Jenis dan Sumber Data Metode dan Teknik Pengumpulan Data Defenisi Operasional Hasil Analisis dan Pembahasan .1 Potensi Ekspor Hasil-hasil Pertanian di Kabupaten Karo

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini, metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah meneliti potensi ekspor hasil-hasil pertanian di Kabupaten Karo, mengetahui tingkat produksi hasil-hasil pertanian serta menganalisis hasil-hasil pertanian berpotensi untuk diekspor.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Adapun data yang diambil dari penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari publikasi-publikasi resmi, Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, dan sumber-sumber lain yang dipublikasikan, serta penelitian sebelumnya. Tahun data adalah tahun 2002 sampai dengan 2009.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan library research yaitu penelitian yang dilakukan melalui bahan- bahan kepustakaan berupa buku-buku, tulisan-tulisan ilmiah, jurnal, artikel, dan laporan-laporan penelitian yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Universitas Sumatera Utara Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan melakukan pencatatan langsung berupa data runtut waktu time series dari tahun 2003-2009 dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara.

3.4 Teknik Analisis Data

Alat analisis yang digunakan untuk menjawab permasalahan dari rumusan masalah yang ada adalah: a. Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama yaitu tentang potensi ekspor di Kabupaten Karo digunakan dengan analisis Location Quotient LQ dan tipologi Klassen. Location Quotient LQ digunakan untuk melihat hasil-hasil pertanian yang memiliki potensi untuk diekspor dengan variabel yang akan diteliti adalah jumlah produksi hasil pertanian. Kemudian hasil- hasil pertanian yang memiliki potensi ekspor tersebut akan diidentifikasi dengan mengklasifikasikan lagi hasil pertanian yang memiliki potensi ekspor dengan analisis Tipologi Klassen. Tipologi Klassen digunakan untuk mengidentifikasi komoditas prioritas atau unggulan di Kabupaten Karo. Setelah diklasifikasi, maka akan diketahui hasil-hasil pertanian yang diprioritaskan untuk diekspor. Kemudian hasil-hasil pertanian tersebut akan dianalisa secara deskriptif untuk melihat ketersediaan faktor pendukung produksi hasil-hasil pertanian dengan variabel yang digunakan adalah luas lahan produksi, volume ekspor, dan nilai ekspor. b. Untuk menjawab rumusan masalah yang kedua yaitu untuk mengetahui besarnya perubahan atau pergeseran sektor pertanian Kabupaten Karo Universitas Sumatera Utara digunakan alat analisis Shift Share dengan menggunakan variabel produksi pertanian Kabupaten Karo dan Sumatera Utara. c. Untuk menjawab rumusan masalah yang ke tiga yaitu tentang tingkat permintaan terhadap hasil-hasil pertanian kabupaten karo oleh negara pengimpor akan dianalisis secara deskriftif dengan menggunakan variabel volume dan nilai ekspor pertanian Kabupaten Karo.

3.4.1 Location Quotient LQ

Location Quotient LQ adalah suatu indeks untuk membandingkan sektor atau komoditi pada lingkup wilayah yang lebih kecil Kabupatenkota dengan wilayah yang lebih besar ProvinsiNasional. Location Quotient adalah teknik yang lazim digunakan untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah. LQ digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis. Dalam teknik LQ berbagai peubah dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan wilayah, misalnya kesempatan kerja tenaga kerja dan Produk Domestik regional Bruto PDRB suatu wilayah. Analisis Location Quotient dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan merumuskan komposisi dan pergeseran sektor-sektor basis suatu wilayah dengan menggunakan produk domestik regional bruto PDRB sebagai indikator wilayah. Rumus Location Quotient LQ adalah sebagai berikut: �� = �� � � � �� � �� � Dimana : LQ = Koefisien Location Quotient �� � = jumlah produksi komoditi i di Kabupaten Karo Universitas Sumatera Utara � � = jumlah produksi seluruh komoditi pertanian di Kabupaten Karo �� � = jumlah produksi komoditi i di Provinsi Sumatera Utara � � = jumlah produksi seluruh komoditi pertanian di Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan hasil perhitungan LQ dapat dianalisis dan disimpulkan sebagai berikut : - jika LQ 1, merupakan sektor basis artinya tingkat spesialisasinya kabupaten Karo lebih tinggi dari tingkat Provinsi Sumatera Utara. - jika LQ 1, merupakan sektor non basis yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya lebih rendah dari tingkat provinsi Sumatera Utara. - jika LQ = 1, berarti tingkat spesialisasinya kabupaten sama dengan tingkat provinsi.

3.4.2 Tipologi Klassen Klassen Typology

Tipologi Klassen adalah alat analisis yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi sektor, sub sektor, usaha, atau komoditi prioritas atau unggulan suatu daerah. Tipologi Klassen dilakukan dengan membandingkan pertumbuhan ekonomi daerah yang menjadi acuan atau nasional dan membandingkan pangsa sektor, subsektor, usaha atau komoditi suatu daerah dengan nilai rata-ratanya di tingkat yang lebih tinggi atau secara nasional. Hasil analisis Tipologi Klassen akan menunjukkan posisi pertumbuhan dan pangsa sektor, subsektor, usaha, atau komoditi pembentuk variabel regional suatu daerah. Tipologi Klassen dapat digunakan dengan dua pendekatan yaitu pendekatan sektoral dan pendekatan daerah. Tipologi Klassen dengan pendekatan sektoral yang dapat diperluas tidak hanya di tingkat sektor tetapi juga subsektor, Universitas Sumatera Utara usaha ataupun komoditi menghasilkan empat klasifikasi kuadran dengan karateristik yang berbeda. Pendekatan daerah memiliki konsep yang serupa dengan pendekatan sektoral, yang membedakan adalah kuadran dibagi menurut klasifikasi daerah. Dari hasil analisis Tipologi Klassen dapat dibuat prioritas kebijakan daerah berdasarkan keunggulan komoditi yang dihasilkan sehingga pemerintah atau masyarakat daerah dapat memaksimalkan dalam kegiatan produksi komoditi pertanian yang memiliki keunggulan. Untuk menganalisis tentang komoditi pertanian digunakan Tipologi Klassen dengan pendekatan sektoral yang dibagi menjadi empat karakteristik yaitu: Kuadran I : menerangkan karateristik produksi komoditi unggul dan tumbuh dengan pesat. Pada kuadran ini laju pertumbuhan nilai produksi komoditi pertanian i di Kabupaten Karo lebih besar dari pada di Sumatera Utara. Selain nilai produksi, kontribusi komoditi pertanian i terhadap total nilai produksi lebih besar di Kabupaten Karo daripada tingkat produksi sumatera utara. Kuadran II : menerangkan karateristik komoditi berkembang dan cepat. Pada kuadran II laju pertumbuhan nilai produksi komoditi i di Kabupaten Karo lebih besar daripada Sumatera Utara, akan tetapi besar kontribusi komoditi pertanian i terhadap total nilai produksi Kabupaten Karo lebih kecil daripada di Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara Kuadran III : menerangkan karateristik komoditi maju dan tumbuh lambat. Pada kuadran III ini besar kontribusi komoditi pertanian I terhadap total nilai produksi Kabupaten Karo lebih besar daripada Sumatera Utara. Sedangkan laju pertumbuhan nilai produksi komoditi pertanian i di Kabupaten Karo lebih lambat daripada tingkat Sumatera Utara. Kuadran IV : menerangkan karateristik komoditi yang relatif tertinggal. Pada kuadran IV ini laju pertumbuhan nilai produksi komoditi pertanian i di Kabupaten Karo lebih kecil daripada di Sumatera Utara. Kontribusi komoditi pertanian i terhadap total nilai total produksi Tabel 3.1 Pertumbuhan Produksi Komoditi berdasarkan Tipologi Klassen Kontribusi Laju pertumbuhan y ik y i y ik y i r ik r i Kuadaran I Komoditi maju dan tumbuh cepat Kuadaran II Komoditi berkembang dan cepat r ik r i Kuadran III Komoditi maju dan tumbuh lambat Kuadran IV Komoditi relatif tertinggal Sumber: Sjafrizal, 1997 Keterangan r jk = laju pertumbuhan nilai produksi komoditi pertanian i di tingkat kabupaten r i = laju pertumbuhan nilai produksi komoditi pertanian i di tingkat provinsi y ik = kontribusi komoditi pertanian i terhadap total nilai produksi tingkat kabupaten y i = kontribusi komoditi pertanian i terhadap total nilai produksi tingkat provinsi. Universitas Sumatera Utara

