Hasil Pengamatan dan Wawancara

Karo-karo yang memberikan struktur, jadwal dan sejarah Parawasa. Ia keturuan batak Karo yang merupakan wanita yang masih muda dan menarik memiliki ciri rambut lurus dan sebahu, tinggi dibawah peneliti, berkulit kuning langsat, Ia sebagai pegawai honorer dan asisten Ibu Sion Ulina di ruangan Kepala TU Tata Usaha, Ia Lulusan dari S1 Teknik Komputer dari Bandung. Dalam proses pengumpulan data di Parawasa, peneliti banyak dibantu oleh Kak Rini, Pak Ganepo, Ibu Sion yang pegawai tetap di Parawasa. Mereka membantu peneliti saat mengumpulkan data, dokumentasi dan mengetahui tentang tentang latar belakang Warga Bina Sosial WBS

4.1.6 Hasil Pengamatan dan Wawancara

Peneliti melakukan wawancara kepada lima orang Warga Bina Sosial sebagai informan dan juga tiga orang Pegawai Parawasa sebagai informan tambahan. Berikut Wawancara dengan masing-masing informan : Informan I Nama : Indah Permata Sari Tempat tanggal lahir : Pembangunan, 5 Oktober 1986 Umur : 27 Tahun Agama : Islam Pendidikan terakhir : SMP Status : Kawin Alamat : Jl. Deli Kp. Banten pembangunan Tanggal wawancara : 27 Agustus 2013 Pukul : 17.56 WIB Tempat : di Teras rumah Kepala Dinas Parawasa Indah adalah wanita yang pertama diwawancarai oleh peneliti, sebelum mewawancarai Indah. Peneliti sudah pernah berbicara dengannya. Untuk bisa mewawancarai Indah peneliti meminta izin kepada petugas penjaga. Setelah izin diberikan petugas memanggil Indah yang baru selesai mandi di Asrama Anggrek II. Dengan rasa segan dan malu Peneliti menunggu Indah di depan rumah Kepala Parawasa yang berhadapan dengan Asrama Anggrek II. Setelah beberapa menit menunggu, Indah akhirnya datang. Indah yang wanita dengan berciri-ciri rambut pendek warna hitam, berbadan bongsor, lebih tinggi dari peneliti, serta berkulit kuning langsat. Pada saat Indah datang Ia memakai jaket hitam dan Universitas Sumatera Utara baju tidur yang serasi dengan celana tidurnya berwarna putih. Peneliti masih mencium wangi sabun yang dipakai disaat Indah datang. Setelah peneliti bercerita panjang lebar kepada Indah tentang tujuan peneliti datang ke tempat ini, Ia tidak merasa keberatan bahkan menyambut peneliti dengan hangat. Hal ini ditunjukan dari sikapnya yang tidak canggung kepada peneliti. Indah atas kesediaan menjadi salah satu informan bagi peneliti, peneliti kemudian memulai wawancara. Dalam keadaan yang sudah sama-sama rileks dan santai, peneliti memulai untuk langsung bertanya banyak hal kepada informan. Pada saat wawancara, peneliti meminta Indah untuk mengisi data dirinya yang telah peneliti buat. Indah mulai berada di Parawasa pada tanggal 28 Juni 2013, Indah di tempatkan di ruangan Asrama Anggrek II bersama enam Warga Bina Sosial WBS yang lainnya. Asrama tersebut memiliki tiga kamar dimana masing-masing kamar memiliki empat tempat tidur namun hanya ditempati dua Warga Bina Sosial WBS Di Asrama. Ia diangkat menjadi ketua kamar di Asrama Anggrek II sebagai ketua kamar Ia bertanggung jawab atas semua yang terjadi di Asrama II. Ketika pertama kali menginjakkan kakinya di Parawasa, ia Tidak tahu apa-apa tentang Parawasa. ia merasakan ketakutan dan merasakan kesedihan di hatinya, karena jauh dari orang-orang yang dicintainya, terutama anak dan keluarganya. Seminggu pertama ia berada di Parawasa ia menangis terus menerus tidak henti-hentinya dan ia selalu melihat orang-orang dengan tatapan tajam sampai matanya melotot. “aku disini mulai tanggal 28 Juni. Kami ada enam orang di Asrama II. Di Asrama II ada tiga kamar, masing-masing di dalamnya dua orang dan memiliki empat tempat tidur. Akulah yang diangkat menjadi ketua kamar yang bertanggung jawab ada apa-apa disini. Kalo ada yang bergado ntah apalah, itu lah tugas ketua kamar. Setelah tiga minggu lamanya, ia sudah mampu menyesuaikan diri, karena ia mendapat nasehat dari pegawai-pegawai Parawasa, selang tiga minguu Indah sudah bisa dekat dengan pegawai Parawasa. Peneliti mengetahui semua Pegawai Parawasa berusaha dekat dengan Warga Bina Sosialnya. Indah sering sekali diminta bantuannya oleh Pegawai Parawasa untuk membersihkan kantor atau rumah pegawai, dan terkadang Indah mendapatkan upah berupa uang. Uang itu dipergunakan Indah untuk membelikan makanan di rumah Ibu Ginting, karena lauk makan di Parawasa biasanya adalah sepotong ikan asin. Indah mengatakan bahwa ia tidak pernah sekali pun menceritakan tentang kehidupan Universitas Sumatera Utara pribadinya kepada pegawai yang berada di Parawasa, menurutnya, ia tidak perlu untuk bercerita tentang kehidupan pribadinya. Indah hanya menceritakan tentang kehidupan pribadinya kepada teman dekatnya yang berada di Parawasa, dengan teman dekatnya Indah merasa lebih leluasa mengungkapkan yang ada di hatinya. Di antara pegawai, Indah paling dekat dengan pegawai Pekerja Sosial Peksos bernama Ibu Riana, Ibu Riana sudah lama bekerja di Parawasa. Ibu Riana memiliki ciri-ciri fisik kulit sawo matang, rambut panjang agak bergelombang, gemuk dan tinggi badannya dibawah peneliti. Indah sering mendekati Ibu Riana untuk menanyakkan informasi kepulangannya dari Parawasa, tetapi tidak pernah mendapatkan kepastian. Ketika Indah memerlukan bantuan, Indah sering meminta bantu kepada Satpam yang bernama Pak Lingga, Pak Lingga orangnya sudah cukup tua dan baru beberapa bulan menjadi satpam di Parawasa. Ketika berada di Parawasa, ia merasakan sangat rindu dengan ke lima anaknya yang dijaga oleh kakak kandungnya, ia menceritakan dengan sangat sedih kepada peneliti, bahwa ia paling merindukan anaknya yang paling besar yang bernama Tara, dikarenakan Tara sudah memasuki bangku Sekolah Dasar. Ketika ia berada di dalam Parawasa, ia hanya mengetahui no telepon kakaknya. Ia menelpon Kakaknya dengan meminjam Handphone dari para pegawai Parawasa, itu pun jika pegawai berbaik hati memberikan ia Handphone. Ia menceritakan bahwa di dalam Parawasa, Warga Bina Sosial tidak diperbolehkan memiliki Handphone. Peraturan ini diberlakukan agar Warga Bina Sosial tidak bisa berhubungan langsung dengan orang di luar Parawasa yang dapat memungkinkan terjadi perencanaan untuk melarikan diri dari Parawasa. Ketika peneliti bertanya tentang suaminya, Ia menceritakan dengan sangat kesal dan sedih kepada Peneliti. Ia bercerita suaminya sudah tidak pernah peduli tentang kehidupannya dan anak-anaknya, ia tidak pernah tahu keberadaan suaminya sampai saat ini. Ia juga mengatakan bahwa orang tuanya sudah meninggal. “aku disini bisa menyesuaikan diri tiga minggu lah, Dua minggu sudah dekat dengan pegawa disini. Kami disini yang sering dekati ibu-ibu itu, mereka ramah-ramahlah. Ibu itu juga dekati kami untuk membantu ibu nyuci baju dan lumayan dikasih-kasih duit jaja untuk jajan beli telor, ikan dikantin biasanya ikan asinkan, yah beli indomielah di tempat Ibu ginting, beli susu, telor. Iin biasa sering cerita dengan teman dekatlah, sama pegawai gak pernahlah. Kiki lah yang tau semua, dia tau tentang aku, luarpun samanya kami, kek mana yaa, kalo sama pegawai segan awak ngomong, kalo sama Kiki kan uda biasa kami cakap berdua maen sama, Universitas Sumatera Utara jadi kami ini gak segan mengeluarkan cakap ini, uda gak ragu sama dia, dia pun terbuka, diapun gitu cerita sama Iin, yaah tentang semualah. Pegawai yang paling dekat Ibu Riana, dekat karna mau tau pemulangan. Ibu itukan Peksos, kami dekati terus, sampai kami yang minta Bu kami nyuci ya, Bu kami dekati. Kalo Pegawai yang sering minta tolong sama Pak Lingga. Gak tau tempat ini. Baru kali ini tau tempat ini kan. Parawasa di Berastagi gak pernah dan gak taulah. Aku disini Rindulah sama anak, anakku paling besarlah, karna uda masuk sekolah dan ada keperluan. “Mak,celana Tara koyak gini-gini ntar ya nak antar duit, sabar yaa nak”. Keluarga sudah tau, uda di telepon tapi belom kemari dan janji datang kesini. tiga minggu uda terbiasa disini. Seminggu pertama ntah gimana otak ini kacau balaulah, nangis, nengok orang pun mata nak melotot, sekarang uda gak lagi, uda enak kok, uda kayak keluargalah. Nelpon biasanya minjam-minjam sama Pak Ginting, Pak Kaban bilangnya pinjamlah nelpon, kadang ngasih pinjam orang itu. Gak boleh pake hape, hape ditahan Bu Sion karnakan nanti takut manggil orang bawa lari kita kabur, wajarlah itu takutnyakan, klo pakai hp diawasi orang itu, habis make uda gantian sama teman-teman lain. Yang sering dihubungi kakaklah yang paling besar, Mama Bapak awak uda gak ada lagi, jadi kakaklah yang yang mengurus anak awak. Kekmana hubungi suami sudah tidak tahu dimana dia, ntah dimana dia sekarang, ntah hidup atau gak, gak suka lagi sama awak dan gak open lagi sama kami, jadi gimana mau tau. Indah mengikuti keterampilan menjahit di Parawasa, Indah mengikuti keterampilan menjahit karena Indah ingin menguasai keterampilan tersebut agar bisa membuka usaha menjahit ketika ia sudah keluar dari Parawasa serta ingin memenuhi kebutuhan hidupnya dan anak-anaknya yang menunggu ia di luar Parawasa. Di waktu senggangnya, Indah mengikuti kegiatan olahraga main bola kasti yang terkadang dilakukan di perkarangan Parawasa. Ia main bola kasti dengan teman-teman yang berada di Parawasa. Ketika kegiatan olahraga main bola kasti tidak ada, Indah sering berjalan ke rumah Ibu Ginting yang berada di samping Asrama II, Ia membantu Ibu Ginting menjaga jualannya di rumah. Indah diberikan upah oleh Ibu Ginting, dikarenakan Ia sering membantu dan menjaga jualan Ibu Ginting di Universitas Sumatera Utara rumahnya. Indah mengatakan bahwa, Ia melakukannya untuk menghilangkan suntuk karena tidak tahu mau melakukan apa-apa ketika tidak ada kegiatan terjadwal di Parawasa. Kegiatan yang awak lakukan menjahit, ntar bisa buka usaha jahitkan. Uda pande jahit tinggal cari bakal dll. kalo nyalon ni enak kerjanya, kalo jahitkan rumit tapi bisa diikutilah. Kalo kegiatan yang lain main bola kasti kayak tadi itu. Waktu senggang gitu bantu jualanlah di rumah Ibu Ginting, Ibu Ginting baik nanti dikasih uang jajan, dikasih makanlah. Kalo suntuk disitu aja aku. Semakin lama waktu berlalu, ia semakin semangat menceritakan kehidupannya kepada peneliti. Ia mengatakan bahwa Kiki sebagai teman dekatnya sudah ia anggap sebagai adik kandungan. Dengan Kiki, ia sering berbagi tentang semua yang dirasakannya. Dari 20 Warga Bina Sosial yang berada di Parawasa, ia hanya dekat dengan Kiki. melalui wawancara peneliti mengetahui Indah dan Kiki sudah kenal sebelumnya, sebelum berada Parawasa, hubungan komunikasi antar mereka terjalin dengan baik. Mereka saling terbuka dalam hal apapun, bahkan dalam melakukan setiap kegiatan mereka selalu bersama-sama. Mereka