkorelasi nyata pada uji t 5%
Pada karakter bobot 100 biji, parameter stabilitas dan adaptabilitas berdasarkan agglomerative hierarchical clustering (AHC) dengan kesamaan Pada karakter bobot 100 biji, parameter stabilitas dan adaptabilitas berdasarkan agglomerative hierarchical clustering (AHC) dengan kesamaan
ASV, JPE, YSi yaitu dari metode regresi, AMMI, dan YSi. Kelompok 2 terdiri dari nilai b metode regresi, dan kelompok 3 nilai IPCA2 metode AMMI.