BAB 3 BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Desember 2012 di Laboratorium Genetika, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah cawan petri, gunting, botol semprot, timbangan digital, spatula, tempat daun, kertas nasi, kertas karbon, kertas putih HVS, pisau,
baskomember, jaring ulat, kuas, kain penutup daun, penggaris dan beaker glass. Bahan yang digunakan adalah telur ulat sutera Bombyx mori L., tissue, aquadest,
dan vitamin B1 tiamin.
3.3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap RAL yang terdiri dari lima perlakuan yaitu konsentrasi vitamin B1 tiamin P0: 0mg100ml, P1:
0,1mg100ml, P2: 0,2mg100ml, P3: 0,3mg100ml dan P4: 0,4mg100ml. Setiap perlakuan terdiri dari sepuluh ekor ulat. Setiap satu unit perlakuan dengan tiga kali
ulangan menggunakan tiga puluh ekor larva. Jumlah larva yang digunakan untuk semua perlakuan adalah seratus lima puluh ekor larva.
3.4. Prosedur Percobaan 3.4.1. Inkubasi Telur
Telur disebarkan di kotak penetasan dan ditutup dengan kertas putih yang tipis. Setelah terlihat bintik biru pada telur, dilakukan penggelapan total sehingga
diharapkan waktu penetasan dapat terjadi secara bersamaan. Tiga hari sebelum pemeliharaan ruangan dan semua peralatan disterilkan dengan menggunakan
larutan formalin 2, upaya desinfektan dilakukan untuk menjaga kesehatan larva.
Universitas Sumatera Utara
3.4.2. Pemeliharaan Ulat
Ulat sutera yang baru menetas instar I dibagi menjadi lima kelompok perlakuan yaitu ulat sutera yang diberi pakan daun murbei yang pakannya diberi tambahan
vitamin B1 dengan dosis 0,1;0,2;0,3;0,4 dan tanpa pemberian vitamin B1 0,0 dimana masing-masing perlakuan terdiri dari 10 ulat dan dimasukkan kedalam
cawan petri yang sebelumnya sudah dilapisi dengan tisu basah dan kertas alas. Daum murbei yang diberi vitamin B1 dan tanpa vitamin B1 yang diberikan
dipotong kecil-kecil. Pemberian pakan diberikan tiga kali sehari yaitu pagi, siang dan sore. Pada akhir instar I yang ditandai dengan ulat berhenti makan dan
berganti kutikula molting tempat pemeliharaan ulat sutera dibersihkan dengan cara mengganti kertas alas, mengangkat pakan feses dan sisa pakan. Hal yang
sama dilakukan pada awal dan akhir instar II sampai V, namun pada instar III-V daun murbei yang diberi vitamin B1 dan tanpa vitamin B1 yang diberikan tidak
dipotong-potong melainkan secara utuh atau bersama cabangnya.
3.4.3. Pemberian Perlakuan
Daun murbei segar terlebih dahulu dibersihkan. Daun murbei dicelupkan dengan vitamin B1 dengan masing-masing konsentrasi yaitu 0mg100ml, 0,1mg100ml,
0,2mg100ml, 0,3mg100ml dan 0,4mg100ml. Daun dipotong-potong kecil dan diberikan pada ulat pada saat instar I sampai instar V. Pemberian pakan diberikan
pada pagi pukul 07.00-08.00 WIB, siang pukul 12.00-13.00 WIB dan sore hari pukul 16.00-17.00 WIB.
3.5. Parameter Pengamatan 3.5.1.
Pertumbuhan Larva dan Pupa
a. Perubahan Morfologis instar III-V Dilakukan pengukuran panjang tubuh, diameter tubuh, panjang badan, diameter
badan, panjang kepala, diameter kepala dengan menggunakan benang yang di potong sesuai ukuran dan diukur menggunakan penggaris 30 cm.
b. Bobot larva akhir instar g
Dilakukan penimbangan bobot badan awal instar dan akhir instar. Pertambahan bobot badan didapatkan dengan mengurangi bobot akhir dengan bobot awal instar.
Universitas Sumatera Utara
c. Bobot Kelenjar Sutera g
Pada akhir larva instar V dimasukkan ke dalam aluminium foil dan diletakkan kedalam lemari pendingin selama 2x24 jam sampai larva mati. Larva dibedah
kemudian kelenjarnya dibilas dalam 0,75 NaCl lalu dikeringkan dengan kertas saring dan ditimbang menggunakan timbangan digital. Penimbangan bobot
kelenjar dibagi atas tiga bagian yaitu kelenjar bagian depan, tengah dan belakang. d.