pernah juga bertengkar saat mereka berada di dalam Parawasa, Indah bercerita kepada peneliti dengan sedikit tertawa bahwa Ia pernah tidak berkomunikasi dengan Kiki selama satu minggu lamanya. Pertengkaran mereka dikarenakan keluarga Kiki datang menjenguknya, sehingga Indah berpikir, ketika itu Ia ingin menjauh dan mendiami Kiki, supaya ketika Ia keluar dari Parawasa, hati Kiki tidak merasakan sedih pada saat ditinggalkan Indah di Parawasa. Selama seminggu mereka tidak ngomongan, sampai pegawai memanggil mereka ke dalam kantor untuk mendamaikan mereka berdua, sehingga mereka menjadi akrab dan saling menyayangi. Peneliti mengetahui besarnya kepedulian Indah kepada Warga Bina Sosial, ketika Ia mendengar dan melihat Warga Bina Sosial diperlakukan kasar membuat hatinya merasakan apa yang dirasakan temanya. ohh, pernahlah. Gak bertengkar maksudnya merajoklah, maksudnya gini. Kan ada telpon kakakku, kakak datang hari kamis dan si kiki juga telponan juga hari kamis rupanya gak bisa pulang, jadi si kiki ini bilang kak janganlah duluan pulang, samalah kita pulang walaupun aku gak enam bulan samalah kita. “Gak mungkinlah kita sama kiki, anak kakak ada. Kaukan gak ada anak jadi kupikir-pikirlah” rupanya bapaknya datang hari kamis, kakakku gak datang naik lah tensi ku. “Ya.. Allah Tuhanku gimanalah caranya ini yaa” dalam hatiku ni. Jadi gak ada Universitas Sumatera Utara masalah, terus aku di diami dia gitu. Seandainya aku pulang besok, sedih aku meninggalkan dia, jadi kekmana caranya biar gak sedih aku tinggalkan, ku diami selama empat hari. dia pun herankan, aku gak keluar kamar 4 hari diambil nasi “makan kak,” diam aja. Ada yang nanya kak Iin kenapa bergado dengan dia, cuma diam-diamin aja kubilang. Ada masalah apa, bergado kalian, gak pak ku bilang, salaman akhirnya kami cakapan lagi, jadi gak bisa pisah gitu kami. Emangku sengaja, maksudnya seandainya aku pulang, gak sedih meninggalin dia, jadi kek mana gak bisa juga kawan sejati. Indah mengatakan bahwa Ia sudah memiliki lima anak, dari hasil dua kali pernikahan yang sudah dialaminya. Pernikahan pertama, Indah menikah dengan pria berinsial Z, Indah melakukan hubungan Seks pertama kali dengan pria tersebut yang sudah menjadi suaminya. Pria ini bekerja sebagai pemain keyboard di sebuah cafe di tempat tinggal mereka dahulu. Dari pernikahan pertama ini Indah dikaruniakan tiga orang anak. Ketika suami yang pertama meninggal, Indah menikah kembali dengan pria berinisial A. Pria berinisial A ini adalah teman dari Ayahnya dan bertetangga dengan keluarganya. Indah melakukan pernikahan dengan Pria berinisial A dengan nikah sirih, karena ia tahu Orang tuanya pasti tidak menyetujui hubungan mereka berdua. Indah nekat menikah dengan Pria berinisial A, yang merupakan seorang duda dengan dua orang anak dari pernikahannya dahulu. Sampai sekarang Pria berinisial A adalah suami Indah, yang bekerja sebagai penjaga parkir di Rumah Sakit di daerah Perbaungan. Indah mengatakan Pekerjaan suaminya tidak memenuhi kebutuhan keluarganya, ia harus ikut memenuhi kebutuhan anak-anak mereka. Karena tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarganya sampai Indah dan suaminya berpisah ranjang. Indah pergi meninggalkan suaminya dan ke rumah orang tuanya, serta membawa anak-anaknya. Ia pergi dengan membawa selembar uang senilai seratus ribu. Ketika Indah tidak memiliki uang sedikitpun di tangannya, Indah mendapat penawaran pekerjaan dari orang yang baru dikenalnya untuk bekerja di sebuah cafe daerah Gudang Garam. Indah langsung menerimanya karena Indah sudah tidak memiliki uang untuk memenuhi kebutuhan anak- anaknya. Nama cafe tempat Indah bekerja bernama Cafe Sabirin Waktu Indah menerima pekerjaan di café untuk pertama kalinya, Indah merasakan hatinya ketakukan, kakinya gemetaran semua dikarenakan Indah tidak tahu bekerja sebagai apa di cafe tersebut. Awal melakukan pekerjaan disana, Indah menangani semuanya karena pegawai di cafe cuma ada dua orang. Indah melayani tamu-tamu yang datang ke cafe sabrina dengan Universitas Sumatera Utara menyediakan minuman kepada tamu. Cafe Sabirin juga menyediakan tempat pondok dan kamar penginapan untuk tamu menginap di daerah pantai Gudang Garam. Indah bekerja di Cafe Sabirin selama dua bulan, Indah menceritakan selama di cafe awalnya Ia mendapat upah dari mengantar minuman kepada tamu, setiap botolnya Indah mendapat uang dua puluh ribu. Namun kemudian Indah merasakan bahwa jika hanya mendapatkan uang dari mengantar minuman kepada tamu, tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan anak- anaknya, sehingga Indah nekat melakukan hubungan seks kepada pelanggan yang mau menawarnya. Ia melakukan hubungan seks dengan tarif tiga ratus lima puluh ribu untuk shortimes. Ketika pertama kali melakukan hubungan seks yang bukan dengan suaminya, Indah mengatakan, Ia merasa takut dan ada rasa penolakan di dalam batinnya. Tetapi mau tak mau Indah harus membuang rasa takut dan penolakan yang ada dalam batinnya itu, karena Indah sudah tidak tahu lagi cara untuk mendapatkan uang yang banyak dengan cepat memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Indah melakukan hubungan seks dengan tamunya di pondok yang terletak di pinggiran pantai. Pondok tersebut di sewa seharga dua puluh ribu. Indah melakukan hubungan seks hanya sekali seminggu, karena baginya melakukan hubungan seks seminggu sekali ditambah dengan penghasilannya mengantar minuman sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan anak-anaknya. Ketika melakukan hubungan seks, Indah tidak pernah menggunakan alat pengaman berupa kondom, karena Indah mengatakan kalau tamunya memakai kondom ia tidak dapat merasakan sama sekali nikmatnya bercinta dengan pelanggannya. Peneliti menangkap ketika Indah bercerita, Ia hampir menangis menceritakan kehidupannya tersebut, Ia terpaksa melakukan pekerjaan terlarang ini, dikarenakan harus memenuhi kebutuhannya dan anak-anaknya, serta kebutuhan biologis dan psikologis Indah yang sudah ditinggal suaminya. Setiap Indah menjual dirinya kepada pelanggan, uang hasil menjual dirinya diberikan kepada kakaknya yang sudah rela merawat anak-anaknya, uang tersebut digunakan untuk kebutuhan memenuhi anak-anaknya dan sisa uangnya, Indah simpan untuk kebutuhannya sehari-harinya. Indah mengaku kepada peneliti, selama dua bulan Indah sudah lima kali melakukan hubungan seks dengan laki-laki hidung belang yang berbeda-beda dan semuanya dilakukan di pondok yang berada di daerah Pantai Gudang Garam. Indah tidak pernah sekalipun mendapat perlakukan kasar saat melakukan hubungan seks dengan tamu-tamunya. Ia diperlakukan dengan baik oleh pelanggannya sebagai wanita pemuas nafsu laki-laki. Pria hidung belang yang menikmati tubuh Indah adalah laki-laki sudah lebih tua darinya sehingga umumnya sudah bekerja dan memiliki uang. Di Cafe Sabirin Indah pernah mengalami masalah ketika Istri dari pria hidung belang yang pernah menikmati tubuhnya datang dan memaki Indah, ketika itu Indah hanya Universitas Sumatera Utara bisa diam membisu dan tidak melawan sama sekali karena Ia tahu pekerjaanya yang dilakukan sudah salah. Berjalannya waktu, Indah bertemu dengan pria bernama Ilan yang bekerja sebagai nelayan, Ilan berumur 31 tahun ketika Indah menjual dirinya kepada Ilan, Ilan mengatakan kepada Indah untuk menikahinya dan melarang Indah menjual tubuhnya kepada pria hidung belang lagi. Ketika Ilan mengatakan itu, Indah tidak pernah lagi menjual tubuhnya kepada pria hidup belang di Cafe Sabirin. Saat Indah dan Ilan melakukan hubungan badan, Indah ditangkap Satpol PP yang sedang razia, dibawa ke Parawasa. “kerja dicafe semua lah aku yang menangani, misalnya ntah keuangan, menjaga dan melayani tamu, cuma berdua kami. Kalo kami juga menyediakan pondok dan terima tamu. misalnya bapak bawa tamu, bisa pak, kamar disana banyak. Orang situ menyediakan semualah, boleh semuanya dilakukan disitu Cuma bayar pondok dua puluh ribu. Nama cafenya Sabirin Pante Gurang Garam dekat Parawasa Cermin. Baru dua bulannya melakukan kek gitu belom sampe setahun. Gini pak, pisah sama lakiku baru sebulan, duit gak ada lagi, laki yang terakhir yang kedua ini, anak enamlah. Anak dari laki pertamaku, aku bawa juga sama diakan, jadi semuanya ngumpul anak-anakku. Gara-gara anak bertengkar ribut- ribut dengan lakiku, ku bawa aja anaku semua ketempat bapakku cuma bawa uang seratus ribu, satu lagi mau nyusu, jadi uang kehabisan, bingung yakan, susu uda mau habis jadi adalah teman, teman itu ngajak kerja, “yoo iin kerja”,” kerja apa” aku bilang, yaa ikut aja aku, jadi ikut temanlah aku. Teman baru-baru kenal gitu-gitu aja, ada ibu-ibu gitu lah, ngajakin kerjaan, aku ikutlah naik becak. Ini kerjaannya cafe ini disini lah cari duit katanya jadi bergetar juga badan ini nginjak cafe ini lama-lama 2-3 hari uda terbiasa uda enak. Gara-gara laki lah gak mencukupi, gak apa, gak mengasih uang belanja semuanya.pertama kali melakukan hubungan seks sama laki pertamalah, belom pernah lah, sama laki lah. Saat melakukannya dengan yang lain nangis lah, sedih lah. Untuk anakku demi anakku biarlah sampai nangislah itu pun melakukannya 5 kali sama oranglah, gonta-ganti pasangan 5 kali lah tapi ada nama cowok Ilan tuh gak mau lagi lah, cukup sama dia aja orang tiap hari ia mengasih duit ya kan. Suami gak tau lah ntah kemana dia pigi kabur, melarikan diri ntah kemana, gak ngertilah keluarga gak tau. Kenal disitu juga, orangnya baiklah, pengertianlah mau apa-apa nah dek 300 untuk apa abang kasih Universitas Sumatera Utara duit, karna abang suka samamu, mau gak kau kawin sama abang, mau lah tapi kau jangan kerja di cafe lagi. Asal jumpa gak di cafe itu, jadi lah sama dia. Ilan sering menelpon dan bawa kerumah jumpai kakakku.gak lah dapat sendirilah, dia datang ngambil uang pondok nanti ada yang ngambil , kalo bir-bir itu ngambil untung kita misalnya jual 70 kita jual 90 lah 20 lah untung kita.kalau dikasihnya , pertama tidak tahu harga, dek berapa apanya sih, shortime samamu berapa gak ngerti lah, kau minta aja ini 300, kok mahal kali, orang baru bang,aku sanggup satu malam satu uda syukurlah, satu orang aja aku sanggup, gaji botol ada lagi , klo ada uang 700 pulang kerumah ngantar duit untuk anak ku, 600 dikasih, 100 pegangan. Gak pake pengaman , gak enak klo pake kek gitu, gak terasa, aku gak mau pake kek gitu klo gak pake itu terasa , klo pake itu gak terasa,uda lama gak kenak kek gitu. gak stiap hari seminggu sekali. Cuma 5 kali lakukan itu, ketika jumpa ilan gak lagilah.pas ada tamu nyari, gak ada orang, aku yang mainkan, aku kerja juga dapat uang botol juga