Sekarang ini, hukum internasional telah mewajibkan kepada semua negara khususnya negara anggota PBB untuk menyelesaikan sengketa internasional
melalui cara damai yang termuat dalam pasal 1, 2, dan 33 Piagam PBB. Dalam ketiga pasal tersebut menyebutkan bahwa sebagai bagian dari tujuan PBB untuk
menjaga perdamaian dan keamanan inetrnasional maka setiap perselisihan harus menyelesaikan sengketa dengan cara-cara damai dengan mengedepankan
perdamaian dan keadilan serta menahan diri dari ancaman atau penggunaan kekerasan.
B. Prinsip dalam Penyelesaian Sengketa
Perkembangan Majelis Umum PBB dalam menggiatkan penggunaan cara damai dalam penyelesaian sengketa menjadi dasar bagi lahirnya Manila
Declaration atau Deklarasi Manila. Sehingga dalam inti sari dari Deklarasi tersebut ditemukan esensi yang mendasari penyelesaian sengketa untuk
menemukan solusi. Adapun prinsip-prinsip dalam penyelesaian sengketa tersebut diantaranya:
1. Prinsip Itikad Baik Good Faith
Dalam hukum keperdataan, maka tak asing bahwa salah satu unsur dari adanya sebuah perikatan yaitu itikad baik.
19
Prinsip tersebut melandasi perikatan yang terjadi dalam keperdataan. Prinsip ini sangat diperlukan dalam penyelesaian
19
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 1320 BW
Universitas Sumatera Utara
sengketa. Prinsip ini mensyaratkan dan mewajibkan adanya itikad baik dari para pihak untuk menyelesaian sengketa yang terjadi.
20
Sebagai tonggak dari lahirnya prinsip tersebut, dalam Section 1 paragraph 1 Deklarasi Manila telah mencantumkan prinsip itikad baik ini sebagai prinsip
awal yang menyebutkan: ... all states shall act in good faith and in conformity with the purposes and
principles enshrined in the Charter of the United Nations with a view to avoiding disputes among themselves likely to affect friendly relations
among States, thus contributing to the maintenance of international peace and security. They shall live together in peace with one another as good
neighbours and strive for the adoption of meaningful measures for strenghtening international peace and security...
Prinsip itikad baik dalam kutipan Deklarasi tersebut menyebutkan bahwa negara-negara wajib dengan itikad baik sejalan dengan prinsip-prinsip Piagam
PBB untuk menghindari terjadinya sengketa yang dapat mempengaruhi hubungan antarnegara. Sehingga itikad baik dipandang sebagai suatu sikap negara untuk
menjaga perdamaian dengan mengedepankan cara-cara bersahabat dengan tujuan untuk menyelesaikan perselisihan dan juga menjaga perdamaian.
Dan dalam pasal 13 Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia TAC Bali Concord 1976 menyebutkan:
20
Huala Adolf, Hukum......, Op.Cit. hlm. 15
Universitas Sumatera Utara
...The high contracting parties shall have the determination and good faith to prevent disputes from arising.
Terjemahan: Pihak-pihak yang terkait wajib memiliki tekad dan itikad baik dalam
mencegah timbulnya perselisihan. Dengan adanya prinsip ini dapat mencegah terjadinya sengketa yang dapat
mengakibatkan renggangnya hubungan antarnegara dan dapat menyelesaikan sengketa secara lebih dini serta mensyaratkan bahwa sengketa yang terjadi
hendaknya diselesaikan melalui cara-cara penyelesaian yang dikenal dalam hukum internasional negosiasi, mediasi, konsiliasi, arbitrase, pengadilan atau
cara-cara yang dipilih oleh para pihak.
21
2. Prinsip Larangan Penggunaan Kekerasan dalam Penyelesaian Sengketa
Sebagaimana dalam pasal 13 TAC yang memuat prinsip ini, menyatakan: ... In case of disputes on matters directly affecting them, they shall refrain
from the threat or use of force and shall at all times settle such disputes among themselves through friendly negotiations.
Atau dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, dalam hal perselisihan yang menyangkut langsung para pihak, wajib menahan diri dari
ancaman atau penggunaan kekerasan dan setiap saat menyelesaikan perselisihan antara para pihak melalui negosiasi yang ramah.
