Penampilan Hasil Kedelai Hitam pada Lingkungan yang Berbeda

4.4 Penampilan Hasil Kedelai Hitam pada Lingkungan yang Berbeda

Pada karakter kuantitatif, penampilan genotip yang berbeda sering bervariasi dari satu lingkungan ke lingkungan lain. Penampilan suatu genotip dapat dinyatakan sebagai fungsi linier dari variabel lingkungan (Finlay dan Wilkinson, 1963; Eberhart dan Russell, 1966; Perkins dan Jinks, 1968; Hardwick dan Wood, 1972). Indeks lingkungan pada model Eberhart dan Russell (1966) dihitung dari rata-rata penampilan seluruh genotip pada satu lingkungan dibandingkan dengan rata-rata umum (Singh dan Chaudhary, 1979).

Rata-rata penampilan seluruh genotip di setiap lingkungan digunakan untuk menghitung indeks lingkungan dan digunakan sebagai variabel independen dalam regresi, hal ini dianggap sebagai keterbatasan model Eberhart dan Russell karena tidak ada independensi antar variabel (Becker dan Leon, 1988; Crossa, 1990). Indeks lingkungan merepresentasikan daya dukung setiap lingkungan terhadap penampilan karakter tanaman suatu genotip dalam memanfaatkan sumberdaya yang tersedia secara optimal (Tabel 10, 11, dan 12).

Penampilan karakter umur berbunga (Lampiran 4), umur panen (Lampiran 5), tinggi tanaman (Lampiran 6), jumlah polong per tanaman (Lampiran 7), jumlah biji per tanaman (Lampiran 8), dan bobot per plot (Lampiran 9) menunjukkan adanya perbedaan penampilan antar genotip pada masing-masing lingkungan. Perbedaan penampilan genotip juga menunjukkan adanya perbedaan peringkat pada lokasi yang berbeda. penampilan karakter-karakter tersebut pada genotip yang berbeda atau genotip yang sama di lingkungan yang berbeda merupakan respons untuk memanfaatkan lingkungan secara optimal.

Berdasarkan indeks lingkungan dapat ditentukan kategori lingkungan rata- rata, lingkungan marginal dan lingkungan produktif. Lingkungan Bogor, Cianjur, Cirebon, Jatinangor 2, Madiun, dan Ngawi merupakan lokasi yang mempunyai produktivitas lingkungan mendekati rata-rata umum untuk karakter bobot biji per tanaman, yaitu berturut-turut 8.20 g, 12.77g, 13.68 g, 7.80 g, 12.98 g, dan 9.48 g (Tabel 10). Lingkungan-lingkungan tersebut disebut sebagai lingkungan rata-rata.

Lingkungan Jatinangor 1 dan Majalengka merupakan lokasi yang mempunyai produktivitas lingkungan di bawah rata-rata umum atau disebut sebagai lingkungan marjinal untuk karakter bobot biji per tanaman (Tabel 10). Lokasi yang termasuk pada lingkungan produktif adalah Banyuwangi dan Yogyakarta. Lingkungan produktif mendukung karakter bobot biji pertanaman berkembang secara optimal, yaitu berturut-turut 17.58 g dan 25.41 g.

Untuk memudahkan identifikasi genotip yang kurang potensial dan genotip potensial tanpa harus setiap waktu mengacu pada rata-rata genotip, maka dihitung indeks fenotip. Indeks fenotip dihitung dari rata-rata pengaruh seluruh lingkungan terhadap genotip tertentu, dibandingkan dengan rata-rata umum. Konsep ini dikemukakan oleh Sharma (2006). Penentuan indeks fenotip didasarkan pada efek aditifitas pengaruh lingkungan dan pengaruh ini dianggap bisa dirata-ratakan. Hal ini menunjukkan pendekatan statistik yang digunakan, tidak menggunakan konsep bahwa genotip tersarang pada lingkungan (LeClerg et al., 1966). Dihubungkan dengan konsep Eberhart dan Russell (1966), bahwa suatu genotip yang stabil

ditentukan jika b = 1, Sd 2 = 0, dan mempunyai rata-rata hasil tinggi, maka indeks ditentukan jika b = 1, Sd 2 = 0, dan mempunyai rata-rata hasil tinggi, maka indeks