kan lumayan dapat juga. Kalo Main-main lah saat uang kurang, klo gak kurang, ya enggak.alami semua mereka. umur 35 tahun keatas, karna anak muda uangnya gak ada. Orang yang uda berumur, klo yang muda ini gak ada duitnya, gak termakan duitnya.gak pernah melakukan kasar saat maen sama ku, kayak marah-marahi atau maen kasar, gak pernah.orangnya bagus-baguslah, setiap maen samamu bae-bae lah. Ketika aku kerja distu, 5 x lakukan itu, datang lah dia, dia suka aku suka. Jadi setiap datang sama dia aja maennya, setiap kerja sama dia aja, dikerja itu ditungguinya lah, duda lah,anak nya 3 lah tambah anakku 6 jadi 9 lah, dibilang orang tua, banyak anak, banyak rejeki.dia kerjanya rajin nelayan seminggu sekali pulang dari kapal bawa ikan, orangnya rajin, semua dikerjainya, seminggu dikasih uang 700. Lakiku yang pernah uda ninggal, jadi gimana bilangnya minta nikah sirih, nikah batangan itu sah isitilah nya, Cuma surat potong, jadi kalo mau pisah ke kelurah lah minta tanda tangan dia , tanda tangan aku lah. Kalo mau minta uang belanja gak ada lah, nama juga nikah batangan. Jadi sama ilan ni pake suratlah. Kek mana bilang ia, napa mw nikah sirih, klo nikah sah ntar kepengadilan lagi, keluarkan duet lagi. Orang tuaku gak suka sama dia, orang sebaya bapakku, umurnya 54 tahun tetangga rumah. Rumah dia d Universitas Sumatera Utara depan rumah ku didepan rumahnya, tiap hari datang kerumah, cuman bapak ku gak nyangkan kawan bapak ku suka sama anak kawanya. Kawan lari, nikah sirih, bapak gak tau, lama-lama tau juga dia.ilan umurnya 31 tahun. Pernah dimaki istri tamu, pada waktu dicafe itu lah, bini nya bang Anto langsung ditamparnya aku, aku gak melawanlah, orang salah awak giman mau melawan lagi. Diam aja lah, gak tau mau cakap apa,baru aku bilang, aku gak pernah godai lakik kakak,emangnya lontenya kau, suaminya ditarik biniknya, kawan-kawan lah yang bela. Disaat Indah berada di dalam Parawasa, Ia merasakan ketakutkan dan merasa bersalah karena sudah melakukan pekerjaan menjual diri. Indah menangis terus menerus, dikarenakan Indah mengingat keluarganya yang tidak pernah tahu, bahwa Indah bekerja di Cafe Sabirin sebagai wanita penjajah seks. Indah hanya mengatakan kepada keluarganya. Bahwa ia menjual nasi goreng bersama temannya. Ketika keluarganya mengetahui Indah bekerja sebagai penjajah seks di Cafe Sabrini, keluarganya begitu terkejut, menjerit dan menangis. Katanya mereka memarahi dan memakinya ditambah abang Ipar Indah yang begitu sangat marah kepadanya. Ia pun diberikan nasehat supaya tidak lagi melakukan pekerjaan kotor itu dan ia dilarang bekerja seks di Cafe. Keluarga sangat malu, ketika Indah masuk ke dalam Parawasa. Indah memohon kepada abang Iparnya agar abangnya tidak memberitahukan pekerjaannya tersebut dan anak-anaknya memberitahukan bahwa dirinya berada di dalam Parawasa. Indah pun mengatakan kepada anaknya, Ia menginap ditempat temannya. Ia berbohong kepada anaknya, agar anaknya tidak jatuh sakit. Di dalam Parawasa, Indah belum pernah di kunjungi keluarga sekali pun. Indah memaklumi keadaan keluarganya yang sibuk dan keuangan keluarga yang kurang mampu. Hanya Ilan teman prianya yang terakhir berhubungan badan dengannya yang masih mau datang walaupun Ilan tidak masuk ke dalam Parawasa dan hanya menitipkan roti serta uang 200 ribu untuk Indah. Indah mengatakan kepada Peneliti bahwa Ilan setia menunggunya sampai keluar dari Parawasa dan siap menikahinya. Indah pun mendengar dari kakaknya bahwa Ilan memberikan uang kepada anaknya walaupun Indah masih berada di dalam Parawasa. Keluarga tau loh, mereka nangis menjeritlah terkejut semuanya, gimana gak terkejut orang itu taunya gak kerja disitu, gak taulah kakak, kau buat malu gini..ia kak. “Kau bilang kau kerja nasi goreng tapi kau kerja café” kau buat malu aja kau, gak otak ntah apa-apalah. Maaflah kak, minta ampunlah kak kubilang, gak kubuat lagi, janji aku gak buat lagi terkejut Universitas Sumatera Utara batinlah. Ia lah. Adalah abang ipar sekali kalo keluar dari sini kau jangan kau buat kerja begitu kerja yang bagos, kalo gak kenak lagi kesini, gak mau lagi ngurus kau kemari jangan kau akui lagi keluarga, ia bang, aku janji demi anakku gak buat lagi kubilang. Kak pengen mau mukul aja.hahaha… geram kurasa dia ketahuan keg gini. Gak lah cuma bilang gitu aja di hp. Waktu itu ilan ngirim tapi gak masuk, kirim aja. Kirimnya roti dan 200. Dia nunggu aku sampai keluarlah, aku disini dia ngirim duit untuk anakku. Waktu itu anakku nelpon, mamak pulang lah , kubilang sabar ya nak, mamak dimana, ditempat teman, takut anak ku sakit dibilang aku disini. Indah di nilai dengan teman-temannya buruk, dikarenakan pekerjaan Indah yang dapat merusak hubungan rumah tangga orang lain. Keluarga Indah juga sudah menilai Indah berbeda semenjak Indah ketahuan melakukan pekerjaan penjajah seks yang membuat keluarganya marah terhadap Indah. Pegawai – pegawai yang berada di Parawasa, tidak pernah berbicara kasar kepada mereka yang di bina di UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila berbeda dengan tamu – tamu yang memakai jasanya, menganggap Indah hanya sebagai tempat memuaskan nafsu mereka yang hanya menilai Indah sebatas uang dan pekerjaan. Kek mana lh, uda lainlah, uda tau kerja gitu marah dia, gitulah ibaratnya gitu lh nama juga PSK. Bersikap berbeda, kesal kerjaan gitu kyk gak ada yang lain, perasaan ku sedih lah.Pegawai ada merendahkan, kadang pak lingga ini kasar, asrama I bandal-bandalkan, makanya jangan jadi lonte klo gak mau masuk sini coba kau lonte pasti gak masuk kemari karna kau lonte kau masuk kemari. Tamu hubungannya cuma duit dan pekerjaanlah, Indah memiliki harapan setelah keluar dari sini Ia dapat membuka usaha warung makanan dan minuman di rumah sakit Perbaungan. Ia tidak mau bekerja sebagai penjajah Seks lagi, ia ingin keluar dari Parawasa secepatnya karena rindu dengan anak-anak serta keluarganya, Indah juga ingin berubah untuk menjadi orang lebih baik lagi dan memanfaatkan pelajaran keterampilan menjahitnya jika ia keluar nanti. Keluar dari sini kalo bisa gak lagi lah, masuk disini jadi manusia, keluar juga jadi manusialah. Sudah mengakui kesalahan. Nyesal lh, sampai sini nyesal kok bisa lah aku masuk sini mudah-mudah gak masuk sini, gitu ajanya, nyesal lah pak, terpaksa pun itu pak.mudah-mudahan ada kerja Universitas Sumatera Utara gak kerja gitu lagi, keluar nanti buka usaha soto, minuman kopi mix di rumah sakit dekat rumah, banyak yang bergadanglah disitu. Berubah lah, berubah bagus, dari awak jahit, keterampilan jahit, awalnya gak bisa menjahit, besoknya menjahit buat rok. Informan II Nama : Taing Noura Lubis TTL : Tebing Tinggi, 21 April 1993 Umur : 20 Tahun Suku : Mandailing Agama : Islam Pendidikan : 5 SD Tempat tinggal : Tebing Tinggi Status : Belum menikah Tanggal wawancara : 29 Agustus 2013 Waktu :16.08 Wib Tempat wawancara : Teras Rumah Kepala Parawasa Peneliti Informan II di Teras Rumah Kepala Parawasa dengan meminta izin satpam yang berada di depan kantor Parawasa dengan cuaca yang sudah sangat dingin. Sambil menunggu Taing, Peneliti menyiapkan tempat agar Taing merasa nyaman dan tidak segan ketika di wawancarai oleh Peneliti ketika Taing datang, Peneliti menyapa Taing dan menanyakan kabarnya untuk mengakrabkan suasana dengannya. Melalui percakapan awal Peneliti mengetahui Taing sudah berada di tempat ini mulai dari tanggal 25 Juli 2013 yang hasil tangkapan dari Satpol PP di Kabanjahe dengan seorang temannya saat ditangkap. Taing di dalam Parawasa sekamar dengan Mila, temannya yang sama-sama menjajakan dirinya. Taing sudah tahu tentang Parawasa dari teman satu profesi bernama Sri yang dulu pernah ditangkap dan dibawa ke Parawasa. Sri yang teman dekat Taing dan juga pernah tinggal bersama dengan kakaknya. Taing sering melewati Parawasa tetapi tidak tahu apa yang dikerjakan di dalam Parawasa. Awal pertama kali Taing menginjakkan kaki di dalam Parawasa, Ia membutuhkan waktu untuk menyesuaikan dirinya dengan teman-teman dan tempat tinggalnya yang baru. Taing membutuhkan waktu menyesuaikan diri selama dua minggu, selama dua minggu tersebut, ia selalu memberontak karena hatinya tidak menerima dengan kenyaatan yang Universitas Sumatera Utara sedang Ia alami, walau begitu mau tidak mau. Tetap Ia harus tegar menjalankan kehidupannya di dalam Parawasa. Setelah dua minggu lamanya, Taing sudah mulai dapat menerima keberadaannya dan mulai menyesuaikan diri dengan peraturan - peraturan di Parawasa, Taing menceritakan bahwa tidak ada gunanya menangis di dalam Parawasa karena tidak akan mengubah kenyataan yang sedang di alaminya. Ia menganggap ini cobaan dari apa yang sudah dilakukannya. Selang dua minggu ia sudah dapat berkomunikasi dengan pegawai-pegawai semuanya akan tetapi ia kurang terbuka kepada pegawai tentang dirinya. Di Parawasa Taing sangat merindukan Bapaknya, tetapi Bapaknya berada di kota Aceh sehingga sulit bagi Bapaknya datang. Taing tidak bisa menghubungi Bapaknya, karena Bapaknya lagi bekerja di daerah hutan yang tidak memiliki jaringan selular di dalam hutan, sehingga Ia hanya dapat menghubungi Kakaknya yang tinggal di Berastagi ia menghubungi kakaknya dengan meminjam Handphone pegawai atau petugas, ia meminjam Hanphone karena Handphonenya di sita oleh pihak Tata Usaha di dalam Parawasa. Pegawai menjaga agar Warga Bina Sosial tidak dapat menghubungi orang-orang dari luar yang memungkinkan warga bina sosial untuk merencanakan pelarian dengan bantuan orang luar. Saat Taing baru pertama kali masuk ia menghubungi kakaknya yang ada di Aceh dan Berastagi, ketika menelpon keluarganya Taing menceritakan keadaannya dan keluarganya sangat terkejut mengetahui Taing ada di dalam Parawasa. Taing hanya bisa terdiam dan malu saat memberitahukan tentang pekerjaan yang selama ini Ia kerjakan. Saat di dalam Parawasa, Taing berharap keluarganya datang menjenguk keadaannya di Parawasa. Namun Taing hanya pernah di jumpai oleh Bosnya yang merupakan pemiliki cafe Loda, tempat Ia menjajakan dirinya. Bosnya datang hanya sekali memberikan uang sebesar 50 ribu sebagai uang jajan kepada anggotanya yang tertangkap dan berada di dalam Parawasa. uda 1 bulan 4 harilah.1 kamar dengan Mila karna 1 tempat kerja sama dia. Pertama masuk kemari gitu. gak pertama. Aku gini pak, dulukan kakakku tinggal di Berastagi kan,aku kan pernah tinggal di Berastagi, aku lewati ini pernah tapi masuk kesini gak pernah. Tau tempat ini, tau tempat apa ini tapi untuk masuk kesini gak pernah aku. Orang-orang PSK, itu aku tau kemari nengok-nengok orang ini gak pernah. Hmmmm,,, Dulu tau juga dari kawan, kawan satu kerja café juga karna dia juga pernah kerja café jadi aku tau itu parawasa tempat apa ku bilang kan,itu tempat orang- orang PSK yang masuk ya uda dari situ aku tau. Pernah kemari tapi Cuma 2 bulan, aku gak tau kapan dia masuk. Namanya Sri. Gak boleh, klo Universitas Sumatera Utara boleh uda ku telpon keluargaku kadang pinjam-pinjam hp satpam gitukan kasihnya tapi gak terusan dikasihnya sekali-sekali, di bilangnya hari itu ditelpon kakak, Ayahkan lagi di Aceh gak aktif nomornya kerja dihutan- hutan gitu gak ada sinyalnya. Karena kata ibu Sion ada yang megang hp berhubungan dengan orang luar dikira mau kabur katanya jadi klo Nampak kalian megang hp ku campakkan Hp itu, ya udah kami kasihlah. 