BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan jasa dengan melibatkan berbagai
kelompok profesi dari berbagai latar belakang pendidikan Soeroso, 2003. Kelompok keperawatan merupakan salah satu komponen profesi yang dianggap
sebagai kunci dari keberhasilan pemberian pelayanan di rumah sakit Sumijatun, 2009. Kepala ruangan memiliki tugas mengatur dan memimpin perawat
pelaksana dalam pemberian asuhan keperawatan. Kepala ruangan berperan sebagai seorang manajer sekaligus sebagai seorang pemimpin Suyanto, 2009.
Hubungan kerja diantara perawat dengan tenaga kesehatan lain, pegawai lain, pasien dan keluarga berpotensi menimbulkan konflik Swanburg, 2000.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya konflik diantaranya perilaku yang menentang, stress, kondisi ruangan, kewenangan dokter-perawat, keyakinan,
kekaburan tugas, kekurangan sumber daya, proses perubahan, imbalan dan masalah komunikasi Arwani, 2006. Konflik yang berkelanjutan dapat merusak
kesatuan unit kerja, seringkali menimbulkan situasi yang tidak menyenangkan Suyanto, 2009, sehingga mengganggu hubungan kerja dan menurunkan
produktivitas Marquis Huston, 2010. Kepala ruangan harus mampu mengambil inisiatif untuk memfasilitasi
penyelesaian konflik karena konflik yang terjadi dapat mempengaruhi pemberian asuhan keperawatan kepada klien Arwani Supriyanto, 2006. Perselisihan
Universitas Sumatera Utara
dalam hubungan kerja harus diselesaikan dan memerlukan langkah–langkah yang tepat dalam pemecahan masalah Fathoni, 2006. Ada beberapa strategi yang
digunakan dalam penyelesaian konflik yaitu kompromi atau negosiasi, kompetisi, akomodasi, smoothing, menghindar, dan kolaborasi Nursalam, 2009. Sinaga
2010 menyatakan manajemen konflik kolaborasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, sedangkan manajemen konflik kompetisi,
menghindar dan akomodasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Sikap pimpinan dalam kepemimpinannya sangat mempengaruhi
penyelesaian konflik Fathoni, 2006. Pemimpin harus memiliki keterampilan khusus yang berkaitan dengan
proses kepemimpinannya. Keterampilan tersebut antara lain keterampilan dalam komunikasi, keterampilan dalam mendinamika kelompok, keterampilan dalam
pengajaran, keterampilan dalam membagi kekuasaan, keterampilan dalam mengutarakan pendapat sendiri, keterampilan dalam dinamika perubahan,
keterampilan dalam menyelesaikan konflik dan keterampilan dalam mengelola waktu Ali, 2010. Proses manajemen keperawatan berhubungan erat dengan
pemimpin meliputi perencanaan, pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian Marquis Huston, 2010.
Aktivitas kepemimpinan akan menunjukkan gaya kepemimpinan dengan polanya masing–masing Nawawi Hadari, 2004. Gillies 1994 mengatakan
gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan kekuasaan dibedakan menjadi empat yaitu : otoriter, demokratis, partisipatif dan bebas tindak atau Laissez–
Faire. Pada penelitian yang dilakukan Hutahaen 2009 setengah dari perawat
Universitas Sumatera Utara
pelaksana menyatakan gaya kepemimpinan yang dilakukan kepala ruangan di Rumah Sakit Umum Pusat RSUP H. Adam Malik adalah gaya kepemimpinan
demokratis dan gaya kepemimpinan tersebut sangat berpengaruh pada semangat kerja perawat pelaksana. Rosita 2005 menyatakan adanya hubungan yang positif
dan signifikan antara gaya kepemimpinan dengan kepuasan karyawan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiawan 2008 menyatakan bahwa gaya
kepemimpinan demokratis memiliki pengaruh positif terhadap penyelesaian konflik individu, konflik antarindividu dan konflik interorganisasi.
RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit tipe A dan juga sebagai pusat rujukan wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera
Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau. RSUP H. Adam Malik Medan dipimpin oleh seorang kepala yang disebut direktur utama. Susunan
organisasi RSUP H. Adam Malik Medan terdiri dari berbagai direktorat, salah satunya direktorat medik dan keperawatan yang terdiri dari bidang pelayanan
medik, bidang pelayanan keperawatan, bidang pelayanan penunjang, kelompok jabatan fungsional, dan instalasi. Instalasi terdiri dari berbagai instalasi salah
satunya instalasi rawat inap terpadu A Rindu A. Instalasi Rindu A terdiri dari beberapa ruang rawat inap, dimana setiap ruangan dipimpin oleh seorang kepala
yang disebut kepala ruangan. Kepala ruangan akan memimpin perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan. Kepala ruangan maupun perawat
pelaksana banyak berinteraksi dengan rekan sekerjanya, pasien, keluarga pasien dan tenaga medis lainnya, dan hal ini berpeluang untuk terjadinya konflik.
Universitas Sumatera Utara
Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan tiga orang perawat pelaksana di Instalasi Rindu A RSUP H. Adam Malik menyatakan bahwa konflik
yang sering terjadi disebabkan oleh komunikasi. Pada saat pergantian shift terkadang ada tindakan keperawatan lanjutan yang akan dilakukan shift
berikutnya, terkadang tindakan tersebut kurang dijelaskan atau tidak disampaikan kembali oleh shift sebelumnya, sehingga keadaan seperti ini akan mendapat
tuntutan dari shift berikutnya dan akan memicu terjadinya konflik. Konflik yang terjadi memberi dampak positif maupun negatif, dampak positifnya perawat akan
semakin memperhatikan saat pergantiaan shift, tindakan keperawatan apa yang akan dilakukandilanjutkan pada pasien dan dampak negatifnya terkadang
memunculkan masalah baru. Proses penanganan konflik yang dilakukan oleh kepala ruangan berfokus pada hasil akhir konflik, dengan tindakan yang berbeda
pada setiap konflik. Berdasarkan tinjauan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
gambaran gaya kepemimpinan kepala ruangan dan manajemen konflik yang dipersepsikan oleh perawat pelaksana di Instalasi Rindu A RSUP H. Adam Malik
Medan.
2. Rumusan Masalah