Rukun dan Syarat Ijarah Kaidah-Kaidah dalam Ijarah

“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” Q.S al-Zukhruf ayat 32 b. Al-Qur’an surat al-Baqarah : 233 : ⌧ ☺ ☺ Artinya : “Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kepada Allah; danketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. Q.S. al-Baqarah ayat 233.

3. Rukun dan Syarat Ijarah

Rukun dari akad ijarah yang harus dipenuhi dalam transaksi adalah : 18 18 Ascarya, op.cit, hal. 99 a. Pelaku akad, yaitu mustajir penyewa, adalah pihak yang menyewa aset dan mu’jirmuajir pemilik adalah pihak pemilik yang menyewakan aset. b. Objek akad, yaitu ma’jur aset yang disewakan dan ujrah harga sewa. c. Sighat yaitu ijab dan qabul. Syarat ijarah yang harus ada agar terpenuhi ketentuan-ketentuan hukum Islam. d. Jasa atau manfaat yang akan diberikan oleh aset yang disewakan tersebut harus tertentu dan diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak. Syarat ijarah yang harus ada agar terpenuhi ketentuan-ketentuan hukum Islam, sebagai berikut : a. Kepemilikan aset tetap pada yang menyewakan yang bertanggung jawab pemeliharaannya, sehingga aset tersebut harus dapat memberi manfaat kepada penyewa. b. Akad ijarah dihentikan pada saat aset yang bersangkutan berhenti memberikan manfaat kepada penyewa. Jika aset tersebut rusak dalam periode kontrak, akad ijarah masih tetap berlaku. c. Aset tidak boleh dijual kepada penyewa dengan harga yang ditetapkan sebelumnya pada saat kontrak berakhir. Apabila asset akan dijual harganya akan ditentukan pada saat kontrak berakhir. Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 09DSNMUI IV2000 tanggal 13 April 2000 Tentang Pembiayan Ijarah ditetapkan .

4. Kaidah-Kaidah dalam Ijarah

a. Semua barang yang dapat dinikmati manfaatnya tanpa mengurangi substansi barang tersebut, maka barang tersebut dapat disewakan. b. Semua barang yang pemanfaatannya dilakukan sedikit demi sedikit tetapi tidak mengurangi substansi barang itu seperti susu pada unta dan air dalam sumur dapat juga disewakan. c. Uang dari emas atau perak dan tidak dapat disewakan karena barang- barang ini setelah dikonsumsi menjadi hilang atau habis. Syarat Ijarah : a. Baik Mu’jar atau musta’jir harus balig dan berakal. b. Musta’jir harus benar-benar memiliki barang yang disewakan itu atau mendapatkan wilayah untuk menyewakan barang itu. c. Kedua pihak harus sama-sama ridho menjalankan akad. d. Manfaat yang disewakan harus jelas keadaannya maupun lama penyewaannya sehingga tidak menimbulkan persengketaan. e. Manfaat atau imbalan sewa harus dapat dipenuhi secara nyata dan secara syar’i. Misalnya tidak diperbolehkan menyewakan mobil yang dicuri orang atau perempuan haid untuk menyapu masjid. f. Manfaat yang dapat dinikmati dari sewa harus halal atau mubah karena ada kaidah ” menyewakan sesuatu untuk kemaksiatan adalah haram hukumnya”. g. Pekerjaan yang diupahkan itu tidak merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh orang yang diupah sebelum terjadinya akad seperti menyewa orang untuk sholat. h. Orang yang diupah tidak boleh menikmati manfaat karena pekerjaannya. Tidak boleh pengupahan ijaroh terhadap amalan-amalan thoat. i. Upah harus berupah harta yang secara syar’i bernilai. j. Barang yang disewakan tidak cacat yang dapat merugikan pihak penyewa.. Berakhirnya akad ijarah : a. Salah satu pihak meninggal dunia Hanafi; jika barang yang disewakan itu berupa hewan maka kematiannya mengakhiri akad ijaroh Jumhur. b. Kedua pihak membatalkan akad dengan iqolah. c. Barang yang disewakan hancur atau rusak. d. Masa berlakunya akad telah selesai. 19

4. Manfaat Al-Ijarah