Bobot pupa Dilakukan penimbangan pupa dengan cara membelah kokon, kemudian
dikeluarkan pupa.
3.5.2 Produktivitas
a. Prosentase kulit kokon Prosentase kulit kokon didapatkan dengan rumus berikut :
Prosentase kulit kokon =
pupa berisi
kokon Berat
kokon kulit
Berat
x 100 b.
Panjang serat sutera Panjang serat sutera ditentukan berdasarkan panjang serat yang dijulurkan dari
sebutir kokon. Panjang serat dinyatakan dalam meter m. c.
Prosentase serat sutera Prosentase serat sutera merupakan prosentase berat sutera terurai terhadap, berat
berisi pupa, dinyatakan dalam persen Prosentase serat =
segar kokon
Berat sutera
serat Berat
x 100
3.6 Analisis Data
Data yang didapat dari setiap parameter variabel pengamatan dicatat dan disusun ke dalam bentuk tabel. Data kuantitatif variabel dependen yang didapatkan, diuji
kemaknaannya terhadap pengaruh kelompok perlakuan variabel independen dengan bantuan program statistik komputer yakni program SPSS release 16.
Urutan uji diawali dengan uji normalitas, uji homogenitas. Apabila hasil uji menunjukkan p0,05 maka data tersebut dtransformasi dan dilanjutkan dengan uji
non parametrik. Untuk melihat perbedaan dari 2 perlakuan dilanjutkan uji Mann-
Universitas Sumatera Utara
Whitney. Apabila hasil uji menunjukkan p0,05 maka dilanjutkan uji sidik ragam ANOVA satu arah untuk data dengan pengamatan berulang lebih dari 2 kali
atau lebih dari 2 perlakuan dan jika berbeda nyata p0,05 maka dilanjutkan dengan uji analisis Post Hoc – Bonferroni taraf 5. Untuk melihat perbedaan 2
perlakuan dilakukan dengan uji t parametrik.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Morfologi Tubuh Ulat Sutera Bombyx mori L.
Pengamatan terhadap morfometri tubuh ulat sutera Bombyx mori instar III, IV, V yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi vitamin B1, dapat dilihat
pada Tabel 4.1.1
Tabel 4.1.1 Rata-rata Morfometri Tubuh Ulat Sutera instar III yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi Vitamin B1 dengan
Konsentrasi yang berbeda.
Perlakuan Morfologi Tubuh cm
Diameter Kepala
Panjang Kepala
Diameter Badan
Panjang Badan
P0 0.25
a
±0.03 0.94
a
±0.09 0.33
a
±0.03 2.29
a
±0.12 P1
0.20
b
±0.03 0.91
a
±0.09 0.31
a
±0.03 2.20
a
±0.13 P2
0.16
b
±0.03 0.83
b
±0.08 0.30
a
±0.04 2.13
a
±0.19 P3
0.16
b
±0.02 0.74
b
±0.14 0.28
a
±0.03 2.09
a
±0.12 P4
0.14
b
±0.03 0.74
b
±0.09 0.22
b
±0.02 1.96
b
±0.09 Keterangan: P0: Kontrol, P1: 0,1 mg100ml, P2: 0,2 mg100ml, P3: 0,3
mg100ml, P4: 0,4mg100ml; notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata p0.05
Berdasarkan Tabel 4.1.1 dapat dilihat bahwa morfologi tubuh larva instar III meliputi diameter kepala, panjang kepala, panjang badan dan diameter badan
antara kontrol dan perlakuan P1,P2,P3,P4 terjadi penurunan. Setelah dilakukan uji statistik pada diameter kepala antara kelompok kontrol dan perlakuan
menunjukkan berbeda yang nyata p0.05. Panjang kepala antara kelompok kontrol dengan P1 menunjukkan tidak berbeda nyata p0.05, sedangkan antara
kontrol dengan P2,P3,P4 berbeda nyata p0.05. Panjang badan ulat sutera antara kelompok kontrol dengan P1,P2,P3 menunjukkan tidak berbeda nyata, sedangkan
pada P4 berbeda nyata. Diameter badan ulat sutera antara kelompok kontrol dengan P1,P2,P3 menunjukkan tidak berbeda nyata, sedangkan pada P4 berbeda
nyata.
Universitas Sumatera Utara