21
Ibid, hlm.16
Universitas Sumatera Utara
Prinsip ini juga dapat ditemui di Pembukaan ke-4 Deklarasi Manila. Dan dalam perjanjian internasional lainnya dapat dilihat dalam Pasal 5 Pakta Liga
Negara-Negara Arab 1945 Pact of the League of Arab States, Pasal 1 dan 2 the Inter-American Treaty of Reciprocal Assistance 1947, dan lain-lain.
3. Prinsip Kebebasan Memilih Cara-Cara Penyelesaian Sengketa
Prinsip ini memberikan para pihak untuk memiliki kebebasan dalam memilih cara penyelesaian sengketa yang mereka sepakati principle of free
choice means. Prinsip ini juga dapat ditemukan dalam Pasal 33 ayat 1 Piagam PBB dan
Section 1 Paragraph 3 dan 10 Deklarasi Manila dan paragraf ke-5 dari Friendly Declaration. Dengan adanya pengaturan tersebut mejadikan prosedur penyelesaian
sengketa harus didasarkan kepada pihak yang bersengketa dimana hal ini berlaku bagi sengketa yang telah terjadi atau sengketa yang akan datang.
4. Prinisp Kebebasan Memilih Hukum yang akan Diterapkan terhadap Pokok
Sengketa Prinsip fundamental selanjutnya yang sangat penting adalah prinsip
kebebasan para pihak untuk menentukan sendiri hukum apa yang akan diterapkan bila sengketanya diselesaikan oleh badan peradilan. Kebebasan para pihak untuk
menentukan hukum ini termasuk kebebasan untuk memilih kepatutan dan
Universitas Sumatera Utara
kelayakan ex aequo et bono.
22
Yang terakhir ini adalah sumber bagi pengadilan untuk memutus sengketa berdasarkan prinsip keadilan, kepatutan, atau kelayakan.
5. Prinsip Kesepakatan Para Pihak yang Bersengketa Konsensus
Prinsip kesepakatan para pihak merupakan prinsip fundamental dalam penyelesaian sengketa internasional. Prinsip inilah yang menjadi dasar bagi
pelaksanaan prinsip ke-3 dan 4 di atas. Prinsip-prinsip kebebasan 3 dan 4 hanya akan bisa dilakukan atau direalisasikan manakala ada kesepakatan dari para pihak.
Sebaliknya. prinsip kebebasan 3 dan 4 tidak akan mungkin berjalan apabila kesepakatan hanya ada dari salah satu pihak atau bahkan tidak ada
kesepakatan sama sekali dari kedua belah pihak.
6. Prinsip Exhaustion of Local Remedies
Prinsip ini termuat dalam Section 1 paragraph 10 Deklarasi Manila. Menurut prinsip ini, sebelum para pihak mengajukan sengketanya ke pengadilan
internasional maka langkah-langkah penyelesaian sengketa yang tersedia atau diberikan oleh hukum nasional negara harus terlebih dahulu ditempuh.
7. Prinsip-prinsip Hukum Internasional tentang Kedaulatan, Kemerdekaan,
dan Integritas Wilayah Negara-Negara Deklarasi Manila mencantumkan prinsip ini dalam Section 1 Paragraph 1.
Prinsip ini mensyaratkan negara-negara yang bersengketa untuk terus menaati dan
22
Ibid hlm. 17
Universitas Sumatera Utara
melaksanakan kewajiban internasionalnya dalam berhubungan satu sama lainnya berdasarkan prinsip-prinsip fundamental integritas wilayah negara-negara.
Adapun prinsip yang terdapat di Office of the Legal Affairs PBB memuat diantaranya:
a. Prinsip larangan intervensi baik terhadap masalah dalam atau luar negeri
para pihak; b.
Prinsip persamaan hak dan penentuan nasib sendiri; c.
Prinsip persamaan kedaulatan negara-negara; d.
Prinsip kemerdekaan dan hukum internasional, yang semata-mata merupakan penjelmaan lebih lanjut dari prinsip ke-7, yaitu prinsip hukum
internasional tentang kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas wilayah negara-negara.
C. Bentuk-bentuk Penyelesaian Sengketa