3.4.3 Analisis Shift Share

Analisis shift share menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di daerah berhubungan erat dengan tiga komponen yaitu komponen karena pertumbuhan nasional, komponen interaksi sektor industri industrial mix dan pangsa relatif sektor-sektor daerah regional share terhadap sektor-sektor nasional. Analisis shift share digunakan untuk mengetahui perbedaan laju pertumbuhan struktur, sektor, komoditi atau kinerja ekonomi daerah kabupatenkota terhadap struktur, sektor, komoditi atau kinerja ekonomi yang lebih tinggi provinsinasional. Analisis shift share juga menerangkan kinerja perekonomian dalam tiga bidang yang berhubungan yaitu: a. Pertumbuhan ekonomi daerah nationalprovincial share, untuk mengetahui bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi di daerah yang lebih tinggi propinsinasional terhadap daerah yang lebih kecil kabupatenkota Provincial Share PS dapat di rumuskan sebagai berikut: ��� �� = �� ��−1 � � ������ � ������−1 − 1� Dimana: PS = provincial share p = produksi pertanian i = komoditi pertanian dalam produksi K = Kabupaten Karo sebagai wilayah analisis t = tahunperiode Universitas Sumatera Utara b. Pergeseran proportional proportional shift component, untuk mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh komposisi sektor- sektor industry di daerah yang bersangkutan. Komponen ini positif di daerah-daerah yang berspesilasi dalam sektor-sektor secara nasional tumbuh cepat dan negative di daerah-daerah yang berspesialisasi dalam sektor-sektor yang secara nasional tumbuh dengan lambat atau bahkan sedang merosot. Pergeseran proportional atau proportional shift component P dapat dirumuskan sebagai berikut: �� �� = �� �−1 � �� ������ �� ������−1 − � ������ � ������−1 � Dimana: P = pergeseran poroprtional proportional shift i = komoditi pertanian dalam produksi K = Kabupaten Karo sebagai wilayah analisis t = tahunperiode c. Pergeseran diferensial differential shift, untuk mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh sektor-sektor industry tertentu yang tumbuh lebih cepat atau lebih lambat di daerah yang bersangkutan daripada tingkat nasional yang disebabkan oleh faktor-faktor lokasional intern. Pergeseran diferensial atau differential shift D dapat dirumuskan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara �� �� = �� �� � �� �� �� ��−1 − �� ������ �� ������−1 � Dimana D = pergeseran diferensial differential shift i = komoditi pertanian dalam produksi K = Kabupaten Karo sebagai wilayah analisis t = waktuperiode

3.5 Defenisi Operasional

1. Komoditi ekspor adalah setiap barang dan jasa yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang berada di luar negeri. 2. Hasil-hasil pertanian adalah komoditi yang dihasilkan oleh manusia melalui pemanfaatan sumber daya hayati dengan cara budidaya, bercocok tanam atau pun pembesaran hewan ternak. 3. Ekspor pertanian adalah kegiatan menjual atau mengirim barang dagangan berupa hasil-hasil pertanian ke luar negeri sesuai dengan ketentuan pemerintah. 4. Pendapatan Asli Daerah PAD adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. 5. Kontribusi ekspor adalah sumbangan, sokongan yang diperoleh melalui kegiatan ekspor. Universitas Sumatera Utara BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Karo 4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Pegunungan Bukit Barisan dan merupakan daerah hulu sungai. Luas wilayah Kabupaten Karo adalah 2.127,25 Km 2 atau 2,97 persen dari luas Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara dan secara geografis terletak diantara 2 50’ – 3 19’ Lintang Utara dan 97 55’ – 98 38’ Bujur Timur. Batas-batas wilayah Kabupaten Karo adalah: • Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang • Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Toba Samosir • Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Simalungun • Sebelah Barat berbatasn dengan Kabupaten Aceh Tenggara Provinsi Nangroe Aceh Darusalam Kabupaten Karo terletak pada ketinggian 120 – 1600 meter di atas permukaan laut dengan perbandingan luas sebagai berikut: • Daerah ketinggian 120 – 200 meter dari permukaan laut seluas 28.606 Ha 12,45 • Daerah ketinggian 200 – 500 meter dari permukaan laut seluas 17.856 Ha 8,39 • Daerah ketinggian 500 – 1000 meter dari permukaan laut seluas 84.893 Ha 39,91 Universitas Sumatera Utara • Daerah ketinggian 1000 – 1400 meter dari permukaan laut seluas 70.774 Ha 33,27 • Daerah ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut seluas 10.597 Ha 4,98 Bila dilihat dari kemiringan atau lereng tanahnya dapat dibedakan sebagai berikut: • Datar 2 = 23.900 Ha = 11,24 • Landai 2 – 15 = 74.919 Ha = 35,22 • Miring 15 40 = 41.169 Ha = 19,35 • Curam 40 = 72.737 Ha = 34,19 Ibu kota kabupaten Karo terletak di Kabanjahe yang terletak 76 Km sebelah selatan kota Medan ibu kota propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Karo secara administratif dibagi atas 17 tujuh belas kecamatan, tujuh belas kecamatan tersebut terdiri dari 258 dua ratus lima puluh delapan desa dan 10 sepuluh kelurahan.

4.1.2 Wilayah Administrasi

Dalam surat keputusan Menteri Dalam Negeri No.118 tahun 1991 dan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Propvinsi Sumatera Utara No. 138211994 tentang data wilayah administrasi pemerintahan di Indonesia dan Sumatera Utara serta Peraturan Daerah Kabupaten Karo No.04 tentang Pembentukan Kecamatan Dolat Rayat, Kecamatan Merdeka, Kecamatan Naman teran dan Kecamatan Tiganderket serta pemindahan ibukota Kecamatan Payung, maka di Kabupaten Karo terdapat 17 kecamatan, 248 desa serta 10 kelurahan. Universitas Sumatera Utara Wilayah Kabupaten Karo dibagi menjadi 17 kecamatan, yaitu: Barusjahe, Berastagi, Juhar, Kabanjahe, Kuta Buluh, Laubaleng, Mardinding, Merek, Munthe, Paying, Simpang Empat, Tiga Binanga, Tiga Panah, Dolat Rakyat, Merdeka, Tiganderket dan Naman Teran.

4.1.3 Penduduk dan Sosial

Penduduk asli yang mendiami wilayah Kabupaten Karo adalah Suku Bangsa Karo. Suku Bangsa Karo ini mempunyai adat istiadat yang sampai saat ini terpelihara dengan baik dan sangat mengikat bagi Suku Bangsa Karo sendiri. Suku ini terdiri 5 lima Merga, tutur si waluh dan rakut sitelu. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten Karo sebesar 489.207 jiwa dengan kepadatan penduduk diperkirakan sebesar 229,97 jiwa per Km 2 . Tahun 2009 di Kabupaten Karo jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dari perempuan. Laki-laki berjumlah 182.497 jiwa dan perempuan berjumlah 188.122 jiwa. Sex rasionya sebesar 97.01 artinya jika ada 10.000 perempuan maka ada 9701 laki-laki di Kabupaten Karo pada tahun 2009. Dengan melihat jumlah penduduk yang berusia di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas maka diperoleh rasio ketergantungan sebesar 59,76 yang artinya berarti setiap seratus orang tua produktif enanggung 60 orang dari usia di bawah usia dibawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas. Beban tanggungan anak bagi usia produktif sebesar 52 dan beban tanggungan lanjut usia bagi penduduk usia produktif sebesar 8. Universitas Sumatera Utara

4.1.4 Pertanian

Sektor pertanian merupakan bagian terpenting dalam perekonomian Kabupaten Karo. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja serta kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah PAD. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Karo pada tahun 2011 sebesar 60,94 untuk harga berlaku. Sektor pertanian dikelompokkan menurut sub sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan sektor kehutanan. Cakupan sub sektor tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Karo meliputi padipalawija dan holtikultura.