2 minggu lah, menerimanya kupikir-pikir gak ada gunanya menangis ya udah ku terima aja, cape juga menangis. Pas aku masuk, aku telpon kakak yang di Aceh bilang aku masuk di Parawasa ini, kakak yang di berastagi juga ku telpon mereka terkejut. Karena mereka tau aku kerja sebagai kasir gitu. gak ada keluarga yang datang, paling Cuma bos yang datang kesini itu pun ngasih uang jajan sama kami 50ribu setelah itu gak ada lagi. Taing menceritakan, Ia mempunyai sahabat yang mengerti tentangnya, sahabatnya bernama Tika, Taing sudah mengenal Tika sebelum berada di Parawasa. Di dalam Parawasa Taing selalu bersama dengan Tika, mereka selalu bersama-sama dalam melakukan berbagai kegiatan. Ketika Tika tidak lagi di Parawasa, Taing merasa sedih karena tidak ada lagi sahabatnya yang dapat mendengarkan keluh kesah hatinya. Taing sampai sekarang tidak memiliki sahabat yang seperti Tika, sehingga Taing tidak pernah terbuka lagi dengan Warga Bina Sosial lain, Ia hanya sekedar cuma berteman biasa dengan sama Warga Bina Sosial lain. Ketika Taing merasakan kehilangan sahabatnya, ia mulai banyak bercerita dengan Mila. Namun ia tidak terlalu terbuka dengan Mila. Mila adalah teman satu tangkapan dengannya, saat ia menjajakan diri di cafe. Peneliti mengetahui Taing pernah bertengkar dengan Mila, pertengkarannya diakibatkan masalah pinjam meminjam uang. Taing mengatakan Mila mau meminjam uang seribu untuk membantu Warga Bina Sosial yang sedang saat itu hamil, tetapi Taing tidak memberikan uang lima puluh ribu miliknya untuk ditukarkan dan membantu Warga Bina Sosial sedang hamil, sehingga Mila marah kepadanya dan mereka tidak omongan selama satu bulan lamanya, sampai dengan kerendahan hati Taing, datang dan meminta maaf kepada Mila, serta begitu juga dengan Mila. Teman dekat, sebenarnya gak ada temen dekat, semua kawankan pak. Nama juga kawankan Mau juga ngobrol ini itu bagi aku biasa aja gak ada teman dekat, paling sering aku aja ngobrol si Mila yang pake baju merah tadi. Asrama satu gak ada aku pernah ngomong, paling ngomong kapan Universitas Sumatera Utara pulang itu aja. Mila satu tangkapan. Satu cafe lah sama dia. Sebenarnya dia itu kerja café masih baru aku kan uda lama. Dia baru 3 minggu. Aku kan kerja kasir di café itu dia masih baru. Pernah berantam sama dia masalah uang kan ada teman kami disinikan lagi hamil itu, gak punya uang seribu, kan gak mungkin aku jajani 50 ribu tukar dengan seribu berantam aku sama dia, di bilangkannya sama orang-orang itu pelit kali pinjamkan uang seribu gak dikasih gini-gini. Ku bilanglah uang,uangku kok kek gitu gara-gara gitu, selesainya aku juga minta maaf. Sebulan juga. Dia juga minta maaf katanya. Satu kamar dengan dia, kadang klo berantem pernah ku tinggal sendiri ketempat kakak ini. Kadang aku ngomong sama dia ini, orangnya sok. Dulu ada kawan nama Tika, udah bebas juga, dia juga sama kayak aku nasibnya, cerita-cerita keluarga kadang dia gak mau cerita sama orang itu, gak mau bilang sama kawan gitu. dia keluar 2 minggu yang lalu. Peneliti melanjutkan mewawancarai Taing dengan bertanya mengenai mengetahui kegiatan yang dilakukan Taing di dalam Parawasa. Saat itu udara sudah semakin dingin dan cuaca semakin gelap menjawab pertanyaan peneliti, Taing mengatakan selama berada di Parawasa Ia mengikuti keterampilan menjahit bersama Indah. Kegiatan menjahit yang di jadwalkan setiap hari senin dan rabu oleh pegawai Parawasa. Sedangkan ketika tidak ada kegiatan dijadwalkan, ia biasanya menonton Televisi atau bahkan bermain bola kasti dengan warga bina sosial lainnya. Paling jahit, kami kan baru menjahit, belom lah tahu jahit, agak ribet jugalah menjahit ini, malass, gak ada niatku utnuk menjahit ini. kalau lagi kayak disini yaah kerjanya nonton TV, tidur. Klo disini pak kerja nonton tv, tidur. Kadang maen bola kasti kadang gak, angin-anginan pak. Pertama kali Taing melakukan hubungan seks, ia masih berusia lima belas tahun. Ia melakukannya dengan pacarnya bernama Hendrik, ia mau melakukan seks dengan pacarnya karena merasa begitu mencintai pacarnya. setelah itu ia sadar dan Ia pun merasakan penyesalan yang mendalam terhadap dirinya karena yang sudah melakukan hubungan seks dan memberikan keperawananya dengan mudah kepada pacarnya. saat itu juga terlintas di pikiranya tentang keluarganya, ia berpikir bagaimana jika keluarganya mengetahui Taing Universitas Sumatera Utara sudah kehilangan keperawanannya. Awal Taing terjun sebagai wanita penjajah seks, ketika ia bekerja di sebuah café di daerah Duri, peneliti mengetahui bahwa Taing melakukan pekerjaan tersebut karena keinginan sendiri, awalnya ia hanya memperhatikan pekerjaan orang yang bekerja di cafe. Selama di Duri Taing bekerja selama delapan bulan lamanya, setelah itu pindah ke cafe Sidikalang, disana ia bekerja selama dua bulan. Setelah bekerja di cafe Sidikalang Taing kembali pindah ke Pulau Rambong dan bekerja disana selama tiga bulan, ia terus berpindah-pindah dari satu tempat ketempat lainnya seperti Tiga Binanga, Balang dan akhirnya Taing sampai ke Kabanjahe dan bekerja di Cafe Loda selama dua tahun sampai sampai akhirnya Taing tertangkap di cafe tersebut. Setiap bekerja menjajakan tubuhnya, Taing tidak pernah menggunakan jasa orang lain Germo. Ia menjajakan dirinya sendiri di cafe, setiap menjajakan dirinya Taing menetapkan tarif 250 ribushortime dan 500 ribulongtime. Hasil uang menjajakan dirinya Ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadinya dan untuk mempercantik dirinya. Hal ini dilakukannya agar pria-pria hidung belang yang datang ke tempat Ia bekerja semakin tertarik dan mau menggunakan jasanya untuk memuaskan hawa nafsunya. Dalam sehari, Taing dapat menerima pelanggan sampai dua kali, dalam berhubungan badan, pria hidung belang tersebut harus menggunakan alat pengamankondom, jika pelanggannya tidak mau memakai kondom Ia tidak mau melayaninya. Pria hidung belang yang datang kepadanya, biasanya orang yang sudah berkerja dan berkeluarga. Ia memaparkan memang pekerjaan yang di lakukannya memiliki resiko yang besar, resiko yang pernah ditanggungnya adalah pernah didatangi dan dimaki- maki oleh istri dari pria hidung belang. Taing berharap agar dapat cepat keluar dari Parawasa ini dan bisa segera berkerja di ladang kakaknya sehingga ia tidak perlu lagi melakukan pekerjaan menjual tubuhnya. Ia merasakan begitu tidak enaknya berada di Parawasa, sehingga Ia mengambil komitmen untuk tidak akan pernah lagi menjual tubuhnya ke orang- orang hidung belang. Pertama kali aku melakukan seks sama pacar waktu berumur 15 tahun sama si Hendrik, melakukannya sama –sama suka dan aku cinta sama dia. Waktu melakukannya menyesal langsung berpikir tentang keluarga. Aku pak pernah mengandung anak pas kerja di café, waktu itu aku mengandung minum-minuman keras di café keguguran di dalam kandungan. Pertama kali aku kerja itu di Duri pak. Aku datang sendiri dan melamar pekerjaan disana selama 8 bulan, baru d sidikalang 2 bulan, pulau rambong 3 bulan, tiga binanga 2 bulan, balang sebulan terakhir di loda 2 tahun. Aku kerja di café itu karna uang dan ada masalah keluarga Universitas Sumatera Utara pak, aku melakukan pekerjaan seks sendiri pak, kalo aku lagi mood aku lakukan, klo gak, gak mau aku pak. Sekali shortimes 250 ribu kalo longtime aku minta 500 ribu itu aku gunakan pak untuk beli baju, make up untuk keperluan sehari-harilah pak. Dalam satu hari biasanya dua kali aku terima pelanggan. Kalau aku pak harus pake pengaman pak, kalo gak gak mau aku melakukannya pernah ada yang gak mau, ku tinggalkan. Pernah ada istri orang datang maki-maki aku, ku bilanglah suamimu aja yang gak bisa jaga diri ku bilang lah. Klo di tempat ku Bosku membela kami pak, menjaga kami pak dari orang-orang kasar gitu. pas bekerja di cafe Loda itu aku kenak tangkap di bawahlah aku kesini. Lagi apes kurasa aku pak. Harapanku keluar dari tempat ini, cepat keluar dari Parawasa ini, mau kerja di ladanglah pak, gak mau lagi kerja sebagai PSK lagi, jerah aku masuk kesini. Informan III Nama : Nurmala Sari Tempat dan tanggal lahir : Belawan, 24 Oktober 1993 Usia : 19 Tahun Suku : Jawa Agama : Islam Pendidikan terakhir : SMP Tempat Tinggal : Belawan Status : Belum Menikah Tanggal wawancara : 04 September 2013 Pukul : 17.11 WIB Tempat : di Teras Rumah Kepala Dinas Parawasa Nurmala Informan III Peneliti yang berada di Asrama I berbeda dengan dua Informan sebelumnya yang berada di Asrama II. Sebelum wawancara, peneliti berkenalan untuk mengakrabkan diri. Nurmala masih berumur 19 tahun, saat itu Nurmala memakai baju tidur warna putih dan mempunyai ciri-ciri rambut panjang, kulit putih, tinggi badanya di atas pundak peneliti. Peneliti menanyakan kabarnya selama di dalam Parawasa. Melihat suasananya sudah nyaman, peneliti mewawancarai Nurmala saat hari sudah sore dan udara semakin dingin. Universitas Sumatera Utara Peneliti mengetahui kehidupan Nurmala, ketika peneliti bertanya mengenai kehidupannya, Nurmala dengan senang hati memberitahukan kepada peneliti tentang kehidupannya. Nurmala berasal dari keluarga yang kurang mampu, bapaknya bekerja sebagai nelayan dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Nurmala dan keluarganya tinggal di Belawan. Kehidupan sehari-hari Nurmala sama dengan teman sebayanya yang sering bermain-main. Nurmala masuk ke dalam Parawasa pada tanggal 24 Agustus 2013, ketika sudah masuk ke dalam Parawasa, Nurmala menangis terus dan menolak dirinya di Parawasa. Nurmala tidak tahu tempat ini. selama seminggu, Nurmala mencari tahu tempat ini dari warga bina sosial yang sudah lama masuk di dalamnya, setengah bulan ia melewati kehidupannya di Parawasa. Awalnya Nurmala berpikir bahwa pegawai-pegawai di Parawasa jahat, tetapi lama kelamaan tanggapan Nurmala berubah ketika Nurmala uda dapat menyesuaikan diri di dalam, Nurmala sudah berpikir positif terhadap pegawai – pegawai Parawasa. Ia