Latar belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Agresi Israel di jalur gaza menyisakan penderitan rakyat palestina, terutama anak anak, kaum perempuan dan orang tua, serangan roket Hamas yang tidak akurat dibalas Israel dengan “ kembang api kematian”, timbulah penderitan, kehancuran dan kematian bagi rakyat Gaza. Agresi Militer Israel selama 22 hari tersebut telah menewaskan 1.300 orang, dan ribuan lainya luka luka. Dari lingkup perstiwanya, serangan Israel ke Gaza yang dimulai di penghujung tahun 2008 dan berlanjut hingga awal 2009, merupakan fase fase akhir dari perang yang dilancarkan negara Yahudi ini terhadap bangsa Palestina dalam kurun waktu lebih dari 60 tahun terakhir. Tak sedikit pula yang yakin, bahwa tujuan dari perang ini tidak pernah berubah, yaitu- seperti diyakini oleh puluhan ilmuan yang menentag aksi Israel ini- menggunakan kekuatan militer yang berlebihan untuk melenyapkan bangsa Palestina sebagai kekuatan politik, sebagai kekuatan yang mampu menentang terus berlangsungnya aksi Israel yang ingin menelan tanah dan sumber daya mereka 1 . 1 Dr. Ninok Leksono, Mencari tangkai Zaitun di Reruntuk Gaza,kata pengantar : Jalur Gaza,Tanah terjanji,intifada dan pembersihan etnis. Triyas Kuncahyono Kompas 2009 hal xv Tindakan agresi militer yang diperagakan oleh Israel dalam konteks dunia hubungan internasional dan diplomasi sebenarnya merupakan salah satu bentuk upaya diplomasi yang dapat dilakukan oleh negara manapun. Ahli militer dan strategis terkemuka Von Clausewitz konon pernah berkata bahwa perang atau konflik bersenjata merupakan perpanjangan atau bentuk lain dari suatu politik luar negeri suatu negara. Namun dalam hal ini tindakan militer Israel dengan tidak saja menyerang objek sipil tapi bahkan juga fasilitas organisasi internasional seperti PBB, dapat disimpulkan sebagai tindakan agresi yang sangat berlebihan dan melanggar hukum internasional. Serangan militer Israel tersebut juga kembali memperlihatkan betapa tidak berdayanya masyarakat internasional untuk mengendalikan perilaku agresif Israel. Presiden AS Barack Obama hanya menyatakan penyesalan atas jatuhnya korban sipil. Sementara itu meskipun terdapat inisiatif dari para pemimpin dunia seperti Sekjen PBB Ban Ki-Moon dan pernyataan PM Inggris, Gordon Brown saat pertemuan tingkat tinggi kemarin di Mesir, namun sangat diragukan efektivitas maupun kesungguhan mereka sebagai penengah. Keengganan para pemimpin dunia tersebut untuk mengecam perilaku Israel telah melemahkan kredibilitas mereka sendiri sebagai mediator yang jujur dalam konflik di Timur Tengah. Konflik antara Israel dan Hamas kali ini akibat kebuntuan politik dalam mencari solusi kedepan, gagalnya perpanjangan gencatan senjata dua pekan sebelum ini adalah pemicu agresi Israel ke jalur Gaza, kedua pihak saling tuding pihak mana yang mengawali konflik ini, bagi Hamas, Israel-lah yang melaggar gencaatan sejata sehingga Hamas menolak untuk melakukan gencaatan senjata, namun bagi Israel, hamas-lah yang telah mengirimkan roket roketnya ke wilayah Israel, sehingga Israel ingin menghancurkan Hamas dengan cara menginvasi jalur Gaza. Agresi Israel di kawasan timur tengah adalah bukan kali ini saja, tahun 2006 yang lalu tentara Israel menyerbu wilayah Libanon selatan untuk menggempur kekuatan Hizbullah diwilayah Libanon selatan, konflik itu bermula ketika delapan tentara Israel terbunuh oleh pejuang Hizbullah dan dua lainya di tahan, sejak itu Israel mlancarkan seranganya secara membabi buta, menghancurkan kota-kota di Libanon, khusunya Beirut dan menewaskan lebih dari 1000 orang. Konflik Israel dan Palestina sekan sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari denyut nadi kehidupan masyarakat dunia, akar konflik ini bermula ketika kongres pertama Zinonisme yang berlangsung di Basle, Swisis. Pada tahun 1896. Pada kongres zionisme tersebut merekomendasikan berdirinya sebuah negara khusus bagi kaum Yahudi yang tercerai berai di seluruh dunia, baru pada kongres kedua yang berlangsung pada tahun 1906 direkomendasikan secara tegas untuk mendirikan sebuah Negara bagi kaum Yahudi di tanah Palestina. 2 2 Mustofa Abdurahman, Jejak-Jejak Juang Palestina: dari Oslo Hingga Intifadah Al- aqsa,Jakarta: Kompas,2002, h . xxx Zionisme merupakan gerakan rasialis yang mencita cita-citakan negara yang “murni” ras Yahudi. 3 Pada tanggal 14 Mei 1948 dideklarasikan berdirinya negara Israel yang langsung mendapat persetujuan Amerika, menjadi awal petaka baru bagi rakyat Palestina, Israel yang mendirikan negara diatas orang lain dan menguasai 78 wilayah palestina serta mengusir 23 dariseluruh penduduk Palestina keluar dari tanah mereka sendiri bukanlah hal yang menyenangkan. Zionis tercatat menghancurkan 487 desa dari total 585 desa dan melakukan minimal 34 operasi pembantaian masal pada penduduk sipil yang menjadi mimpi buruk itu semakin nyata di palestina. 