4.1.5 Kondisi Perekonomian

Produk Domestik Regional Bruto PDRB pada umumnya digunakan sebagai alat ukur pertumbuhan ekonomi karena PDRB dapat menggambarkan kondisi perekonomian suatu wilayah secara makro. PDRB disajikan atas dasar harga berlaku dan atas harga konstan. Berdasarkan harga berlaku, nilai PDRB Kabupaten Karo pada tahun 2009 sebesar Rp 5.646,54 Miliar sedangkan untuk harga konstan menggunakan harga tahun dasar 2000 PDRB Kabupaten Karo pada tahun 2009 sebesar Rp 3.175,60. Perhitungan PDRB berdasarkan harga konstan dapat menunjukkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Pada tahun 2009, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karo mengalami peningkatan sebesar 5,17 . Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mengalami pertumbuhan sebesar 5,27 . Sektor pertanian masih mendominasi struktur perekonomian Kabupaten Karo pada tahun Universitas Sumatera Utara 2009 yaitu sebesar 60,46 atau sebesar Rp 3.413,85 miliar. Sedangkan penyumbang terkecil diberikan oleh sektor pertambangan dan penggalian dan sektor listrik, gas dan air bersih masing-masing sebesar 0,36. 4.2 Hasil Analisis dan Pembahasan 4.2.1 Potensi Ekspor Hasil-hasil Pertanian di Kabupaten Karo Kabupaten Karo merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang memiliki hasil-hasil pertanian yang melimpah seperti tanaman hortiluktura, palawija dan padi. Letaknya yang berada pada ketinggiian 120-1600 meter di atas permukaan laut menjadikan tanamanan hortikultura dan palawija dapat diproduksi dengan kualitas dan kuantitas yang baik. Peningkatan produksi hasil pertanian tiap tahunnya membuka peluang baru untuk melakukan pemasaran ke luar daerah atau antar negara.

4.2.1.1 Analisis Location Quotient LQ

Untuk mengetahui potensi ekspor hasil-hasil pertanian di Kabupaten Karo digunakan metode analisis Location Quotient LQ. Teknik analisis Location Quotient LQ digunakan untuk menentukan kategori suatu sektor termasuk dalam sektor kegiatan basis atau bukan basis. Kegiatan basis adalah semua kegiatan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah. Lapangan kerja dan pendapatan di sektor basis adalah fungsi dari permintaan yang bersifat exogenous tidak tergantung pada kekuatan internpermintaan lokal. Sedangkan, sektor nonbasis adalah semua kegiatan lain Universitas Sumatera Utara yang bukan kegiatan basis termasuk ke dalam kegiatan sektor service atau pelayanan, tetapi untuk tidak menciptakan pengertian yang keliru tentang arti service. Sektor basis sifatnya untuk memenuhi kebutuhan lokal, permintaan sektor ini sangat dipengaruhi oleh oleh tingkat pendapatan setempat. Rumus Location Quotient LQ adalah sebagai berikut: �� = �� � � � �� � �� � Dimana : LQ = Koefisien Location Quotient �� � = jumlah produksi komoditi i di Kabupaten Karo � � = jumlah produksi seluruh komoditi pertanian di Kabupaten Karo �� � = jumlah produksi komoditi i di Provinsi Sumatera Utara � � = jumlah produksi seluruh komoditi pertanian di Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan hasil nilai LQ dapat disimpulkan dan dianalisis sebagai berikut: LQ : artinya komoditi ini termasuk golongan basis, dimana produksi suatu komoditas memiliki keunggulan komparatif. Produksi komoditas dengan LQ1 selain mampu memenuhi kebutuhan lokal, juga memiliki potensi untuk dieskpor. LQ= : artinya komoditi ini termasuk golongan non-basis, dimana produksi komoditas hanya mampu memenuhi kebutuhan lokal. LQ1 : artinya komoditi ini termasuk golongan non basis, dimana produksi komoditi tidak mampu memenuhi kebutuhan lokal sehingga diperlukan kegiatan impor. Untuk melihat komoditi yang memiliki potensi ekspor digunakan data produksi hasil pertanian. Hasil pertanian yang diteliti adalah kentang, kolbunga Universitas Sumatera Utara kol, tomat, wortel, bawang daun, bawang merah, jeruk manis dan ubi jalar. Hasil pertanian yang diteliti hanya hasil-hasil pertanian yang pernah diekspor oleh Kabupaten Karo. Sehingga perlu diteliti apakah dari segi produksi kedelapan komoditi ini termasuk golongan basis atau non basis. Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient LQ Hasil Pertanian Kabupaten Karo Tahun 2002-2010 Tahun Kentang Kol bunga kol Tomat Wortel Bawang Daun Bawang Merah Jeruk Manis Ubi Jalar 2002 0.3350 0.9466 0.4831 1.2663 0.6976 0.1474 5.1172 0.0640 2003 0.3225 1.0192 0.4831 1.8021 1.2509 0.0698 5.3709 0.1478 2004 0.7466 1.7755 0.9515 2.1124 2.1445 0.1162 11.244 0.0278 2005 0.7167 0.9924 0.7221 1.1959 1.2754 0.0968 1.2571 0.1109 2006 0.6281 0.8751 0.9531 1.2908 1.1725 0.1804 1.2051 0.0527 2007 0.4168 0.7778 0.4439 0.9109 0.6564 0.2178 1.3036 0.1026 2008 0.5353 1.1555 0.5051 1.7670 1.6830 0.2368 1.2260 0.1767 2009 0.8414 1.2743 1.0069 2.1504 3.2828 0.1196 1.0367 0.1270 2010 0.5336 0.8493 0.4133 1.3331 0.9147 0.1134 1.4076 0.0862 Rata- rata LQ 0.5640 1.0740 0.6625 1.5365 1.4531 0.1443 3.2409 0.0995 Sumber: data sekunder diolah Dari tabel hasil perhitungan Indeks LQ di atas dapat diketahui bahwa di Kabupaten Karo selama periode 2002-2010 komoditi pertanian yang tergolong pada komoditi basis atau berpotensi ekspor dengan rata-rata indeks LQ1 adalah kol, wortel, bawang daun dan jeruk manis. Sedangkan yang termasuk komoditi non basis dengan rata-rata indeks LQ1 yaitu kentang, tomat, bawang merah, dan ubi jalar.