nampak sudah dapat menerima keadaannya dan sudah ikhlas hati menerima kehidupannya. Nurmala sering meminta pertolongan kepada satpam yang bernama Pak Ginting dan Pak Kaban dan minta tolong untuk menghidupkan air dan meminjam handphone untuk menelpon keluarga. Kalau sering aku minta bantuan sama pak ginting dan pak kabanlah. Sering minta hidupkan air, karna air disini musti minta dihidupi dulu baru hidup. Pertama kali masok mala lihat petugas-petugas disini jahat-jahat tapi kelamaan bae orangnya. Kalau mau nelpon musti pinjam ke satpamlah kadang dikasih kadang gak boleh. Takut habis pulsa mereka. Sebulan lebih lah, kemarin masuk tanggal 24 bulan 7, satu bulan sebelas hari. Iaa pertama kaget lah, tiba-tiba masuk kesini, orang pertama kali katanya mau diantar ke Balige, tapi kami masuk kesini. Baru pertama kali masuk kesini. Seminggu disini uda tahu tempat apa ini. Dari kawan, satu kamar dan satu tangkapan. Setengah bulan yang lalu, pertama kali nangis dan minta pulang, sedihlah, yang gak pernah masuk sini, jadi masuk kesini. Disini mana dibolehkan hp, takot orang itu kami rencanakan lari. Pas pertama masok langsung telpon bapak, bilang mala tangkap di Parawasa ini. Di dalam Nurmala tidak dapat berkomunikasi dengan orang luar, sehingga Nurmala ingin berkomunikasi dengan keluarganya harus meminjamkan Handphone Pegawai atau Universitas Sumatera Utara satpam. Nurmala meminjam Handphone mengabarkan kepada Bapaknya yang berada di Belawan, Keluarganya marah dan sedih mengetahui Nurmala berada di Parawasa. Nurmala memberitahukan keluarganya, bahwa Ia tidak bekerja sebagai PSK, sehingga orang tuanya mau mengeluarkan Nurmala jika benar Nurmala masih perawan dan tidak bekerja sebagai PSK. Abangnya memberitahukan supaya Nurmala tetap di Parawasa selama enam bulan agar Nurmala merasakan akibat atas perbuatannya yang membuat nama keluarga jelek. Selama ini ia memberitahukan kepada keluarganya bahwa Ia bekerja sebagai pelayan di tempat sepupunya dan tidak sebagai PSK. Nurmala pernah dikunjungi keluarganya, ketika keluarganya berkunjung Ia takut dan malu karena keluarganya tahu pekerjaannya selama ini. Ia pergi mendatangi orang tuanya yang menunggu di kantor Parawasa. Orang tuanya membawa roti, Indomie, uang 50 ribu untuk uang pegangan Nurmala dan memberikan nasehat – nesahat. Pas masuk Nurmala telpon bapak yang dibelawan,Nurmala kasih tau masuk ke tempat ini bapak tau tempat ini tapi Nurmala bilang Nurmala gak melakukan itu baru bapak mala bilang, kalo Nurmala masih perawan, mala dikeluarkan kata bapak. Abang pun bilang uda biarkan aja si Nurmala 6 bulan disini biar dirasakannya disini. Bapak tau Nurmala kerja sama sepupu sebagai pelayan gak tau kerja begituan. Pernah bapak datang kesini, pas datang kesini takut dan malu, bapak marah-marahi mala. Bapak ngasih roti, indomie dan uang 50 ribu untuk jajan mala. Nurmala memiliki sahabat bernama Zulfina. Zulfina sudah lama di Parawasa. Nurmala dan Fina berada pada satu tempat yang sama di Belawan. Nurmala sering menceritakan isi hatinya dan semua masalahnya kepada Fina begitu juga sebaliknya. Nurmala mengenal Fina setelah berada di dalam Parawasa, di daerah mereka tinggal, Nurmala tidak pernah bertemu dengan Fina. Usia Fina tiga tahun lebih muda dari Nurmala. Nurmala menilai Fina memiliki sifat yang baik dan tidak mudah emosi yang membuat Nurmala jadi cepat dekat dan nyaman kepadanya. Mereka sering melakukan aktifitas bersama-sama di dalam Parawasa seperti makan bersama dan sampai mereka nyuci baju malam-malam. Mereka tidak pernah memiliki masalah di dalam Parawasa mau itu dengan Pegawai ataupun dengan warga bina sosial lainnya. Nurmala dan Fina selama di Parawasa memilih kegiatan keterampilan seperti bersalon. Nurmala memilih salon karena lebih gampang dan tidak susah seperti menjahit. Ia juga mengikuti senam setiap jumat untuk Universitas Sumatera Utara kebugaran tubuhnya. Di waktu senggang Nurmala melakukan aktifitas dengan bermain kasti bersama Warga Bina Sosial lainnya atau menonton TV di dalam Asrama I. Disini mala kegiatannya paling nyalon hari senin dan rabu, baru senam setiap jumat, kalo senggang mala paling nonton di asrama sama teman gitu-gitu ajalah, kalo ada main kasti diajak baru mau, kalo gak, gak mau lah.Lebih dekat dengan Fina, paling dekat dengan Fina. Tidur bareng dengan fina.uda tau lah semuanya. Baru disini kenalnya, diakan uda lama disini dari pada aku. diluar gak pernah jumpa kok. Sifatnya baek, bisa diajak bercanda gak cepat emosi. Fina cerita tentang kerja-kerjanya itu.makan sama, tidur sama, nyuci malam-malam. Nurmala sudah melakukan hubungan Seks pertama kali waktu kelulusan SMP, Ia melakukan hubungan seks dengan pacarnya, Nurmala tidak memberitahukan nama pacarnya yang mengambil keperawanannya. Saat melakukan hubungan seks, Nurmala di iming-imingi oleh pacarnya dulu akan menikahinya. Selesai melakukan hubungan seks dengan pacarnya, Nurmala sadar bahwa Ia sudah tidak perawan lagi dan Ia menangis melihat dirinya ketika sepintas memikirkan tentang keluarga. Setelah kejadian tersebut, Nurmala sering melakukan percumbuan itu dengan pacarnya sampai akhirnya Nurmala selingkuh dengan sahabatnya, karena pacarnya kurang perhatian. Ia sering mendapat perhatian dari sahabat pacarnya. Saat Nurmala sudah lulus dari SMP, Nurmala di ajak kakak sepupunya untuk bekerja di cafe miliki temannya di Porsea. Di Porsea, Nurmala bekerja menjadi pelayan dan melayani tamu – tamu yang datang di cafe tersebut. Saat melayani tamu, ada yang mengajak Nurmala untuk bercumbu, tetapi Nurmala menolak, tetapi tamu yang dilayani Nurmala tidak habis akal, Tamunya memberi minuman keras yang disajikan Nurmala, sehingga Nurmala mabuk berat. Tamu tersebut melihat ada peluang dan angin segar, Ia membawa Nurmala ke kamarnya untuk melakukan hubungan seks, saat itu Nurmala kurang sadar dan dalam pengaruh alkohol. Ketika sadar Nurmala melihat tamu yang dilayaninya sudah ada disebelahnya dengan tidak memakai pakaian apapun begitu juga dengannya. Tamu itu bangun dan memberikan uang kepada Nurmala 200 ribu, Nurmala mengambil uang tersebut dan menggunakan untuk keperluan dirinya. Setelah kejadian itu, Nurmala mengatakan tidak pernah lagi melakukan hubungan seks, di saat Ia bekerja di cafe sampai akhirnya Ia tertangkap oleh Satpol PP Porsea bersama dengan temannya bernama Selvi. Sama cowok mala, waktu sudah tamat SMP lah.kek mana dibilang, dia ajak married, mala gak mau, itu lah dia, dia bertanggung jawab, ya udah Universitas Sumatera Utara lah gimana lagi. jadi sama-sama maulah. Masih berhubungan setelah melakukan perbuatan itu. Kurang perhatian sama ku, jadi aku selingkuh dengan teman sahabatnya. Aku kerja di Porsea tempat kakak sepupu, bantu-bantu kakak sepupu sebagai pelayan di cafe itu. Pertama mala gak mau diajak tidur sama lelaki, diajak shortime lah istilahnya, kenalan teman gitu, mala nolak lalu diajaknya minum, mala gak pernah minum- minuman keras, mala minumlah jadi mabuk lah tau-taunya uda ditempat tidur dan rupanya kami uda main dikasihnya 200ribu. Setelah itu mala gak mau lagi Cuma itu mala lakukan. Uangnya untuk keperluan sendiri. Ditangkap pas kerja di café itu lah sama dengan si Selvi. Orang yang berada di sekitar Nurmala menilai buruk tentangnya karena Nurmala bekerja sebagai wanita pemuas nafsu, berbeda dengan sahabat-sahabat dan keluarga Nurmala, mereka tetap memberikan semangat dan menasehatinya agak tidak lagi masuk ke pekerjaan seks. Sedangkan Pegawai yang berada di Parawasa menilai Nurmala dan warga bina sosial sebagai anak. Nurmala mempunyai harapan dan motivasi untuk tidak kembali kepada pekerjaannya yang mendapatkan uang dengan gampang, Ia ingin kembali ke rumahnya dan bekerja sebagai pramuniaga di swalayan di dekat rumahnya. Nilai mala buruklah, apalagi uda bekerja begitu. Sahabat-sahabat mala tau mala kenak tangkap dimasukkan kesini, mereka nasehati dan beri semangat jangan kerja gitu-gitu lagi. keluarga nilai mala biasa aja, di nasehati mala. Pegawai sini ada yang dianggap anak. Kalo keluar mala gak mau kerja gitu-gitu, mala kerja di swalayan aja di belawan dekat rumah. Gak mau lagi kerja-kerja gitu, uda jerahlah. Informan IV Nama : Zulfina Tempat dan tanggal lahir : Belawan, 08 September 1996 Umur : 17 Tahun Suku : Melayu Agama : Islam Pendidikan terakhir : SD Tempat Tinggal : Belawan Status : Belum Menikah Universitas Sumatera Utara Tanggal wawancara : 04 September 2013 Pukul : 18.52 WIB Tempat : di Ruang Tamu Rumah Kepala Dinas UPT Peneliti tertarik mewawancari tentang kehidupan Fina, dimana peneliti mengetahui Fina masih berumur 16 tahun yang paling muda dari warga bina sosial lainnya. Sehingga peneliti mengambil Fina sebagai salah satu Informan. Selesai mewawancari Nurmala yang sahabatnya Fina, peneliti meminta tolong kepada Nurmala untuk memanggil Fina. Pada saat peneliti menunggu Fina, peneliti mempersiapkan semuanya agar Fina merasa nyaman disaat di wawancarai. Saat Fina datang peneliti mempersilahkan duduk berhadapan dengan peneliti. Peneliti melihat Fina memakai baju hitam ketat dengan tali bra nampak berwarna hitam yang membuat pria tergoda dan memakai celana panjang. Ciri-ciri fisik Fina rambutnya lurus dan pendek seleher, kulitnya warna sawo dan tingginya di bawah peneliti. Awal mewawancarai Fina, peneliti melihat orangnya menyenangkan dan mudah tertawa serta ngomongnya asal-asalan. Peneliti memulai wawancara bertanya tentang kabar dan kegiatan yang dilakukan pada hari ini untuk mengakrabkan diri dengan cuaca semakin gelap. Awal masuk ke dalam Parawasa adalah tanggal 12 Januari 2013, awalnya Fina menerima di Parawasa, berbeda dengan Warga Bina Sosial lainnya yang tidak menerima keberadaannya di Parawasa. Waktu di dalam Fina mencari informasi tentang tempat ini dari Warga Bina Sosial lainnya yang bernama Sonia yang berasal dari Jakarta. Fina pertama melakukan kegiatan di Parawasa memiliki persepsi tempat ini sebagai penjara karena tembok-temboknya tinggi dan berduri. Di dalam Fina dekat dengan pegawai Peksos bernama Pak Antoni dan Satpam bernama Pak Ginting. Fina sering meminta bantuan dengan cara merayu Pak Antoni untuk meminta rokok dan Fina pernah di pegang-pegang sama satpam, tetapi Fina melawan dan memukulnya. Fina juga sering diminta tolong membersihkan ruangan kamar penjaga dan membawa makanan penjaga. Di dalam Fina di angkat dari pegawai menjadi ketua kelas di Asrama I. Fina tidak pernah berkomunikasi dengan orang di luar Parawasa. Fina tidak pernah menghubungi keluarganya dan keluarganya tidak pernah sekalipun datang mengunjunginya di dalam Parawasa. Selama di Parawasa