terlindungi serlama pelaksanaan pelayanan berlangsung, 17 memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan data pelayanan asuhan keperawatan dan
kegiatan lain yang dilakukan secara tepat dan benar, 18 mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruang rawat inap lain, seluruh kepala seksi,
kepala bidang, kepala instansi, dan kepala UPF di rumah sakit, dan 19 menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas, pasien
dan keluarganya, sehingga memberi ketenangan. c. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penelitian, meliputi : 1
mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah ditentukan, 2 melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan
pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan, 3 melaksanakan penilaian dan mencantumkan ke dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai
DP3 bagi pelaksana keperawatan dan tenaga lain di ruang yang berada di bawah tanggung jawabnya untuk berbagai kepentingan naik
pangkatgolongan, melanjutkan sekolah, 4 mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan perawatan serta obat–obatan secara efektif dan
efisien, mengawasi pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain di ruang rawat.
2. Kepemimpinan
2.1 Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah hubungan antara pemimpin dan pengikut dimana pemimpin mempengaruhi pengikut atau pihak lain atau bawahannya untuk
bekerjasama sukarela dalam mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan
Universitas Sumatera Utara
tugasnya untuk mencapai hal-hal yang diinginkan oleh pimpinan Ali, 2010. Menurut Gillies 1994, mendefinisikan kepemimpinan berdasarkan kata kerjanya,
yaitu to lead, yang mempunyai arti beragam, seperti untuk memandu to guide, untuk menjalankan dalam arah tertentu to run in a specific direction, untuk
mengarahkan to direct, berjalan di depan to go at the head of, menjadi yang pertama to be first, membuka permainan to open play, dan cenderung ke hasil
yang pasti to tend toward a definite result. Gardner dikutip dari Marquis dan Huston 2010 mendefinisikan
kepemimpinan sebagai proses persuasif dan peneladanan oleh individu atau tim kepemimpinan yang mempengaruhi suatu kelompok untuk mengikuti arahan
pimpinan atau diberikan oleh pimpinan kepada bawahannya. Merton dikutip dari Swanburg 2000 menguraikan kepemimpinan sebagai suatu transaksi masyarakat
dimana seseorang anggota mempengaruhi yang lainnya. Ia menyatakan bahwa lebih baik bila seseorang dengan posisi sedang berkuasa mengkombinasikan
antara kekuasaan dan kepemimpinan untuk membantu organisasi dalam mencapai tujuan. Merton menguraikan kepemimpinan yang efektif akan memenuhi empat
keadaan yaitu : 1 Seseorang akan mengerti apabila menerima suatu komunikasi, 2 Orang ini mempunyai pedoman apa yang harus dilakukan yang diminta dalam
komunikasi tersebut, 3 Orang ini percaya bahwa perilaku yang diminta adalah sesuai dengan kehendak perorangan dengan nilai yang baik, 4 Orang ini percaya
bahwa hal itu sesuai dengan tujuan organisasi. McGregor dikutip dari Swanburg 2000 menyatakan ada empat variabel
besar untuk memahami kepemimpinan : 1 karakter pimpinan, 2 sikap,
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan, dan karakteristik lainnya dari bawahan, 3 karakteristik dari organisasi, seperti tujuan, strukur organisasi, keadaan organisasi yang akan
dibentuk, dan 4 keadaan sosial, ekonomi, dan politik lingkungan. McGregor menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan hubungan yang sangat kompleks
yang selalu berubah dengan waktu seperti perubahan yang terjadi pada manajemen, serikat kerja atau kekuatan dari luar.
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan memimpin yang pada hakikatnya meliputi suatu
hubungan antara yang antara pemimpin dan yang dipimpin agar mau bekerja ke arah pencapaian tujuan tertentu.
2.2 Teori Kepemimpinan
a. Teori Sifat The Great Man Theory Teori ini menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin pemimpin
dibawa sejak lahir bukan didapatkan dan mereka mempunyai karakteristik tertentu yang membuat mereka lebih baik dari yang lain, teori ini disebut “Great
Man Theory”. Banyak penelitian tentang riwayat kehidupan Great Man Theory, tetapi menurut teori kontemporer, kepemimpinan seseorang dapat dikembangkan
bukan hanya dari pembawaan sejak lahir, dimana teori ini mengabaikan atau pengaruh dari siapa yang mengasuh, situasi, dan lingkungan lainnya Marquis
Huston, 2010. The Great Man Theory dari filsuf Aristotle, menyatakan bahwa beberapa orang dilahirkan untuk menjadi pemimpin, sedangkan orang lain
dilahirkan untuk dipimpin. Teori sifat menyatakan bahwa beberapa orang
Universitas Sumatera Utara
memiliki karakteristik atau sifat individu tertentu yang membuat mereka memimpin lebih baik daripada yang lainnya Marquis dan Huston, 2010.