4.2.1.2 Tipologi Klassen Klassen Typology

Universitas Sumatera Utara Untuk menentukan komoditi prioritas komoditi pertanian di Kabupaten Karo digunakan beberapa alat analisis. Salah satu alat analisis yang dapat digunakan adalah analisis Tipologi Klassen. Tipologi Klassen merupakan alat analisis ekonomi regional yang digunakan untuk mengetahui posisi pertumbuhan sektor, subsektor, usaha, atau komoditi serta mengidentifikasi sektor, sub sektor, usaha, atau komoditi unggulan pembentuk variabel regional suatu daerah. Dalam pembahasan ini Tipologi Klassen digunakan untuk menganalisis posisi pertumbuhan komoditi hasil-hasil pertanian di Kabupaten Karo. Tipologi Klassen adalah perpaduan antara Location Quotient dengan model rasio pertumbuhan. Dari tabel 4.1 diketahui bahwa komoditi pertanian yang memiliki nilai LQ1 adalah kol, wortel, bawang daun, dan jeruk manis. Sedangkan komoditi pertanian yang memiliki nilai LQ1 adalah kentang, tomat, bawang merah dan ubi jalar. Tabel 4.2 Rata-rata Perbandingan Pertumbuhan Komoditi Ekspor Kabupaten Karo dan Sumatera Utara 2003-2010 Jenis Komoditi Karo Sumut Kentang 0.014 -0.064 Kolbunga kol 0.006 -0.012 Tomat -0.040 -0.064 Wortel 0.500 -0.014 Bawang Daun 0.062 -0.020 Bawang Merah 0.009 -0.125 Jeruk Manis 0.688 0.625 Ubi Jalar 0.516 0.929 Sumber: data sekunder diolah Universitas Sumatera Utara Dari hasil analisa Location Quotient LQ pada tabel 4.1 dan rata-rata perbandingan pertumbuhan komoditi ekspor Kabupaten Karo dan Sumatera Utara pada tabel 4.3 maka dapat diklasifikasikan bahwa: Pada kuadran I : komoditi yang termasuk ke dalam kuadaran I dengan karakteristik produksi komoditi unggul dan tumbuh dengan pesat adalah kol, wortel dan bawang daun. Dimana laju pertumbuhan kol, wortel dan bawang daun lebih besar di kabupaten karodaripada sumatera utara dengan masing-masing nilai adalah 0,006, 0,500, dan 0,062. Selain laju pertumbuhan cepat, kontribusi kabupaten akan kol, wortel dan bawang daun di Kabupaten Karo juga lebih besar daripada di Sumatera Utara. Pada kuadran II :komodtiti yang termasuk ke dalam kuadran II dengan karateristik komoditi berkembang dan cepat adalah jeruk manis. Dimana laju pertumbuhan jeruk manis lebih besar di Kabupaten Karo daripada Sumatera Utara yaitu sebesar 0,688. Kontribusi jeruk manis terhadap total nilai produksi tingkat kabupaten lebih besar di Sumatera Utara daripada di Kabupaten Karo. Pada kuadran III : komoditi yang termasuk ke dalam kuadran III dengan karateristik komoditi maju dan tumbuh lambat tertekan adalah kentang, tomat dan bawang merah. Kontribusi kentang, tomat dan bawang merah terhadap nilai produksi tingkat Kabupaten Karo lebih besar daripada kontribusi terhadap sumatera utara, sedangkan laju pertumbuhan nilai produksi kentang, tomat dan bawang merah di Kabupaten Karo lebih kecil daripada di Sumatera Utara. Pada kuadran IV : komoditi yang termasuk ke dalam kuadaran IV dengan karateristik bahwa komoditi tersebut relatif tertinggal adalah ubi jalar dan bawang Universitas Sumatera Utara merah. Dimana laju pertumbuhan nilai produksi ubi jalar dan bawang merah di Kabupaten Karo lebih kecil dibandingkan di Sumatera Utara dan kontribusinya terhadap total nilai produksi tingkat kabupaten juga lebih kecil daripada di Sumatera Utara. Tabel. 4.3 Klasifikasi Komoditi Pertanian Di Kabupaten Karo Menurut Tipologi Klassen Pada Tahun 2003-2010 Kontribusi Laju pertumbuhan y ik y i y ik y i r ik r i Kuadran I Kol, wortel, bawang daun Kuadaran II Jeruk manis r ik r i Kuadran III Kentang, tomat Kuadran IV Ubi jalar, bawang merah Keterangan r jk = laju pertumbuhan nilai produksi komoditi pertanian i di Kabupaten Karo r i = laju pertumbuhan nilai produksi komoditi pertanian i di Sumatera Utara y ik = kontribusi komoditi pertanian i terhadap total nilai produksi Kabupaten Karo y i = kontribusi komoditi pertanian i terhadap total nilai produksi Sumatera Utara

4.2.1.3 Anaisis Shift Share

Analisis Shift Share merupakan suatu alat analisis yang dilakukan untuk mengetahui perubahan atau pergeseran sektor atau industri pada perekonomian regional maupun lokal. Analisis Shift Share menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di daerah berhubungan erat dengan tiga komponen yaitu komponen karena pertumbuhan nasional, komponen interaksi sektor industri industrial mix dan pangsa relatif sektor-sektor daerah regional share terhadap sektor-sektor nasional Universitas Sumatera Utara Analisis Shift Share juga menerangkan kinerja perekonomian dalam tiga bidang yang berhubungan yaitu: a. Pertumbuhan ekonomi daerah National Share, untuk mengetahui bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara terhadap Kabupaten Karo. b. Pergeseran proportional Proportional Shift Component P, untuk mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh komposisi sektor-sektor industri di daerah yang bersangkutan. Komponen ini positif di daerah-daerah yang berspesilasi dalam sektor-sektor secara nasional tumbuh cepat dan negatif di daerah-daerah yang berspesialisasi dalam sektor-sektor yang secara nasional tumbuh dengan lambat atau bahkan sedang merosot. c. Pergeseran diferensial Differential Shift D, untuk mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh sektor-sektor industri tertentu yang tumbuh lebih cepat atau lebih lambat di daerah yang bersangkutan daripada tingkat nasional yang disebabkan oleh faktor-faktor lokasional intern. Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Nilai Shift Share Komoditi Pertanian Kabupaten Karo Tahun 2003-2010 Jenis Komoditi Provincial Share PS Proportional Shift P Differantial shift D Total Kentang 6318.967 -11849.3 4958.776 -571.557 Kolbunga kol 10500.9 -14373.7 3076.999 -795.801 Tomat 8300.829 -13763 39.14051 -5423.03 Wortel 6381.307 -7468.99 -28.4382 -1116.12 Bawang Daun 1586.484 -1611.27 125.5388 100.7528 Bawang Merah 114.773 -311.781 -122.177 -319.185 Jeruk Manis 39245.65 245272.9 -219844 64674.55 Ubi Jalar 1556.988 14991.19 -15593.9 954.278 Sumber: Data sekunder diolah Dari hasil perhitungan nilai Shift Share menghasilkan nilai Proportional Shift P dan Differential Shift D yang bernilai negatif dan positif. Proportional Universitas Sumatera Utara Shift P yang bernilai positif artinya sektor pertanian berspesialisasi komoditi yang sama dan tumbuh cepat dalam pertanian Sumatera Utara dan apabila nilai P negatif artinya sektor pertanian berspesialisasi komoditi yang sama dan tumbuh lambat di Sumatera Utara. Sedangkan jika nilai Differential Shift D bernilai positif berarti terdapat komoditi pertanian yang tumbuh lebih cepat di Kabupaten Karo dibandingkan sektor yang sama di Provinsi Sumatera Utara dan jika D bernilai negatif berarti terdapat komoditi yang tumbuh lebih lambat di Kabupaten Karo dibandingkan sektor yang sama di Provinsi Sumatera Utara. Dari hasil perhitungan nilai shift share komoditi pertanian Kabupaten Karo dalam kurun waktu 2003-2010 tabel 4.4 komoditi pertanian yang memiliki nilai proportional shift positif adalah jeruk manis dan ubi jalar. Sedangkan komoditi pertanian yang memiliki nilai Proportional Shift negatif adalah kentang, kolbunga kol, tomat, wortel, bawang daun, dan bawang merah. Komoditi pertanian yang memiliki nilai differential shift D positif adalah kentang, kolbunga kol, tomat dan bawang daun. Sedangkan komoditi pertanian yang memiliki nilai differential shift yang negatif adalah wortel, bawang merah, jeruk manis dan ubi jalar.