Fina lebih menjaga dirinya dari orang-orang sekitarnya dan memiliki dendam terhadap keluarganya. Fina tidak pernah ingin keluar dari Parawasa, ia merasa di Parawasa merasa lebih nyaman dan menyenangkan dari pada di luar Parawasa. Universitas Sumatera Utara Pertama kali aku masuk kesini, gak tau aku tempat apa ini. Pertama masok biasa aja gak ada nangis-nangis gitu aku.aku tau tempat ini dari kak Sonia di kasih taunya tempat apa ini, ngapai aja kayak penjara aku lihat, dindingnya tinggi-tinggi, berkawat semuanya. Pertama kali masuk langsung betah dari pada di luar makan gak makan disini enak dikasih makan gratis, tidur suka hati. Gak pernah nelpon keluarga, uda mati kurasa mereka. takut mereka di tangkap polisi makanya gak datang. Gak boleh disini pegang hp tapi aku gak pernah minjam hp satpam, untuk apa aku pinjam. Gak ada yang mau aku hubungi. Waktu masuk, gak ada ku telpon keluargaku, keluargaku pun gak ada yang nelpon, datang pun gak ada takut dia ditangkap dan masuk kesini. Datang dia ku masukkan dia kedalam penjara, gara-gara dia masuk kesini aku. Orang-orang disini pengen keluar, aku mala gak mau keluar lebih enak disini makan gratis, tidur suka hati, gak ada yang larang. Dekat sama pak Antoni, Peksos, dia yang data aku pertama kali masok.. pernah di panggilnya aku, kenapa aku kerja gitu, ku bilang Tanya mamak ku sana kenapa aku kerja gitu, pernah ku rayu-rayu mau minta uang jajan dan rokok.hahaha. itu satpam itu, dipegang-pegang pundakku ku tokok lah kepalanya, di pegang-pegang pulak aku. Dikiranya gampangan,,huh. Pernah disuruhnya bersihkan kamar tidurnya bau kali dan bawa makan mereka. Fina di Parawasa memilih kegiatan seperti menyalon sama dengan Nurmala. Selama berada di Parawasa Fina selalu mengikuti keterampilan salon tetapi Ia mengikutinya untuk mengisi waktunya di Parawasa. Di waktu senggang tidak ada kegiatan, Fina menghabiskan waktu dengan bernyanyi-nyanyi sendiri di dalam kamar untuk membuang suntuk sambil memperagakan nyanyinya kepada peneliti, dan menonton televisi di Asrama I. Keterampilan salon ku ikuti. Masuk aja dari pada dikamar suntuk gak tau ngapai nyalon aja lumayan nambah pengalaman. Kalo gak ada kegiatan paling nyanyi-nyanyi dikamar sendiri-sendiri, ada lagu ku yang kusuka judulnya aku lupa tiap sore aku nyanyikan di kamar kalo gak nonton di asrama itu lah baru senam setiap jumat pagi. Sebelum tertangkap dan dibawa kesini Fina mau menceritakan semuanya dengan lantang dan sedikit bercanda. Ia mengatakan Waktu berumur delapan tahun, bapak Universitas Sumatera Utara kandungnya melakukan hubungan badan dengannya dan keperawanannya di ambil, disaat itu bapak keluar dari penjara, Ia berjalan pergi menemui bapaknya yang sedang berjalan di atas rel kereta api dekat rumahnya. Bapaknya merasakan rangsangan ketika badan bapaknya menyinggung badan Fina, membuat pikiran kotor dan hawa nafsu bapaknya bangkit. Fina yang waktu itu tidak tahu apa-apa yang dirasakan bapaknya, mengajak bapaknya pulang ke rumah, sesampai di rumah Fina menawarkan minum kepada bapaknya tetapi Bapaknya melarang, agar bapaknya yang mengambilkan minum untuk Fina, ketika bapaknya pergi ke dapur untuk mengambilkan minum, rupanya minuman yang dibuatkan bapaknya berisi obat tidur yang sudah direncanakan. Disaat Fina meminum minuman yang diberikan bapaknya, Fina merasa ngantuk dan tertidur, disaat Fina tertidur keperawanan Fina diambil bapaknya. Mereka melakukan hubungan badan di kamar. Fina mengatakan bahwa bapaknya sudah tiga kali meniduri Fina tanpa sepengetahuan ketahuan keluarganya. Waktu Nenek Fina mengajak mandi bersama, Neneknya curiga dengan alat kelamin Fina yang sudah tambah lebar dan tidak sama dengan alat kelamin seumuran Fina. Disaat itu Neneknya curiga dan bertanya siapa yang telah mengambil keperawanannya, Fina memberitahukan kepada Neneknya yang mengambil keperawanannya Bapaknya, sehingga membuat Bapaknya di hakimi warga di dekat rumahnya tetapi tidak sampai meninggal setelah kejadian itu, Fina dan Bapaknya tidak diperbolehkan lagi bertemu oleh Neneknya. Ketika peneliti melihat Fina menceritakannya ada rasa sakit hati yang mendalam yang dipendamnya kepada bapaknya yang sudah mengauli dia waktu masih kecil. Fina awal memasuki dunia protitusi, Fina menceritakan, awal Fina memasuki dunia Protitusi, pada saat Mamanya menjemput Fina dari tempat Neneknya, Mamanya membawa Fina, dan menjual Ia di Cafe Kotari 47 daerah Belawan bersama dengan waria-waria. Waria- waria yang di Belawan membantu Mamanya untuk menjual tubuh Fina, sehingga uangnya di kasih kepada Mamanya selama hampir 1 bulan Fina dijual di Belawan. Setelah itu Fina dan Mamanya pergi ke daerah Batam dan Fina menjual diri di Cafe Tiara 37 Batam, setelah dari Batam, Fina di ajak Mamanya ke Porsea untuk bekerja di Cafe Kiki 45. Fina pernah melakukan penolakan untuk bekerja sebagai PSK tetapi Mamanya marah besar kepada Fina, sehingga memukul Fina dengan tali pinggang beberapa kali sampai berbekas dikakinya. Selama bekerja sebagai PSK Fina tidak pernah menikmati hasilnya pekerjaannya, Ia cuma diberikan Mamanya makan dan uang hasil kerja Fina dipakai Mamanya dengan alasan untuk membangun rumah mereka, agar Abangnya tidak pergi-pergi dari rumah lagi. Saat hendak melakukan hubungan seks, Fina sudah menetapkan harga sekali shortime 500 ribu dan longtime 1,5 juta. Dalam satu hari Fina melayani pria-pria hidung belang sampai tiga kali dan Universitas Sumatera Utara Fina selalu menyuruh pelanggannya memakai alat pengamankondom, jika pria-pria hidung belang tidak pakai, Fina tidak mau melayaninya dan kebanyakan, yang menggunakan jasa Fina adalah orang yang sudah tua dan memiliki banyak uang. Akhirnya Fina ditangkap Satpol PP di Cafe Kiki 45 daerah Porsea dan dibawa ke Parawasa. Fina menceritakan semuanya dengan rasa tidak bersalah dan sambil memperagakan di depan peneliti sambil tertawa. Waktu umur delapan tahun sama bapakku, waktu itu pas keluar dari penjara ku Tanya nenek ku, mana bapak dibilang nenekku itu ada di rel kereta api, aku jumpai lah dia, ku panggil pak,,pak,, ayo pulang, tersenggolku lah barangnya naiklah barangnya ini. Baru aku aja bapakku pulang pas dirumah aku mau buatkan minuman di halanginya dibilangnya biar bapak aja yang buatkan minum, pigi lah dia baru dikasihnya rupanya aku uda telanjang diambilnya keperawananku nangis lah aku, di ancamnya biar gak dikasih tau sama orang rumah, tiga kali di tidurinya aku sampai pas aku mandi sama dengan nenek ku, nenekku lihat barangku kok lebar gak biasa kayak orang seumurku langsung ditanyakan sapa yang lakukan,ku bilang bapakku yang lakukan nenek ku marah besar sampai marahi dan warga ngejar dia sampai dipukuli tapi gak sampai mati baru aku gak diboleh ditemukan lagi sama bapakku jadi aku tinggal sama nenekku. Dijemput mama aku ditempat nenekku, disuruh aku kerja sama banci- banci disana, banci itu bantu mama ku untuk cari pelanggan baru aku bekerja ditempat teman mama ku di belawan di café kotari 47 baru di ajak aku ke batam dijual aku disana sama temannya di café tiara 37 baru aku di ajak ke porsea disana aku dijual juga di café Kiki 45. Selama aku kerja gak ada aku dapat apa-apa semua di ambil mama aku Cuma dikasih makan aja, uangnya katanya untuk bangun rumah biar abang gak pigi- pigi lagi pernah aku gak mau lakukan itu dipukulnya aku pake kepala tali pinggang sampe berbekas ini dikaki ini,,ini,,, aku tetapkan harga 500 shortimes dan longtimes 1,5 juta ada yang nawar STP sabu tukar P, gak mau aku, ku bilang makan kau itu pergi aku langsung. Pake pengaman lah kalo gak pake pengaman gak mau aku pigi aku langsung. Universitas Sumatera Utara Bapak-bapak semuanya yang pakai aku pas di café kiki itu aku ditangkap satpol pp mama ku lari ntah kemana dia. Fina memiliki sahabat di dalam Parawasa yang sering menceritakan tentang kehidupannya dan dapat merasakan keadaannya. Dari 20 warga bina sosial yang berada di Parawasa Fina paling dekat dengan warga bina sosial bernama Nurmala, mereka bekerja di daerah cafe yang sama tapi beda tempat dan tempat tinggal yang sama di Belawan. Mereka mulai dekat di dalam Parawasa dan mereka ditempatkan dalam satu ruangan. Mereka sering melakukan kegiatan di dalam Parawasa bersama-sama seperti makan bersama dan mencuci baju bersama. Ketika Fina ada masalah dengan pegawai, Mala selalu membela Fina begitu juga sebaliknya. Mala sudah menganggap Fina adik kandungnya dan Fina juga berteman dengan warga bina sosial di Asrama II, Fina mudah berteman di dalam Parawasa. Fina lebih sering bercerita dengan teman dekatnya dari pada pegawai Parawasa karena Ia menganggap bercerita dengan teman lebih terbuka dari pada sama pegawai Parawasa. Si Nurmala, satu tempat tinggal kami, satu daerah tangkapan tapi aku duluan di tangkap dari pada dia, aku kenal dia pas disini sering cerita- cerita rupanya satu tempat tinggal. Tidur sama dia dan kak selvi. Sering sama makan nanti sama, nyuci sama. Aku bela lah, penjaga itu pegang kepalaku, ku tokok kepalanya biar tau dia. Kak mala uda ku anggap kakakku semua dia tau tentang aku. Lebih enak cerita sama teman daripada pegawai sini lebih leluasa, suka-suka hati cerita apa aja. Gak ada yang ditutupi klo sama pegawai segan, gak enak ceritanya. Kehidupan Fina yang bekerja sebagai pemuas nafsu lelaki dan keluarga yang tidak bagus membuat teman-teman serta tetangga rumahnya menilai keluarganya dan dirinya sebagai keluarga tidak benar dan merendahkannya, sedangkan Pegawai di Parawasa sering berkata-kata kasar kepadanya, akan tetapi Fina sering melawannya dan Pria hidung belang yang sudah menikmati tubuhnya menilai Fina cuma sebagai pemuas nafsu mereka yang hanya sebatas Uang dan penikmat nafsu. Fina memiliki harapan ingin bekerja sebagai pencuci piring ditempat jual masakan. Fina tidak mau lagi ketemu keluarganya dan bekerja sebagai PSK lagi. Ia ingin bekerja yang baik. Teman-teman sekitarku biasa aja, tetangga meremehkan kali, keluarga dibilang aku wanita murahan benci aku lihatnya. Petugas disni kata-kata Universitas Sumatera Utara kasar sama ku kubilang lah kau itu enak aja kau bilang aku itu. Pelanggan Cuma sebatas uang saja. Gak mau lagi kerja begitu, cape kerja gitu , mau kerja-kerja ditempat jualan masakan bantu-bantu cuci piring gak mau ketemu keluarga lagi ntar di ajak aku kerja gitu lagi. Informan V Nama : Kiki Meily Tempat dan tanggal lahir : Kuala Simpang, 02 Mei 1994 Usia : 19 Tahun Suku : Jawa Agama : Islam Pendidikan terakhir : SMA Kelas II Tempat Tinggal : Kuala Simpang Status : Belum Menikah Tanggal wawancara : 05 September 2013 Pukul : 20.28 WIB Tempat : di Teras