Menurut Mujiman 1991 dalam jumlah tertentu serat kasar diperlukan juga antara lain untuk membentuk gumpalan kotoran, sehingga mudah
dikeluarkan dari dalam usus. Kandungan serat kasar yang tinggi dalam pakan ikan akan mempengaruhi daya cerna dan penyerapan didalam alat pencernaan ikan.
Selain itu, kandungan serat kasar
yang tinggi akan menyebabkan
meningkatkannya sisa metabolisme dan akan mempercepat penurunan kualitas air. Kandungan serat kasar yang tinggi lebih dari 8 akan mengurangi kualitas
pakan ikan, sedangkan kandungan serat kasar yang rendah dibawah 8 akan menambah baik struktur pakan ikan dalam bentuk pelet Kordi, 2014.
2.4 Uji Kualitas Pakan Buatan
Pakan yang diberikan pakan ikan harus diuji dulu dengan beberapa uji yaitu uji fisik, kimiawi, dan biologis. Uji-uji tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah
pantas, berguna, berkualitas suatu pakan diberikan pada ikan Dharmawan, 2010.
2.4.1 Uji Fisik
Dalam hal ini yang perlu dilakukan adalah pengujian fisik terhadap pakan buatan berbentuk pelet, yaitu antara lain mengenai kehalusan bahan bakunya, daya
tahannya didalam air, dan daya mengapungnya Mujiman, 1991.
Uji kehalusan bahan baku pakan dilakukan dengan menggiling bahan baku pakan sampai halus. Semakin banyak bagian bahan pakan yang halus, semakin
baik bahan pakan tersebut. Semakin halus bahan pakan menyebabkan semakin memudahkan untuk pembuatan pelet yang berkualitas. Beberapa faktor yang
menyebabkan bahan pakan menjadi halus antara lain yaitu kandungan serat kasar,
kandungan air dan kekerasan bahan pakan Dharmawan, 2010.
Pengujian daya tahan didalam air dilakukan dengan merendamnya didalam air dingin. Waktu yang diperlukan sampai pelet yang bersangkutan ambyar,
merupakan daya tahannya. Makin lama waktu yang dibutuhkan, semakin baiklah mutunya. Pelet untuk ikan, setidak-tidaknya harus mempunyai daya tahan selama
10 menit Mujiman, 1991.
Universitas Sumatera Utara
Daya apung pakan buatan dapat diukur dengan menjatuhkan atau menebarkan pakan tersebut kedalam bejana kaca yang telah diisi air hingga
kedalaman 15-25 cm. Waktu yang diperlukan oleh pakan sejak ditebarkan hingga tenggelam didasar bejana, adalah merupakan ukuran daya apungnya. Paling tidak
harus dapat melayang selama 5 menit Afrianto, 2005.
2.4.2 Uji Kimiawi
Pengujian kimiawi ini dimaksudkan untuk mengetahui kandungan zat-zat gizi dari makanan yang bersangkutan, yaitu mengenai kadar protein, lemak, serat kasar dan
kandungan air. Pengujian ini dilakukan didalam laboratorium. Untuk mengetahui tentang kadar air sangat penting. Sebab apabila kadar airnya masih terlalu tinggi,
pakan tersebut cepat rusak dan jamuran. Pelet yang baik kadar airnya tidak boleh lebih dari 10 persen Mujiman, 1991.
a. Analisa kadar protein dengan metode Kjeldhal
Kadar protein dalam ransum atau pakan dapat ditentukan dengan prosedur Kjeldahl, yaitu dengan cara menentukan jumlah nitrogen N yang terdapat dalam
ransum, kecuali N yang berasal dari nitrat, nitrit, dan senyawa N siklik. Setelah diketahui jumlah N-nya, selanjutnya dapat dihitung kadar protein kasarnya dengan
rumus ∑N x faktor protein. Besarnya faktor protein umum sama dengan 6,25. Hal ini dianggap bahwa
jumlah semua N yang diperoleh berasal dari protein dan semua protein mengandung 16 N. Analisis kadar protein kasar secara Kjeldahl meliputi proses
destruksi, destilasi, dan titrasi. Ketiga proses ini dilakukan untuk memecah molekul-molekul protein menjadi molekul terkecil yang mengandung unsur-unsur
C, H, O dan N Buwono, 2010.
Universitas Sumatera Utara
b. Analisa lemak dengan metode sokletasi
Penentuan kadar lemak pada cara kering, bahan dibungkus atau ditempatkan dalam thimble. Kemudian dikeringkan dalam oven untuk
menghilangkan airnya. Karena sampel kering maka pelarut yang dipilih harus bersifat tidak menyerap air. Pelarut yang banyak digunakan adalah petroleum eter
karena lebih murah, kurang berbahaya terhadap kebakaran dan lebih selektif dalam pelarutan lipida. Pemanasan sebaiknya menggunakan penangas air untuk
menghindari kebakaran. Pada akhir ekstraksi yaitu kira-kira 4-6 jam, labu godok diambil dan ekstrak dituangkan kedalam botol timbang yang telah diketahuinya
beratnya. Kemudian pelarut diuapkan diatas penangas air sampai pekat. Selanjutnya dikeringkan pada suhu 100
o
C. Berat residu dalam botol timbang dinyatakan sebagai berat lemak atau minyak Sudarmadji, 1996.
c. Analisa karbohidrat
Ada beberapa cara analisis yang dapat digunakan untuk memperkirakan kandungan karbohidrat dalam bahan makanan. Yang paling mudah adalah dengan
cara perhitungan kasar proximate analysis atau juga disebut Carbohydrate by difference. Yang dimaksud dengan proximate analysis adalah suatu analisis
dimana kandungan karbohidrat termasuk serat kasar diketahui bukan melalui analisis tetapi melalui perhitungan, sebagai berikut :
karbohidrat = 100 - protein + lemak + abu + air Perhitungan Carbohydrate by difference adalah penentuan karbohidrat
dalam bahan makanan secara kasar, dan hasilnya ini biasanya dicantumkan dalam daftar komposisi bahan makanan Winarno, 1992.
d. Analisa serat kasar
Didalam analisa penentuan serat kasar diperhitungkan banyaknya zat-zat yang tak larut dalam asam encer ataupun basa encer dalam kondisi tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisa adalah: 1.
Defatting yaitu menghilangkan lemak yang terkandung dalam sampel menggunakan pelarut lemak.
2. Digestion terdiri dari dua tahapan yaitu pelarutan dengan asam dan
pelarutan dengan basa. Penyaringan harus segera dilakukan setelah digestion selesai karena
penundaan penyaringan dapat mengakibatkan lebih rendahnya hasil analisa karena terjadi perusakan serat lebih lanjut oleh bahan kimia yang dipakai Sudarmadji,
1996.
2.4.3 Uji Biologis
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui sampai seberapa jauh pengaruh pakan tersebut terhadap pertumbuhan ikan yang diumpani. Pakan yang kandungan
gizinya cukup tinggi belum tentu berpengaruh baik terhadap pertumbuhan. Sebab apabila bahan bakunya merupakan bahan yang sukar dicerna, maka zat gizi yang
terkandung didalam pakan yang bersangkutan tidak banyak diserap oleh usus ikan
Mujiman, 1991.
Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian langsung di laboratorium untuk menguji suatu pakan. Ikan yang dicobakan diperlakukan pemberian pakan selama
periode waktu tertentu umumnya berkisar 1,5-2 bulan. Setiap minggu dilakukan pengukuran pertambahan berat ikan Dharmawan, 2010.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Ikan Gurami