4.2.1.4 Analisis Komoditas yang Berpotensi Ekspor a.

Kentang Kentang Solanum tuberosum L adalah tanaman umbi yang nilai gizi yang baik bagi tubuh seperti potassium, vitamin C, karbohidrat, vitamin B1, B2, B3 serta kandungan protein dan zat besi. Di Kabupaten Karo ada tiga jenis kentang Universitas Sumatera Utara yang diproduksi oleh petani yaitu kentang granola, kentang desire kentang merah dan kentang catella. Secara umum sistem pertanian yang dilakukan di Kabupaten Karo untuk memproduksi setiap komoditi pertanian termasuk kentang, kolbunga kol, tomat, wortel, bawang merah, bawang daun, jeruk manis, ubi jalar ataupun tanaman pertanian lainnya adalah sistem tradisional, dimana alat-alat pertanian dan cara bercocok tanam umumnya masih dilakukan secara manual oleh tenaga manusiapetani. Sistem pertanian yang masih tradisional menghambat peningkatan produksi karena penanaman tanaman dalam jumlah yang besar akan membutuhkan tenaga petani yang lebih banyak disamping itu juga akan menghabiskan waktu yang lebih lama. Meskipun sudah ada yang menggunakan sistem pertanian secara modern jumlahnya tidaklah banyak. Lahan para Petani Karo umumnya terdiri dari beberapa bidang dengan lokasi yang berbeda sehingga setiap bidangnya biasanya ditanami oleh berbagai jenis tanaman atau ditanam secara tumpang sari. Hal ini dilakukan dengan mengharapkan keuntungan yang lebih besar. Karena produksi komoditi biasanya tidak berjumlah besar sehingga petani enggan menggunakan alat pertanian modern, karena penggunaan alat pertanian modern dianggap menambah biaya produksi. Berdasarkan nilai indeks Location Quotient LQ pada tabel 4.2 diketahui bahwa LQ komoditi kentang lebih kecil dari 1 yaitu sebesar 0.564 yang artinya Kabupaten Karo perlu pasokan kentang dari luar daerah untuk memenuhi kebutuhan kentang di Kabupaten Karo. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pengklasifikasian komodti pertanian di Kabupaten Karo menurut Tipologi Klassen pada tahun 2003 sampai 2010 maka kentang berada pada kuadran III yang menerangkan karakteristik komoditi maju dan tumbuh lambat. Pada kuadran III ini menerangkan bahwa besar kontribusi kentang terhadap total produksi Kabupaten Karo lebih besar daripada Sumatera Utara. Sedangkan laju pertumbuhan nilai produksi kentang di Karo lebih lambat daripada di Sumatera Utara. Pada analisis Shift Share nilai Proportional Shift P dari kentang bernilai negatif sebesar -11849,3 yang artinya kentang menyebabkan pertumbuhan produksi komoditi pertanian tertinggal sebanyak -11849,3 atau 5,62 komoditi pertanian. Pertumbuhan komoditi kentang dalam komoditi pertanian relatif lebih lambat di Sumatera Utara dibandingkan Kabupaten Karo Differential shift D kentang bernilai positif sebesar 4958,776 yang artinya terdapat komoditi pertanian yang tumbuh lebih cepat di Kabupaten Karo dibandingkan dengan komoditi yang sama di Sumatera Utara sebesar 4958,776 atau 2,18. Untuk jumlah keseluruhan, komoditi kentang menunjukkan jumlah yang negatif sebanyak - 571.557 atau 0,99 komoditi pertanian yang mempunyai arti bahwa pertumbuhan komoditi kentang di Kabupaten Karo relatif lebih lambat dibanding pertumbuhan komoditi pertanian kentang di Sumatera Utara. Komoditi kentang mengalami pergeseran atau penurunan dalam penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Karo disebabkan oleh penggunaan alat-alat pertanian yang masih sederhana tradisional sehingga tidak efisien karena untuk memproduksi kentang dalam Universitas Sumatera Utara jumlah besar akan membutuhkan jangka waktu yang relatif lebih lama dengan penggunaan alat-alat pertanian yang sederhana. Pada tahun 2010 luas panen kentang di Kabupaten Karo seluas 3.457 Ha dan mengalami peningkatan sebesar 979 Ha dari tahun sebelumnya. Dengan luas panen 3.457 Ha Kabupaten Karo mampu menghasilkan kentang sebanyak 53.988 ton pada tahun 2010 dan sebasar 38.819 ton pada tahun 2009. Daerah penghasil kentang di Kabupaten Karo adalah Simpang Empat, Naman Teran, Merdeka, Kabanjahe, Berastagi, Tigapanah, Dolat Rayat, Merek dan Barusjahe. Naman Teran adalah daerah penghasil kentang terbesar di Kabupaten Karo dengan produksi sebesar 15.365 ton pada tahun 2010 dan Dolat Rayat adalah daerah penghasil kentang terkecil dengan produksi sebesar 1.749 ton pada tahun 2009. Tetapi faktanya meskipun nilai LQ kentang lebih kecil dari satu Kabupaten Karo mampu melakukan ekspor kentang setiap tahunnya. Pada tahun 2007 Kabuapten Karo melakukan ekspor kentang sebesar 27.882,52 ton dan mengalami kenaikan pada tahun 2008 menjadi 29.276,64 dan ekspor sebesar 27.227,28 pada tahun 2009. Yang menjadi pasar komoditi kentang Kabupaten Karo di dalam negeri adalah Bandung, Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Pekan Baru, Aceh, Rantau Parapat, Langkat, Siantar, Pulau Batam, dan Binjei. Sedangkan yang menjadi daerah pemasaran kentang di luar negeri adalah Malaysia dan Singapura. Perusahaan yang menjadi eksportir komoditi kentang adalah PT. Tani Deli Nusa, PT. Putra Agro Sejati PMA, UD. Rohaya TAni, UD. Caha Baru, Koppas, PT. Selak Tani, PT. Pagoda dan UD. Jaya Tani. Universitas Sumatera Utara b. KolBunga Kol Kol kubis dan bunga kol adalah dua jenis sayuran yang berbeda tetapi masih dalam satu family kubis atau Brassicaceae dimana kol kubis memiliki nama latin Brassica oleracea var capitata sedangkan bunga kol memiliki nama latin Brassica oleracea var botrytis. Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa kolbunga kol merupakan komoditi pertanian kabupaten Karo yang memiliki nilai LQ 1 yaitu sebesar 1.074 yang artinya kol termasuk komoditi basis atau memiliki potensi ekspor karena produksinya melebihi kebutuhan lokal Berdasarkan pengklasifikasian komodti pertanian di Kabupaten Karo menurut Tipologi Klassen pada tahun 2003 sampai 2010 maka kolbunga kol berada pada kuadran I yang menerangkan karakteristik komoditi unggul dan tumbuh dengan pesat. Pada kuadran I ini menerangkan bahwa besar kontribusi kolbunga kol terhadap total produksi Kabupaten Karo lebih besar daripada Sumatera Utara dan laju pertumbuhan nilai produksi kolbunga kol di Karo lebih cepat daripada di Sumatera Utara. Pada analisis shift share dalam rentang waktu tahun 2003-2010 kolbunga kol memiliki nilai rata-rata Proportional Shift P negatif sebesar -14373,7 yang artinya komoditi pertanian kolbunga kol mengalami pertumbuhan lambat sebesar 6,82 di Kabupaten Karo dibandingkan di Sumatera Stara. Differential shift D dari kolbunga kol bernilai positif sebesar 4958.776 yang artinya terdapat komoditi pertanian yang tumbuh lebih cepat di Kabupaten Karo dibandingkan dengan komoditi yang sama di Sumatera Utara sebesar 1,35. Secara Universitas Sumatera Utara keseluruhan komoditi kolbunga kol menunjukkan jumlah yang negatif sebesar - 795.801 atau 1,38 komoditi pertanian yang mempunyai arti bahwa pertumbuhan kolbunga kol di Kabupaten Karo relatif lebih lambat dibanding pertumbuhan kolbunga