Indeks lingkungan lokasi Bogor, Cianjur, Jatinangor 2, Madiun, Majalengka, Ngawi, dan Yogyakarta menunjukkan tidak berbeda nyata untuk karakter bobot 100 biji (Tabel 11). Lokasi-lokasi tersebut termasuk lingkungan yang produktivitasnya rata-rata, yang mendasari penampilan adaptasi luas pada suatu genotip. Lingkungan Jatinangor 1 merupakan lokasi yang mempunyai produktivitas lingkungan di bawah rata-rata umum atau disebut sebagai lingkungan marjinal. Lingkungan Banyuwangi dan Cirebon merupakan lokasi yang mempunyai produktivitas lingkungan di atas rata-rata umum atau disebut sebagai lingkungan produktif yang mendukung karakter bobot 100 biji untuk berkembang secara optimal.

Banyuwangi dan Yogyakarta merupakan lokasi yang mempunyai produktivitas lingkungan di atas rata-rata umum atau disebut sebagai lingkungan produktif yang mendukung karakter hasil untuk berkembang secara optimal, yaitu berturut-turut 2.36 dan 2.45 t/ha (Tabel 12). Lokasi Jatinangor 1 dan Jatinangor 2 menunjukkan indeks lingkungan yang berbeda nyata lebih kecil dari rata-rata umum. Lokasi-lokasi disebut sebagai lingkungan marjinal untuk karakter hasil, yaitu berturut-turut 0.87 dan 0.94 t/ha. Bogor, Cianjur, Cirebon, Madiun, Majalengka, dan Ngawi merupakan lokasi yang mempunyai produktivitas lingkungan mendekati rata-rata umum untuk karakter hasil. Lokasi-lokasi tersebut disebut sebagai lingkungan rata-rata yang mendasari penampilan adaptasi luas pada suatu genotip.

Tabel 10. Penampilan bobot biji per tanaman (g) tujuh genotip kedelai di 10 lingkungan

Lokasi

Rata- Indeks Genotip

1 2 angi ta i

rata fenotip

B ianj

ir

C nangor

nangor

ga yakar

31.3 a 13.23 1.14 CK 12

14.1 c 9.97 -2.12* CK 5

17.3 b 10.75 -1.34 CK 6

19.8 b 10.94 -1.16 Detam 1

32.1 a 14.06 1.96* KA 2

32.1 a 12.68 0.59 KA 6

31.2 a 13.03 0.93 Rata-rata

17.58 8.20 12.77 13.68 6.58 7.80 12.98 6.48 9.48 25.41 12.10 Indeks lingkungan

13.31* Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf sama pada kolom yag sama tidak berbeda nyata pada uji beda rata rata Duncan 5%, * berbeda nyata pada taraf

uji t 5% terhadap rata-rata indeks lingkungan.

Tabel 11. Penampilan bobot 100 biji (g) tujuh genotip kedelai di 10 lingkungan

Lokasi

Rata- Indeks Genotip

ebo di engka rata fenotip

ogor

B ianj

9.9 b 11.20 0.44 CK 12

10.3 b 10.61 -0.15 CK 5

9.9 b 10.41 -0.35 CK 6

9.7 b 10.39 -0.36 Detam 1

13.1 a 13.14 2.38* KA 2

9.6 b 9.69 -1.07 KA 6

9.8 b 9.85 -0.90 Rata-rata

11.86 10.36 10.29 12.48 8.96 10.39 11.16 10.75 11.03 10.29 10.76 Indeks lingkungan 1.10*

Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf sama pada kolom yag sama tidak berbeda nyata pada uji beda rata rata Duncan 5%, * berbeda nyata pada taraf

uji t 5% terhadap rata-rata indeks lingkungan.

Tabel 12. Penampilan hasil (t/ha) tujuh genotip kedelai di 10 lingkungan

Lokasi

1 2 n a or or rt

Rata- Indeks Genotip