Rumah Kepala Dinas UPT Informan terakhir peneliti adalah Kiki yang merupakan sahabat dari Informan I bernama Indah Permata Sari. Peneliti mewawancari Kiki malam hari dengan permisi dengan petugas satpam yang berjaga disaat itu. Cuaca yang semakin gelap dan udara yang semakin dingin di kota Berastagi menemani wawancara peneliti. Ketika itu Kiki memakai baju tidur berwarna merah dan celana tidur berwarna merah serasi dengan bajunya. Ciri - ciri fisiknya rambut hitam kecoklatan, badan gemuk, kulit sawo matang dan tingg badan di atas Peneliti. Peneliti sudah akrab dengan Kiki, ketika Peneliti sedang observasi langsung dan bercerita tentang kegiatan yang dilakukannya disini bersama Indah Permata Sari. Awal pertama peneliti memawancarai Kiki, menanyakan awal masuk, Kiki mengatakan pertama kali masuk ke Parawasa, Kiki tidak tahu tentang Parawasa. Kiki berada di dalam Parawasa pada tanggal 5 Juni 2013, awal masuk Kiki seorang pemakai Narkoba tetapi pegawai-pegawai tidak tahu Kiki adalah seorang pemakai. Selama beberapa minggu Kiki berdiam diri dikamar dan memakai narkoba yang disimpannya setelah habis narkobanya Kiki mulai bangkit dan tidak memakai narkoba lagi. beberapa bulan Kiki merasa sedih berada di dalam dan ingin keluar dari Parawasa. Kiki menelpon orang tuanya yang berada di Aceh dengan meminjamkan HP pegawai Parawasa Kiki juga sering meminta tolong sama penjaga Parawasa bernama Pak Lingga untuk meminjam Hpnya untuk menelpon keluarga Universitas Sumatera Utara atau pacarnya karena warga bina sosial tidak dibolehkan memegang HP di dalam Parawasa. Di dalam Kiki dekat dengan pegawai Ibu Riana yang menjabat sebagai Peksos karena Ibu Riana yang mendata tentang Kiki, Kiki juga dekat dengan pegawai di dalam yang bernama Mak Dika, Mak Dika memiliki anak laki-laki, Kiki sering di minta tolong sama Mak Dika untuk menjaga anaknya ketika Mak Dika keluar daerah Parawasa. ketika waktu senggang, Kiki lebih sering bermain sama anak Mak Dika dan menjaganya. Awal aku tanggal 5 juni 2013 masukkan kesini, aku pemakai pak, aku ditangkap pas masih pemakai narkoba. Gak peduli aku awalnya pas masuk karna kan aku pakai narkoba selama beberapa minggu aku masih pakai narkoba, aku sembunyikan di dalam celanaku, aku simpan di kamarkan, itu bisa berbulan-bulan bertahan gak makan setelah habis aku step tapi gak ku bilang sama pegawai disini baru lah aku sadar ada disni pengen pulang dari tempat ini. Ku telpon lah orang tua ku di aceh kan, aku ada di Parawasa ini dengan pinjam hp pegawai sini karna kan kami gak dibolehkan pegang hp disni, hp disita sama ibu sion. Pegawai yang dekat ibu riana lah, jabat peksos karna dia yang mendata tentanga aku klo yang lain Mak dika lah yang punya anak kecil-kecil yang sering aku gendong yang bandal kali itu, habis rambut aku dijambaknya, klo nakal ku diamkan aja anaknya itu. Mamaknya sering pergi, sering dititipkan sama aku anaknya, Mak Dika ini sering kasih uang jajan atau gak makanan untuk ku. Pak lingga lah karna mau pinjam hpnya untuk nelpon itu pun kadang pelit kali pinjam hp nya untuk nelpon keluarga atau gak pacar ku lah. Parawasa, Kiki dan Indah sama-sama mengikuti kegiatan keterampilan menjahit untuk mengisi waktunya. Ketika kegiatan tidak ada lagi, Kiki sering menjaga anak Mak Dika dan membantu membersihkan rumahnya sehingga Kiki dapat uang pegangan dari Mak Dika untuk membeli makanan di dalam Parawasa. Kiki juga mengikuti Senam setiap hari jumat pagi. Kegiatan yang aku ikuti paling menjahit setiap senin dan rabu klo senggang yah paling itu lah jaga anak mak Dika itu, main-main sama dia hilangi suntuk atau pikiran tentang pacarku klo gak nangis di kamar. Bantu mak dika bersihkan rumahnya lah. Setiap hari jumat paling senam. Universitas Sumatera Utara Kiki bersahabat dengan Indah, mereka selalu melakukan kegiatan bersama-sama seperti tidur bersama, makan bersama serta mandi bersama. Kiki sering menyuruh-nyuruh Indah untuk mengambil makanan ataupun meminta rokok dari Indah. Mereka pernah berantam di dalam Parawasa, Indah mendiamkan Kiki ketika keluarga Kiki datang menjenguk Kiki. Indah langsung mendiamkan Kiki. Kiki tidak tahu kenapa Indah mendiaminya, Mereka beberapa hari tidak saling tegur sampai mereka di panggil pegawai Parawasa untuk menyelesaikan masalah mereka dan mereka pun saling damai dan berteman lagi. setelah masalah itu, Kiki sedikit menjauh dari Indah. Dekat sama indah, karna satu tempat tangkapan dan satu kamar dengan dia, tidur sama, makan sama mandi pun kami pernah sama. Sering dia ku suruh-suruh ngambil makanan ku, pernah aku bilang , aku mau merokok, gak mau tahu, aku mau merokok, dia ambilkannya. Pernah kami berantam, gak tau aku masalahnya, jadi datang keluargaku jenguk aku, setelah selesai menjenguk masuk aku ke asrama langsung didiaminya aku, ku diami jugalah dia, aku gak tau salah aku apa lama juga aku diaman sama dia. Waktu itu aku dan s indah ini di panggil lah ke kantor di damaikanlah kami ditanya kenapa kalian gak papa ku bilang, dsruh lah kami salaman dan pelukan tapi setelah itu aku kurang dekat sama dia. Kiki melakukan hubungan seks pertama kali waktu Kiki merantau ke Medan sendirian, Kiki berkenalan dengan teman yang baru dikenalnya. Kiki langsung ditawarkan kerja, Kiki di ajak ke Hotel Grand Antares dan disuruh menunggu di dalam kamar, ketika Kiki menunggu dikamar temannya permisi untuk membelikan makanan untuk mereka, setelah beberapa menit menunggu, ada seorang lelaki masuk ke dalam kamar, Kiki langsung permisi keluar tetapi lelaki itu melarang Kiki keluar sehingga Kiki melayani lelaki itu, disaat itu keparawanannya diambil lelaki itu dan Kiki dibayar 2 juta. Perasaan Kiki saat itu sangat sedih dikarenakan Keperawanannya di ambil oleh lelaki yang tidak Ia sayangi. Setelah kejadian itu Kiki ditawarkan pekerjaan dari Manager di daerah pantai cermin yang berinsial L mengajak Kiki menjadi kurir Narkoba. Kiki menjalankan pekerjaan itu cukup lama dan Kiki juga sebagai wanita simpanan L. Selama Kiki menjalankan pekerjaan itu, Kiki memiliki uang yang banyak sehingga Kiki dapat membelikan alat-alat rumah tangga untuk membantu orang tuanya di Aceh. Orang tua Kiki tidak mengetahui Kiki bekerja sebagai kurir. Selama melakukan pekerjaan tersebut, Kiki juga memakai narkoba yang dikasih gratis kepadanya, Kiki juga berpacaran dengan anak L dan wanita simpanan Pejabat-pejabat di daerah tersebut. Universitas Sumatera Utara Kiki sering diberikan uang dari pejabat-pejabat sebesar 800 ribu sampai 2 juta untuk keperluan hidupnya. Kiki pernah dijumpai seorang istri pejabat ketika Kiki lagi jalan dengan pacarnya, Kiki di marahi tetapi Kiki tidak tinggal diam, Ia menelpon suami dari Istri Pejabat tersebut dan melarang pulang sampai 10 hari. Kiki melakukan pekerjaan ini supaya keluarganya tidak dipandang sebelah mata dengan tetangganya dan membantu adiknya agar tidak memiliki kehidupan seperti Kiki. Kiki tertangkap Satpol PP di Parawasa Cermin ketika bersama dengan teman-temannya, Kiki di bawa ke Parawasa. Waktu itu aku merantau ke medankan sendirian, jadi ada lah kenalan- kenalan di medan kan, jadi aku di ajak ke Hotel Grand Antares, di ajaknya ke kamarkan, gak tau aku mau kerja apa disitu kan, baru permisi lah dia mau belikan makanan untuk kami, jadi aku disuruh nunggu disitu. Baru gak berapa lama ada yang masuk ke kamar, jadi aku permisi salah masuk kamar tapi laki-laki itu melarang aku keluar, jadi di ajaknya lah aku ke kamar melakukan lah aku sama dia, disitu lah keperawananku diambil, sedih lah rasanya saat disitu diambil keperawananku, dikasih aku uang 2 juta setelah kejadian itu aku gak pernah ketemu dengan orang baru kukenal tadi. Setelah kejadian itu, aku ditawarkan kerja, disuruh aku ke daerah pantai cermin dekat-dekat Theme Park ketemu dengan manager bernama L, si L ni pengedar narkoba yang sudah terkenal di daerah situ jadi aku ditawarkan pekerjaan sebagai kurir pengantar narkoba. Lama juga aku menjadi kurirnya dan aku juga wanita simpanannya. Aku dibolehkan makai narkobanya secara gratis. Aku juga pacaran dengan anaknya tapi tanpa sepengetahuan dia, melakukan hubungan juga dengan anaknya. aku juga sebagai simpanan pejabat-pejabat di daerah situ. Aku sering berhubungan seks dengan mereka. aku dikasih 800ribu sampai 2 juta untuk hidupku. Aku melakukan itu untuk bantu orang tua ku, biar disana gak dianggap sebelah mata sama tetangga disana dan biar rumahku itu berisi barang-barang rumah tangga sama kayak lainnya dan adik-adik ku memiliki hp dan bisa sama dengan teman-temannya. Mereka gak tau aku kerja pengedar atau simpanan pejabat. Pernah hari itu aku lagi jalan sama cowok ku di labrak istri pejabat ini, dimaki-makinya aku, langsung aku pigi ku telpon suaminya kusuruh dia jangan pulang selama 10 hari kalo pulang jangan pernah temui aku, langsung gak pulang dia 10 Universitas Sumatera Utara hari. Kenak tangkapnya pas sama teman-teman kan di pantai ditangkap satpol PP di bawalah kesini. Sebelum lebaran keluarga Kiki datang menjenguk dan memberikan Susu, Snack dan uang 500 ribu. Saat menjumpai keluarganya Kiki merasa sedih dan takut tetapi keluarganya memberikan nasehat kepada Kiki. Kiki juga menginginkan pacarnya datang menjumpai Ia di Parawasa, Nama pacarnya berinisial R. Mereka jenguk kiki ada ayah, ibu dan abang yang datang. Mereka bawa susu, snack dan uang 500ribu untuk jajan kiki disni. Mereka nangis dan nasehati kiki agar gak kerja begitu lagi. tapi kiki juga pengen lihat pacar kiki ini jenguk kiki disni, pengeeen kali. Teman-teman yang ada disekitar Kiki menilai Kiki biasa aja karena teman-teman Kiki rata-rata pemakai narkoba sedangkan Keluarga Kiki menasehati Kiki agar tidak melakukan pekerjaan tersebut dan mendukung perubahan Kiki di dalam Parawasa. sebagaian pegawai merendahkan mereka bahwa pejabat-pejabat yang pernah memakai Kiki merasa bahwa hubungan hanya sebatas hubungan seks. Kiki mempunyai harapan agar cepat keluar dari Parawasa dan ketemu dengan semua keluarganya serta dilamar oleh kekasihnya yang selama ini ditunggunya. Kiki ingin mengubah pekerjaannya dan menjauhi kehidupannya yang dulu. Teman-teman yang nilai gak ada, biasa aja karna teman-teman kiki begitu semua, keluarga kiki yah nasehati biar gak melakukan kek gitu lagi, pegawai ada yang merendahkan kami disini. Mereka mana peduli dan berani datang kesini malu lah mereka datang kemari. Mereka menilai kiki kan Cuma pemuas mereka. Harapan kiki kedepannya pengen cepat-cepat keluar, jumpai keluarga, kumpul sama keluarga dan setelah itu pengen jumpa pacar dan dilamarnya dan tidak mau bekerja begitu lagi dan terjerumus .