kol di Sumatera Utara. Komoditi kolbunga kol mengalami pergeseran atau penurunan kontribusinya dalam komoditi pertanian karena penggunaan alat pertanian yang sederhana tradisional dan akan terjadi inefesiensi apabila memproduksi kolbunga kol dalam jumlah yang besar. Luas panen kol kubisbunga kol di Kabupaten Karo seluas 3.657 Ha pada tahun 2010 dan mengalami peningkatan seluas 983 Ha dari tahun sebelumnya. Dengan luas panen 3.657 Ha pada tahun 2010 Kabupaten Karo mampu menghasilkan kolbunga kol sebesar 133.946 ton atau mengalami peningkatan sebesar 38.562 ton dari tahun sebelumnya. Kabupaten Karo adalah daerah penghasil kol terbesar di Sumatera Utara dan Kabupaten Simalungun berada di posisi ke dua terbesar penghasil kol di Sumatera Utara. Daerah penghasil kolbunga kol di Kabupaten Karo adalah Simpang Empat, Naman Teran, Merdeka, Kabanjahe, Berastagi, Dolat Rakyat, Merek dan Barusjahe. Kecamatan Naman Teran adalah daerah penghasil kolbunga kol terbesar di Kabupaten Karo yaitu sebesar 43.183 ton pada tahun 2010 dan Kecamatan Merek adalah penghasil kol terkecil dibandingkan dengan penghasil kolbunga kol lainnya yaitu sebesar 5.018 ton pada tahun 2010. Kolbunga kol tersebut dipasarkan keluar daerah baik di luar negeri atau masih di dalam negeri. Pasar dalam negeri yaitu Bandung, Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, pecan Baru, Aceh, Rantau Parapat, Langkat, Siantar, Pulau Universitas Sumatera Utara Batam dan Binjei. Sedangkan pasar luar negeri meliputi Malaysia dan Singapura. Ada enam perusahaan yang memasarkan kolbunga kol ke pasar Malaysia ataupun Singapura yaitu PT. Tani Deli Nusa, UD. Rohaya Tani, UD. Caha Baru, Koppas, PT. Selak Tani, PT. Pagoda dan UD. Jaya Tani. c. Tomat Tomat merupakan sayur yang mengandung vitamin A dan C. Tomat dengan nama latin Solanum lycopersicum. Berdasarkan indeks Location Quotient LQ pada tabel 4.2 tomat termasuk ke golongan komoditi non basis karena memiliki nilai LQ1 yaitu sebesar 0,662 yang artinya komoditi tomat Kabupaten Karo belum cukup untuk memenuhi kebutuhan lokal sehingga perlu dilakukan impor. Berdasarkan pengklasifikasian komodti pertanian di Kabupaten Karo menurut Tipologi Klassen pada tahun 2003 sampai 2010 maka tomat berada pada kuadran III yang menerangkan karakteristik komoditi maju dan tumbuh lambat. Pada kuadran III ini menerangkan bahwa besar kontribusi tomat terhadap total produksi Kabupaten Karo lebih besar daripada Sumatera Utara. Sedangkan laju pertumbuhan nilai produksi tomat di Kabupaten Karo lebih lambat daripada di Sumatera Utara. Pada tabel 4.4 nilai Proportional Shift P untuk tomat bernilai negatif yaitu sebesar -13763 yang artinya komoditi pertanian tomat mengalami pertumbuhan lambat sebesar 6,53 di Kabupaten Karo dibandingkan di Sumatera Utara. Differential shift D untuk tomat bernilai positif sebesar 39,141 Universitas Sumatera Utara atau 0,02 yang artinya terdapat komoditi pertanian yang tumbuh lebih cepat di Kabupaten Karo dibandingkan dengan komoditi yang sama di Sumatera Utara sebesar 0,02. Untuk jumlah keseluruhan komoditi tomat menunjukkan nilai yang negatif yaitu -5423,03 atau 9,43 komoditi pertanian yang mempunyai arti bahwa pertumbuhan komoditi tomat di kabupaten karo lebih lambat daripada di sumatera utara. Komoditi tomat mengalami pergeseran atau penurunan disebabkan oleh perubahan iklim yang tidak dapat diramalkan serta penggunaan alat pertanian yang sederhana sehingga terjadi inefesiensi dalam produksi tomat dalam jumlah besar. Pada tahun 2010 luas panen tomat di Kabupaten Karo seluas 2.038 Ha, dimana mengalami penurunan seluas 204 Ha dari tahun 2009. Dengan luas panen 2.038 Ha pada tahun 2010 Kabupaten Karo mampu menghasilkan tomat sebesar 41.814 ton dan menghasilkan 46.453 ton pada 2009. Daerah penghasil tomat di Kabupaten Karo diantarannya adalah Munte, Payung, Tiganderket, Simpang Empat, Naman Teran, Merdeka, Kabanjahe, Berastagi, Tigapanah, Dolat Rayat dan Merek. Daerah penghasil tomat terbesar adalah Naman Teran dengan jumlah produksi sebesar 18.770 ton pada tahun 2010 dan Munte sebagai penghasil tomat terkecil yaitu sebesar 42 ton pada tahun 2010. Kabupaten Karo telah melakukan ekspor tomat ke luar negeri yaitu Malaysia dan Singapura. Besarnya permintaan di luar negeri akan tomat hasil produksi Karo sebesar 737,53 ton pada tahun 2008 dan 700,65 pada tahun 2009 atau mengalami penurunan sebesar 36,88 ton. Sedangkan pemasaran tomat di dalam negeri yaitu Bandung, Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Pekan Baru, Universitas Sumatera Utara Aceh, Rantau Parapat, Langkat, Siantar, Pulau Batam dan Binjei. Perusahaan yang menjadi eksportir dalam pemasaran tomat adalah PT. Horti Jaya Lestari HJL. d. Wortel Wortel adalah umbi-umbian yang dapat tumbuh sepanjang tahun. Wortel dengan nama latin Daucus carota memiliki manfaat yang penting untuk kesehatan dimana mengandung vitamin A yang baik untuk kesehatan mata. Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa wortel merupakan komoditi basis karena memiliki nilai LQ1 yaitu sebesar 1.537 yang artinya wortel juga salah satu komoditi yang telah mampu memenuhi kebutuhan lokal dan dapat melakukan ekspor. Berdasarkan pengklasifikasian komodti pertanian di Kabupaten Karo menurut Tipologi Klassen pada tahun 2003 sampai 2010 maka wortel berada pada kuadran I yang menerangkan karakteristik komoditi unggul dan tumbuh pesat. Pada kuadran I ini menerangkan bahwa besar kontribusi wortel terhadap total produksi Kabupaten Karo lebih besar daripada Sumatera Utara dan laju pertumbuhan nilai produksi wortel di Karo lebih cepat daripada di Sumatera Utara. Pada tabel 4.4 nilai Proportional Shift P untuk wortel bernilai negatif yaitu sebesar -7468,99 yang artinya komoditi pertanian wortel mengalami pertumbuhan lambat sebesar 3,54 di Kabupaten Karo dibandingkan di Sumatera Utara. Differential shift D untuk wortel bernilai negatif sebesar - 28,5388 atau 0,01 yang artinya terdapat komoditi pertanian yang tumbuh lebih lambat di Kabupaten Karo dibandingkan dengan komoditi yang sama di Sumatera Universitas Sumatera Utara Utara sebesar0,01 . Untuk jumlah keseluruhan komoditi wortel menunjukkan nilai yang negatif yaitu -5423,03 atau 0,18 komoditi pertanian yang mempunyai arti bahwa pertumbuhan komoditi wortel di Kabupaten Karo lebih lambat daripada di Sumatera Utara. Komoditi wortel mengalami pergeseran atau penurunan disebabkan oleh penggunaan alat pertanian yang sederhana sehingga terjadi inefesiensi dalam produksi wortel dalam jumlah besar. Luas panen wortel pada tahun 2010 seluas 1785 ha, mengalami peningkatan seluas 829 Ha dari tahun sebelumnya. Dengan luas panen 1785 Ha Kabupaten Karo mampu menghasilkan 47330 Ton wortel dan mengalami peningkatan produksi sebesar 22641 Ton. Selain penghasil kol terbesar di Sumatera Utara, Kabupaten Karo juga penghasil wortel terbesar. Kecamatan yang menghasilkan wortel adalah Simpang