Analisis Akad Ijarah Dalam Pembiayaan Haji
Dari kedua definisi di atas dapat diketahui bahwa jasa yang diberikan oleh Lembaga Keuangan Syariah LKS untuk menalangi pelunasan Biaya
Perjalanan Ibadah Haji BPIH kurang tepat bila digunakan istilah al-Qardh meminjamkan, karena dalam Islam, pinjam meminjam adalah akad sosial,
bukan akad komersial. Artinya bila seseorang meminjam sesuatu, ia tidak boleh disyaratkan untuk memberikan tambahan atas jasa pokok pinjamannya.
Hal ini didasarkan pada hadis Nabi saw yang mengatakan bahwa setiap pinjaman yang menghasilkan manfaat adalah riba, sedangkan para ulama
sepakat bahwa riba itu haram. Karena itu, dalam Lembaga Keuangan Syariah pinjaman tidak disebut kredit, tapi pembiayaan financing.
Dalam kasus ini, bila nasabah datang Lembaga Keuangan Syariah LKS dan ingin meminjam uang untuk keperluan naik haji karena biaya yang
tersedia tidak cukup, maka ia harus melakukan akad ijarah sewa dan bukan akad qardh meminjam. Karena jika LKS memberikan pinjaman kepada
nasabah atas nama akad qardh untuk membantu menalangi pembiayaan haji, maka LKS tidak boleh mengambil keuntungan dari pinjaman itu.
Ada beberapa jenis barangjasa yang dapat dijadikan obyek ijarah disewakan :
1. Barang modal: aset tetap, misalnya bangunan, gedung, kantor ruko,
dan lain sebagainya. 2.
Barang produksi: mesin, alat-alat berat, dan lain sebagainya. 3.
Barang kendaraan transportasi: darat, laut, dan udara.
4. Jasa untuk membayar ongkos:
a. uang sekolahkuliah
b. tenaga kerja
c. hotel
d. angkut dan transportasi.
12
Berdasar keterangan mengenai jenis barang atau jasa yang boleh dijadikan obyek ijarah di atas, maka pembiayaan penalangan haji oleh LKS
kepada nasabah lebih dekat pada poin ke-4, yakni pihak LKS menyediakan jasa peminjaman uang untuk keperluan syarat pemberangkatan haji. Dengan
bahasa lain, idealnya pihak LKS lebih mengedepankan penyewaan jasa daripada penyewaan uang.