4.1.7 Klasifikasi Tabel komunikasi Antarpribadi Warga Bina Sosial

Dokumen yang terkait

Komunikasi Antarpribadi Penarik Becak Wanita (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Penarik Becak Wanita Di Kampus Universitas Sumatera Utara)

0 52 117

Komunikasi Antarpribadi Pasangan Suami Istri Banyak Anak Yang Kurang Mampu Dalam Mem-bentuk Konsep Diri Anak (Studi Deskriptif Di Kecamatan Medan Johor / Kelurahan Kwala Bekala Simalingkar Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

0 56 126

Studi Kasus tentang Peran Komunikasi Antarpribadi di dalam Keluarga dalam Menghadapi Pensiun pada Karyawan PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Muda Medan

3 97 108

Peranan Komunikasi Antarpribadi Dalam Membentuk Konsep Diri (Studi Kasus Tentang Layanan Konseling Individual Konselor Terhadap Pembentukan Konsep Diri Siswa/i Tunarungu Di SLB – B Karya Murni Kota Medan)

2 50 111

Hubungan Antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dengan Pembentukan Konsep Diri Melalui Penyesuaian Diri Pada Penyandang Cacat Fisik Bukan Bawaan Usia Dewasa Awal Correlation Between The Effectiveness of Interpersonal Communication With The Formation

0 35 424

Komunikasi Antarpribadi Suami Istri (Studi Kasus Kualitatif Pasangan Suami Istri Yang Menikah Tanpa Pacaran di Kota Medan)

17 150 147

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ANTARA FISIOTERAPIS DAN PASIEN (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Fisioterapis untuk Memotivasi Komunikasi Antarpribadi Antara Fisioterapis Dan Pasien (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Fisioter

5 10 13

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ANTARA FISIOTERAPIS DAN PASIEN (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Fisioterapis Untuk Memotivasi Pasien Penyakit Stroke di Rumah Sakit Ortopedi Surakarta) Komunikasi Antarpribadi Antara Fisioterapis Dan Pasien (St

0 3 13

Komunikasi antarpribadi antara Kepala Pu

0 0 1

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KERJA PEGAWAI DINAS SOSIAL KABUPATEN GOWA

0 0 119