Swanburg 2000 menyatakan ciri-ciri pemimpin menurut teori sifat adalah a Inteligensi : sifat bawaan berkaitan dengan kecerdasan, termasuk pengetahuan,
menentukan sesuatu dan kelancaran berbicara. Menyadari bahwa pengetahuan dan kompetensi dalam pekerjaan tertentu adalah salah satu faktor terpenting
dalam keefektifan pemimpin. Pemimpin kompeten mempunyai kekuatan istimewa apabila dipakai untuk mengilhami bawahan untuk mengatasi penampilannya. b
Kepribadian : sifat bawaan dalam kepribadian seperti mudah menyesuaikan diri, mempunyai keyakinan diri, kreatif, dan bisa menyatukan diri adalah merupakan
sifat pemimpin yang efektif. Pemimpin adalah seseorang yang efektif dan mengetahui bagaimana memotivasi para pegawai untuk mencapai tujuan dari
organisasi dan c Kemampuan : seorang pemimpin mempunyai cukup kepopuleran, wibawa dan keterampilan diri untuk dipakai sebagai simbol dalam
menyampaikan segala sesuatu, dan bisa pula menanamkan kesatuan dengan secara mendalam diantara anggota-anggota dari suatu sistem organisasi.
b. Teori Perilaku Behaviour Theory Kepemimpinan dapat dipelajari berdasarkan pola–pola kelakuan para
pemimpin. Seorang pemimpin tidak berkelakuan sama ataupun melakukan kegiatan yang identik dengan seorang pemimpin yang lainnya dalam suatu situasi
yang sama Winardi, 2000. Nursalam 2009 menyatakan bahwa teori perilaku lebih menekankan pada apa yang dilakukan pemimpin dan bagaimana seorang
manajer menjalankan fungsinya. Perilaku sering dilihat sebagai suatu rentang dari
Universitas Sumatera Utara
sebuah perilaku otoriter ke demokratis atau dari fokus suatu produksi ke fokus pegawai. Vestal dikutip dari Nursalam 2009 menyatakan teori perilaku
dinamakan dengan gaya kepemimpinan seorang manajer dalam satu organisasi. Bersamaan dengan berkembangnya teori kepemimpinan, para peneliti mulai
menekankan pada apa yang telah pemimpin lakukan gaya kepemimpinan. Lewin 1951 dan White Lippitt 1960 mengeluarkan terobosan baru yaitu
memisahkan gaya kepemimpinan menjadi otoriter, demokratis dan Laissez-faire Gillies, 1994.
McGregor menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan individu secara keseluruhan yang mengadakan interaksi inividu dengan
lingkungannya. Apa yang terjadi dengan orang tersebut merupakan akibat dari perilaku orang lain. Sikap dan emosi orang lain mempengaruh orang tersebut.
Bawahan sangat tergantung pada atasan dan berkeinginan untuk diberlakukan adil. Suatu hubungan akan berhasil apabila dihendaki kedua pihak, juga
tergantung pada prakarsa yang diambil atasan Swanburg, 2000.
2.3 Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat pula
dikatakan gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin. Gaya kepemimpinan merupakan pola
menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun tidak tampak oleh bawahannya. Gaya kepemimpinan menggambarkan kombinasi yang
konsisten dari falsafah, keterampilan, sifat dan sikap yang mendasari perilaku
Universitas Sumatera Utara
seseorang Rivai, 2003. Gaya kepemimpinan adalah adanya pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami suksesnya kepemimpinan dimana lebih
memusatkan perhatian apa yang dilakukan oleh pemimpin tersebut Winardi, 2000. Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa gaya
kepemimpinan adalah sekumpulan pola perilaku yang dimiliki oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku orang lain.
Gillies 1994 mengatakan gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan kekuasaan dibedakan menjadi empat yaitu : otoriter, demokratis, partisipatif dan
bebas tindak atau Laissez–Faire. Gaya kepemimpinan otoriter adalah gaya seorang pemimpin yang
berorientasi pada tugas, menggunakan jabatan kekuasaan posisi dan kekuasaan dalam memimpin, mempertahankan tanggung jawab untuk semua perencanaan
tujuan dan pembuatan keputusan serta memotivasi bawahan dengan menggunakan penghargaan reward dan kesalahan punishment Gillies, 1994.
Gaya kepemimpinan demokratis merupakan kepemimpinan yang
menghargai sifat dan kemampuan setiap staf. Membuat rencana dan pengontrolan dalam penerapannya informasi diberikan seluas - luasnya dan terbuka Nursalam,
2007. Gaya kepemimpinan ini menggunakan kekuatan pribadi dan kekuatan jabata untuk menarik gagasan dari para pegawai dan memotivasi anggota
kelompok untuk menentukan tujuan sendiri, mengembangkan rencana dan mengontrol praktek mereka sendiri Gillies, 1994.
Gaya kepemimpinan partisipatif merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin yang menyampaikan hasil analisis masalah dan
Universitas Sumatera Utara
kemudian mengusulkan tindakan tersebut kepada bawahannya. Staf diminta saran dan kritiknya serta mempertimbangkan respon staf terhadap usulannya, dan
keputusan akhir ada pada kelompok Nursalam, 2007. Gaya kepemimpinan Laissez–Faire atau bebas tindak merupakan pimpinan
offisial dimana pemimpin melepaskan tanggung jawabnya, karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa pengarahan, supervisi dan koordinasi dan memaksa mereka
untuk merencanakan, melakukan, dan menilai pekerjaan mereka yang menurut mereka tepat Gillies, 1994.
Berbagai jenis kepemimpinan yang tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan. Semua gaya kepemimpinan dapat dipilih untuk digunakan tergantung
dari situasi dan kondisi yang ada Suyanto, 2009. Implementasi gaya kepemimpinan lebih didasarkan pada situasi kondisi serta kemampuan dari
seluruh anggota yang ada dalam organisasi. Pemilihan tipe kepemimpinan yang terbaik untuk sebuah situasi yang ada sangat dipengaruhi oleh berbagai banyak
faktor, antara lain kesulitan atau kompleksitas tugas yang diberikan, banyaknya waktu yang tersedia untuk penyelesaian tugas, ukuran kelompok kerja, pola
komunikasi dalam kelompok, latarbelakang pendidikan dan pengalaman, dan kebutuhan akan kebebasan, informasi dan prestasi Tannenbaum Schmit dikutip
dari Arwani, 2006.
3. Manajemen Konflik