Empat, Naman Teran, Merdeka, Kabanjahe, Berastagi, Tiga Panah, Dolat Rayat, Merek dan Barusjahe. Daerah yang menghasilkan wortel terbesar di Kabupaten Karo adalah Tiga Panah dengan hasil produksi 14.264 ton dan daerah penghasil wortel terendah adalah Naman Teran dengan banyak produksi sebesar 1.008 ton pada tahun 2010. Hasil produksi wortel Kabupaten Karo dipasarkan ke luar wilayah kabupaten Karo baik di dalam negeri atau di luar negeri. Pasar dalam negeri wortel yang dihasilkan Kabupaten Karo adalah Bandung, Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Pekan Baru, Aceh, Rantau Parapat, Langkat, Siantar, Pulau Batam dan Binjei. Pada saat ini wortel yang dihasilkan di daerah ini telah memiliki standar merek dagang dan diekspor ke Malaysia, Singapura dan Brunei Universitas Sumatera Utara Darusalam. Perusahaan yang mengekspor wortel ke luar negeri adalah PT. Putra Agro Sejati PMA. e. Bawang Daun Bawang daun merupakan salah satu tanamna sayur mayur yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Bawang daun memiliki nama latin Allium fistulosum L atau sering disebut pere oleh masyarakat Karo. Dari hasil perhitungan LQ, bawang daun memiliki nilai indeks LQ1 yaitu sebesar 1,453 yang artinya bawang daun memiliki keunggulan komparatif dimana mampu melakukan ekspor karena produksinya melebihi kebutuhan lokal. Berdasarkan pengklasifikasian komodti pertanian di Kabupaten Karo menurut Tipologi Klassen pada tahun 2003 sampai 2010 maka bawang daun berada pada kuadran I yang menerangkan karakteristik komoditi unggul dan tumbuh dengan pesat. Pada kuadran I ini menerangkan bahwa besar kontribusi bawang daun terhadap total produksi Kabupaten Karo lebih besar daripada Sumatera Utara dan laju pertumbuhan nilai produksi bawang daun di Karo lebih cepat daripada di Sumatera Utara. Pada tabel 4.4 nilai Proportional Shift P untuk bawang daun bernilai negatif yaitu sebesar -1611,27 yang artinya komoditi pertanian bawang daun mengalami pertumbuhan lambat sebesar 0,76 di Kabupaten Karo dibandingkan di Sumatera Utara. Differential shift D untuk bawang daun bernilai positif sebesar 125,539 yang artinya terdapat komoditi pertanian yang tumbuh lebih cepat di Kabupaten Karo dibandingkan dengan komoditi yang sama di Sumatera Universitas Sumatera Utara Utara sebesar 0,06. Untuk jumlah keseluruhan komoditi bawang daun menunjukkan nilai yang positif yaitu 100,753 atau 0,18 komoditi pertanian yang mempunyai arti bahwa pertumbuhan komoditi bawang daun di Sumatera Utara lebih lambat daripada di Kabupaten Karo. Komoditi bawang daun mengalami pergeseran atau peningkatan disebabkan oleh peningkatan permintaan dengan harga yang menguntungkan kaum petani komoditi bawang daun yang menyebabkan penanaman besar-besaran petani Kabupaten Karo akan bawang daun. Dilihat dari perkembangan produksinya, bawang daun mengalami penurunan. Pada tahun 2009 bawang daun mampu diproduksi sebesar 16.205 ton, dan mengalami penurunan pada tahun 2010 dan 2011 masing-masing sebesar 12.435 ton dan 5.402 ton. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik BPS Kabupaten Karo, Kabupaten Karo melakukan ekspor bawang daun ke luar negeri terakhir pada tahun 2001. Daerah penghasil bawang daun adalah Simpang Empat, Merdeka, Kabanjahe, Dolat Rayat dan Barusjahe. Bawang daun yang diproduksi dipasarkan ke Medan, Binjei, Rantau Parapat, Tanjung Balai, Pulau Batam, Langkat, Aceh, Sibolga, Riau dan Siantar. f. Bawang Merah Bawang merah atau Allium cepa L adalah tanaman sayur yang memiliki nilai gizi yang tinggi sehingga baik dikonsumsi untuk kesehatan. Dari indeks Location Quotient LQ pada tabel 4.2 diketahui bahwa bawang merah memiliki nilai LQ1 yaitu sebesar 0,144 yang artinya bawang Universitas Sumatera Utara merah bukan komoditi golongan basis sehingga tidak bisa dilakukan ekspor karena produksi lokal akan bawang merah belum mampu memenuhi kebutuhan daerah sendiri. Berdasarkan pengklasifikasian komodti pertanian di Kabupaten Karo menurut Tipologi Klassen pada tahun 2003 sampai 2010 maka bawang merah berada pada kuadran IV yang menerangkan karakteristik komoditi yang relatif tertinggal. Pada kuadran IV ini menerangkan bahwa besar kontribusi bawang merah terhadap total produksi Kabupaten Karo lebih kecil daripada Sumatera Utara dan laju pertumbuhan nilai produksi kentang di Karo lebih lambat daripada di Sumatera Utara. Pada tabel 4.4 nilai Proportional Shift P untuk bawang merah bernilai negatif yaitu sebesar -311,781 yang artinya komoditi pertanian bawang merah mengalami pertumbuhan lambat sebesar 0,14 di Kabupaten Karo dibandingkan di Sumatera Utara. Differential shift D untuk merah bernilai negatif sebesar - 122,177 yang artinya terdapat komoditi pertanian yang lebih lambat di Kabupaten Karo dibandingkan dengan komoditi yang sama di Sumatera Utara sebesar 0,05 . Untuk jumlah keseluruhan komoditi bawang merah menunjukkan nilai yang negatif yaitu -319,185 atau 0,18 komoditi pertanian yang mempunyai arti bahwa pertumbuhan komoditi bawang merah di Kabupaten Karo lebih lambat daripada di Sumatera Utara. Komoditi tomat mengalami pergeseran atau penurunan disebabkan oleh penggunaan alat pertanian yang sederhana sehingga terjadi inefesiensi dalam produksi tomat dalam jumlah besar. Universitas Sumatera Utara Luas panen bawang merah pada tahun 2010 seluas 100 Ha dan mengalami peningkatan seluas 37 Ha dari tahun 2009 yang hanya seluas 63 Ha. Dengan luas panen 100 Ha pada tahun 2010 Kabupaten Karo mampu menghasilkan 856 ton bawang merah dan sebesar 539 ton pada tahun 2009. Daerah yang menghasilkan bawang merah di Kabupaten Karo adalah Payung dan Merek, dimana kecamatan Payung menghasilkan 171 ton dan Merek menghasilkan 685 ton bawang merah pada tahun 2010. Berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik BPS Kabupaten Karo, Kabupaten Karo pernah melakukan ekspor bawang merah pada tahun 2006 dengan jumlah ekspor sebesar 512.555 ton, dan sejak tahun 2007 Kabupaten Karo tidak lagi melakukan ekspor bawang merah. Apabila dilihat dari perkembangan produksinya maka terjadi penurunan produksi secara signifikan pada tahun 2009. Pada tahun 2007 Kabupaten Karo mampu menghasilkan bawang merah sebanyak 2.165 ton sedangkan pada tahun 2009 hanya 469 ton. Dalam kurun waktu dua tahun terjadi penurunan produksi sebesar 78,34. g. Jeruk Jeruk merupakan buah-buahan yang kaya akan vitamin C. Jeruk termasuk ke family Rutaceae. Jeruk yang diproduksi di kabupaten karo adalah jeruk dengan jenis jeruk manis Citrus sinensis, jeruk siam madu, jeruk keprok Citrus reticulate , Washington, Sunkist dan padang. Dari tabel 4.2 dapat dillihat bahwa jeruk memiliki nilai LQ1 yaitu sebesar 3,241 yang artinya jeruk merupakan komoditi yang mampu untuk memenuhi kebutuhan jeruk di luar daerah selain kebutuhan lokal. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pengklasifikasian komodti pertanian di Kabupaten Karo menurut Tipologi Klassen pada tahun 2003 sampai 2010 maka jeruk berada pada kuadran II yang menerangkan karakteristik komoditi maju dan tumbuh lambat. Pada kuadran II ini menerangkan bahwa besar kontribusi jeruk terhadap total produksi Kabupaten Karo lebih kecil daripada Sumatera Utara. Sedangkan laju pertumbuhan nilai produksi kentang di Karo lebih cepat daripada di Sumatera Utara. Pada tabel 4.4 nilai Proportional Shift P untuk jeruk bernilai positif yaitu sebesar 245272,9 yang artinya komoditi pertanian jeruk mengalami pertumbuhan lebih cepat sebesar 116,31 di Kabupaten Karo dibandingkan di Sumatera Utara. Differential shift D untuk jeruk bernilai negatif sebesar -219844 yang artinya terdapat komoditi pertanian yang tumbuh lebih lambat di Kabupaten Karo dibandingkan komoditi yang sama di Sumatera Utara sebesar 96,68. Untuk jumlah keseluruhan komoditi jeruk menunjukkan nilai yang positif yaitu 64674,55 atau 112,47 komoditi pertanian yang mempunyai arti bahwa pertumbuhan komoditi tomat di Kabupaten Karo lebih cepat daripada di Sumatera Utara. Komoditi jeruk mengalami pergeseran atau peningkatan disebabkan prospeknya yang dapat meningkatkan pendapatan daerah secara tidak langsung dan pendapatan petani Karo secara langsung sehingga para petani berusaha untuk meningkatkan produksinya. Kabupaten Karo merupakan sentra produksi komoditi jeruk di Sumatera Utara sehingga Kabupaten Karo terkenal dengan wisata ‘petik jeruk sendiri’. Jeruk adalah tanaman yang dibawa oleh bangsa Belanda pada jaman penjajahan. Universitas Sumatera Utara Tanaman ini pernah menjadi penopang ekonomi masyarakat Karo pada tahun 1970-2000an Meskipun sekarang jeruk masih menjadi sentra produksi komoditi jeruk, faktanya produksi jeruk menurun sejak tahun 2006 dan jeruk tidak lagi sebagai komoditi utama sebagian besar masyarakat Karo. Penurunan produksi jeruk disebabkan oleh hama tanaman yang menyebabkan kualitas dan kuantitas jeruk semakin menurun dan hal tersebut masih belum mampu diatasi oleh ahli-ahli pertanian di Kabupaten Karo. Jeruk di Kabupaten Karo sejak tahun 1997 sudah mulai menggunakan alat pertanian modern dalam pemberian pestisida. Meskipun demikian secara umum dalam pemeliharaannya tetap dilakukan secara sederhana. Pada tahun 2010 luas tanaman yang menghasilkan di Kabupaten Karo seluas 26.966 Ha dengan jumlah produksi sebesar 890.091 ton. Produksi jeruk mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan produksi tahun 2009 dengan luas tanaman 24.415 Ha menghasilkan produksi jeruk sebesar 268.980,86 ton. Selain kesuburan tanah Kabupaten Karo yang cocok untuk penanaman jeruk, prospek yang menjanjikan membuat hampir setiap kecamatan kabupaten Karo menanam jeruk. Dari 13 kecamatan di Kabupaten Karo, ada 11 kabupaten yang memproduksi jeruk, seperti Mardinding, Laubaleng, Tigabinanga, Juhar, Munte, Kutabuluh, Payung, Tiganderket, Simpang Empat, Merdeka, Kabanjahe, Berastagi, Dolat Rayat, Merek dan Barusjahe. Simpang Empat adalah kecamatan penghasil jeruk terbesar di Kabupaten Karo yaitu sebesar 326.065 ton pada tahun Universitas Sumatera Utara 2010 dan Laubaleng adalah produsen yang menghasilkan jeruk paling sedikit yaitu sebesar 45 ton pada tahun 2010. Produksi jeruk di Kabupaten Karo dipasarkan sampai ke Bandung, Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Pekan Baru, Aceh, Rantau Parapat, Langkat, Siantar, Pulau Batam dan Binjei. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik BPS kabupaten Karo, dicatat bahwa Kabupaten Karo terakhir melakukan ekspor komoditi jeruk pada tahun 2003. Jeruk yang diekspor dipasarkan ke Malaysia dan Singapura. h. Ubi Jalar Ubi jalar Lpomoea batatas dikenal juga dengan ketela rambat adalah umbi-umbian yang memiliki kadar gizi karbohidrat yang tinggi. Dari tabel 4.2 diketahui bahwa ubi jalar memiliki nilai LQ1 yaitu sebesar 0,096 yang artinya ubi jalar tidak memiliki keunggulan komparatif sehingga komoditi ini tidak cukup untuk diekspor. Dengan nilai LQ lebih kecil dari satu maka Kabupaten Karo perlu melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan akan ubi jalar. Berdasarkan pengklasifikasian komodti pertanian di Kabupaten Karo menurut Tipologi Klassen pada tahun 2003 sampai 2010 maka Ubi jalar berada pada kuadran IV yang menerangkan karakteristik komoditi relative tertinggal. Pada kuadran IV ini menerangkan bahwa besar kontribusi kentang terhadap total produksi Kabupaten Karo lebih kecil daripada Sumatera Utara dan laju Universitas Sumatera Utara pertumbuhan nilai produksi kentang di Karo lebih lambat daripada di Sumatera Utara. Pada tabel 4.4 nilai Proportional Shift P untuk ubi jalar bernilai positif yaitu sebesar 14991,91 yang artinya komoditi pertanian ubi jalar mengalami pertumbuhan llebih cepat sebesar 7,11 di Kabupaten Karo dibandingkan di Sumatera Utara. Differential shift D untuk ubi jalar bernilai negatif sebesar - 15593,9 yang artinya terdapat komoditi pertanian yang tumbuh lebih lambat di Kabupaten Karo dibandingkan dengan komoditi yang sama di Sumatera Utara sebesar 6,86. Untuk jumlah keseluruhan komoditi ubi jalar menunjukkan nilai yang negatif yaitu -5423,03 atau 1,66 komoditi pertanian yang mempunyai arti bahwa pertumbuhan komoditi tomat di Kabupaten Karo lebih lambat daripada di Sumatera Utara. Komoditi tomat mengalami pergeseran atau penurunan disebabkan oleh perubahan iklim yang tidak dapat diramalkan serta penggunaan alat pertanian yang sederhana sehingga terjadi inefisiensi dalam produksi tomat dalam jumlah besar. Luas panen ubi jalar atau ketela rambat pada tahun 2010 adalah 1.057 Ha dengan hasil produksi sebesar 12.394 ton. Terjadi peningkatan produksi sebesar 6.057 ton dari tahun 2009 yang sebesar 6.337. Daerah yang menghasilkan ubi jalar atau ketela rambat pada Kabupaten Karo adalah Munte, Simpang Empat, Naman Teran, Merdeka, Kabanjahe, Berastagi, Tigapanah, Dolat Rayat, Merek dan Barusjahe. Naman Teran adalah daerah penghasil ubi jalar terbesar di Universitas Sumatera Utara Kabupaten Karo dengan hasil produksi sebesar 3.796 ton pada tahun 2010 dan Munte sebagai daerah penghasil ubi jalar paling sedikit yaitu sebesar 150 ton. Dari indeks Location Quotient LQ pada tabel 4.2 maka diketahui bahwa ubi jalar tidak mampu memenuhi kebutuhan lokal karena memiliki nilai LQ1. Meskipun demikian kenyataannya Kabupaten Karo mampu melakukan ekspor setiap tahunnya. Pada tahun 2008 Kabupaten Karo melakukan ekspor ubi jalar sebesar 6.323,63 dan mengalami peningkatan sebesar 126,47 menjadi 6.450,1 pada tahun 2009. Daerah pemasaran ubi jalar di luar negeri adalah Malaysia dan Singapura, sedangkan pemasaran ubi jalar Indonesia adalah Bandung, Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Pekan Baru, Aceh, Rantau Parapat, Langkat, Siantar, Pulau BAtam dan Binjei. Perusahaan yang menjadi eksportir dalam pemasaran ubi jalar di luar negeri adalah PT. Putra Agro Sejati dan PT. Pagoda.

4.3 Tingkat Permintaan terhadap Hasil-hasil Pertanian di Kabupaten Karo