Adapun menurut pengertian syariah ialah menuju ke Baitullah untuk melakukan amal. Demikian yang dikatakan Imam Nawawi dalam kitabnya
Syarah Muhadzdzab .
1. Latar Belakang Ibadah Haji
Orang-orang Arab pada zaman jahiliah telah mengenal ibadah haji ini yang mereka warisi dari nenek moyang terdahulu dengan melakukan
perubahan disana-sini. Akan tetapi, bentuk umum pelaksanaannya masih tetap ada, seperti thawaf, sai, wukuf, dan melontar jumrah. Hanya saja
pelaksanaannya banyak yang tidak sesuai lagi dengan syariat yang sebenarnya. Untuk itu, Islam datang dan memperbaiki segi-segi yang salah
dan tetap menjalankan apa-apa yang telah sesuai dengan petunjuk syara syariat menurut Al-Qur’an dan sunnah.
Latar belakang ibadah haji ini juga didasarkan pada ibadah serupa yang dilaksanakan oleh nabi-nabi dalam agama Islam, terutama nabi Ibrahim
nabinya agama Tauhid. Ritual thawaf didasarkan pada ibadah serupa yang dilaksanakan oleh umat-umat sebelum nabi Ibrahim. Ritual sai, yakni berlari
antara bukit Shafa dan Marwah daerah agak tinggi di sekitar Kabah yang sudah menjadi satu kesatuan Masjid Al Haram, Makkah, juga didasarkan
untuk mengenang ritual istri kedua nabi Ibrahim ketika mencari susu untuk anaknya nabi Ismail. Sementara wukuf di Arafah adalah ritual untuk
mengenang tempat bertemunya nabi Adam dan Siti Hawa di muka bumi, yaitu asal mula dari kelahiran seluruh umat manusia.
3
2. Syarat dan Rukun Haji
Orang yang telah memenuhi syarat sebagai berikut diwajibkan berhaji:
a. Islam
b. Baligh
c. Merdeka
d. Berakal
e. Ada kendaraan bisa sampai
f. Ada bekal untuk pergi dan untuk yang ditinggalkan
g. Aman perjalanan
Orang kafir orang yang tidak sehat akalnya, anak kecil dan hamba sahaya tidak berkewajiban menunqaikan ibadah haji. Adanya kendaraan
merupakan salah satu syarat wajibnya haji. Kalau tempatnya dekat tidak perlu menggunakan kendaraan, berjalan kaki itu lebih baik. Bekal menjadi syarat
wajibnya haji, yaitu bekal yang cukup untuk bepergian dan bekal untuk keluarga yang ditinggalkan selama pergi. Keamanan dalam perjalanan haji
juga penting. Kalau dalam keadan tidak aman, orang tidak diwajibkan berhaji.
4
3
http:www.Wikipedia.com
4
Drs H. A Fattah Idris dan Drs H. Abu Ahmadi, Fikih Islam Lengkap, Rineka Citra cet ke 3 Okt 2003 h. 135
Sedangkan rukun haji ada lima, yaitu : a.
Niat, sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW ” Sesungguhnya amal itu harus dengan niat”
. b.
Ihram, yaitu permulaan melakukan manasik haji atau umroh. Ihram itu ada 3 macam, yaitu :
• Ifradh : ihram untuk haji saja. Setelah selesai, ihram lg untuk umroh.
• Tamattu’ : ihram dari batas daerah tertentu sesuai dengan daerah masing-masing, kemudian ihram lg untuk haji di
makkah. • Qiran : ihram untuk haji dan umrah bersama-sama. Dari ketiga
macam ihram, menurut imam Syafii yang paling utama ihram ifradh.
c. Wukuf di arafah merupakan rukun haji. Sabda Rasulullah SAW ”haji
itu arafah”. Makna hadits tersebut ialah rukun haji yang paling besar ialah wukuf di arafah. Dalam wukuf itu tampak persamaan yang
merata antara sesama manusia, semua yang ada menjadi satu dalam persamaan. Waktu wukuf sejak tergelincirnya matahari pada hari
arafah tanggal 9 Dzulhijjah sampai terbitnya fajar. Tidak di sarankan
d. wukuf selama ini sejak tergelincirnya matahari sampai terbitnya
fajar tetapi orang. e.
Thawaf di Baitullah, yakni Thawaf Ifadoh, karena ulama telah ijma’ bahwa thawaf ifadoh itulah yang dimaksud dengan firman Allah :
”dan hendaklah mereka thawaf dirumah yang kuno”. berkata Qodhi
Husain, ” tidak ada perbedaan pendapat diantara kaum muslimin tentang wajibnya thawaf”. Kemudian ada beberapa kewajiban untuk
melakukan thawaf, antara lain adalah : 1
Suci dari hadas dan najis, baik dibadan, pakaian atau tempat. 2
Tartib, yakni memulai thawaf dari hajar aswad dengan menjadikan baitullah disebelah kiri tubuhnya selanjutnya pada saat memulai
thawaf hendaknya ia berjalan dengan segenap tubuhnya melewati hajar aswad, dan pada saat itu hendaknya ia niat thawaf.
3 Seluruh tubuhnya berada diluar bangunan ka’bah.
4 Thawaf harus dilakukan dimasjidil haram.
5 Bilangan thawaf harus tujuh kali.
f. Sa’i, adalah salah satu rukun haji, karena nabi SAW
mengerjakannya, dan beliau bersabda pada waktu melakukan sa’i : ”Sa’ilah kamu sekalian, karena sesungguhnya Allah ta’ala telah
mewajibkan sa’i kepada kamu sekalian”. Kemudian sa’i itu disyaratkan harus jatuh sesudah
mengerjakan thawaf yang sah, baik thawaf ifadoh atau thawaf qudum.
3. Macam-Macam Haji