4 Palestina-Israel adalah dua negara yang tidak bisa lepas dari pembicaraan publik. Dua negara yang menduduki satu wilayah yang sama bukanlah hal yang biasa, Konflik, Bom Bunuh diri, negisiasi damai merupakan rutinitas bagi rakyat Israel ataupun Palestina. Dari berbagai Konflik yang terjadi di timur tengah, Konflik Arab- Israel dapat dikatakan sebagai konflik utama yang mendominasi dan membawahi pertikaian lainya. 5 Agresi Israel ke wilayah jalur Gaza membuat dunia Internasional berang, tak terkecuali Indonesia, Demonstrasi menentang agresi militer Israel tersebut serentak dilakukan di seluruh tanah air, bahkan FPI Fornt Pembela Islam menyiapkan 1000 relawan untuk berjihad di Palestina. Tidak hanya 3 Jacob Katz and Friends,Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Zionisme. Surabaya,Pustaka Progresif 1996,h.vii 4 Sofwan Al Banna, Palesine,”Emang Gue Pikirin”,Pro You, Yogyakarta,2000, h112 5 Walid Khalidi, “A Palestinian Prespective Affairs and Arab Israeli Conflict”. Jurnal of Palestine Studies: A Quarterly on Palestinan prespective on the Arab-Israeli Conflict Vol. XIV no.4, Summer 1985 published Jointly by The Institute For Palestinan Studies and Kuwait University FPI, Organisasi keislaman yang lain juga serentak melakukan penggalangan dana untuk rakyat Palestina, bahkan Pemerintah Indonesia pun tak ketinggalan dalam memberikan sumbangan dan relawanya ke wiyah jalur Gaza, dana sebanyak dua milyar rupiah serta bantuan obat obatan dan 12 relawan dikirim ke jalur Gaza. Agresi militer Israel ke wilayah jalur Gaza menyodot perhatian Indonesia dan dunia Internasional, kebiadaban tentara Israel setiap hari kita saksikan dilayar kaca dan media cetak, namun perstiwa tersebut dibingkai menurut idieologi pembuat berita, disinilah letak pentingnya media dalam pembentukan opini di masyarakat, Media massa memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam pembentukan opini publik pada suatu peristiwa tertentu bahkan terkadang membuat audiensnya tidak sadar akan persitiwa yang sesungguhnya terjadi. Menurut Reese and Shoemaker, setiap berita yang disajikan oleh media tentunya telah didesain sesuai dengan “kepentingan” media baik secara internal maupun eksternal. Dengan demikian, maka teks media sangat dipengaruhi oleh pekerja media secara individu, rutinitas media, organisasi media itu sendiri, institusi diluar media, dan oleh ideologi. 6 Menurut Innis, media merupakan perpanjangan tangan dari pikiran manusia dan beranggapan bahwa kecenderungan utama dalam periode sejarah 6 Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating The Message: Theories of Influence on Mass Media Content New York: Longman Publishing Group, 1996, h. 223. mana pun adalah pengaruh media yang berkuasa saat itu. Dengan kata lain, apa yang terjadi dan apa yang tampak penting dalam suatu periode sejarah ditentukan oleh media. 7 Berita atau pesan yang ditampilkan oleh media seringkali dimaknai apa adanya oleh masyarakat. Artinya, masyarakat lebih terpengaruh pada judul berita yang dimunculkan dan kesan yang disimpulkan oleh media massa daripada menganalisis secara mendalam isi berita tersebut. Padahal dalam kenyataannya sering terjadi misinformasi dan misinterpretasi antara apa yang seharusnya disampaikan dan kenyataan yang diterima oleh pembaca. 8 Menurut Robert N. Entman seperti dikutip Eriyanto, media melakukan framing dalam dua dimensi besar, yaitu proses seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitasisu. Sehingga realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas. 9 Dengan demikian, media massa atau pers bukanlah sesuatu yang objektif. Pers bukan alat potret mekanik yang mampu menampilkan dan menggambarkan suatu peristiwa serta even kehidupan secara apa adanya. Keterbatasan teknis jurnalistik dan berbagai kepentingan manusia yang ada di 7 Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communication, seventh edition USA: Wadsworth Publishing Company, 2001, h. 326. 8 Arifatul Choiri Fauzi, Kabar-kabar Kekerasan dari Bali Yogyakarta: LKIS, 2007, h. 5- 6. 9 Eriyanto, Analisis framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media Yogyakarta: LKIS, 2007, h. 186. balik media massa menyebabkan penggambaran dan pemotretan yang dilakukan oleh pers mengalami reduksi, simplifikasi, dan interpretasi. McLuhan menyatakan, pers merupakan alat untuk memotret suatu peristiwa tertentu dan bertindak sebagai translator yang memformulasi, merancang, dan memformat statement of event yang ingin dicitrakan oleh pers itu sendiri. 10 Kompas dan republika adalah surat kabar berskala nasional yang cukup menonjol di Indonesia, hal ini tentu saja menyebabkan kedua surat kabar yang bersegmentasi umum ini, memiliki potensi unutuk dibaca oleh berbagai orang diseluruh Indonesia. Bedasarkan latar belakang diatas, penelitian ini diberi judul “Agresi Militer Israel di Jalur Gaza pada harian Kompas dan Republika”

B. Pembatasan dan perumusan Masalah