Analisis Kondisi Keuangan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Ditinjau Dari Rasio Likuiditas dan Profitabilitas

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM EKSTENSI MEDAN

ANALISIS KONDISI KEUANGAN PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA IV (PERSERO) DITINJAU DARI RASIO

LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS

DRAFT SKRIPSI

OLEH

MURVIANA KOTO 040521120

DEPARTEMEN MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Eonomi Universitas Sumatera Utara

Medan 2008


(2)

i

Murviana Koto, (2008), Analisis Kondisi Keuangan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Ditinjau Dari Rasio Likuiditas dan Profitabilitas, Drs. Syahyunan M.Si (Pembimbing), Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, SE, M.si (Ketua Departemen Manajemen), Dra.Friska S.M.si (Penguji I), Dra. Lisa Marlina M.si (Penguji II).

Penelitian tentang Analisis Likuiditas dan Profitabilitas ini dilakukan untuk mengkaji lebih dalam mengenai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang segera harus dipenuhi dan perofitabilitas perusahaan selama tahun 2001 hingga tahun 2006. Penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) dari bulan September sampai dengan Desember 2007. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) yaitu neraca dan laporan laba rugi tahun 2001 hingga 2006.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah metode analisis deskriptif berdasarkan metode time series dan analisis trend dengan terlebih dahulu mengumpulkan data melalui wawancara dan studi dokumentasi. Analisis ini dilakukan dengan cara menghitung dan menganalisis rasio likuiditas dan rasio profitabilitas kemudian melihat trend dan kecenderungan terhadap likuiditas dan profitabilitas perusahaan.

Hasil analisis pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) menunjukkan bahwa likuiditas dan profitabilitas PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) masih kurang baik, dapat dilihat dari angka-angka rasio likuiditas dan angka-rasio profitabilitas. Rasio likuiditas masih dibawah standart teori, dan modal kerja bersih selama tahun 2001 hingga 2007 mengalami defisit. Likuiditas perusahaan juga masih kurang baik disebabkan oleh aktiva lancar yang masih dibawah utang lancar. Profitabilitas perusahaan juga masih kurang baik disebabkan oleh angka-angka rasio profitabilitas yang dibawah standart teori dan adanya peningkatan aktiva tetap yang besar dari tahun 2004 hingga tahun 2006 yang mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan.


(3)

ii

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan limpahan kasih sayangNya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Kondisi Keuangan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Ditinjau Dari Rasio Likuiditas dan Profitabilitas” dapat diselesaikan.

Penelitian ini dipilih karena penulis merasa bahwa likuiditas dan profitabilitas merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh perusahaan, khususnya dalam hal mengelola aktiva-aktivanya (alat-alat likuid) perusahaan yang merupakan “kekuatan membayar” untuk memenuhi kewajiban yang segera jatuh tempo, dan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba karena hal ini sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan dan merupakan salah satu tujuan perusahaan. Laba yang tinggi dengan nilai perusahaan yang semakin baik membuat kredibilitas dan kontiniutas perusahaan dapat dipertahankan.

Penulis dengan segala kerendahan hati menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan maupun ketidaksempurnaan yang disebabkan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Penulis tidak menutup diri atas kritik dan saran yang dapat menjadi perbaikan bagi penulis pada masa yang akan datang.

Selama tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan, dorongan, bimbingan, serta fasilitas-fasilitas dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas dengan segenap penghormatan kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

iii Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Ami Dilham, M.Si selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Program Ekstensi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs. Syahyunan M.Si selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih yang sedalam-dalamnya untuk waktu, fikiran, ilmu, arahan juga kepercayaan yang telah diberikan dalam bimbingan penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Dra.Friska S.M.si selaku Dosen Penguji I selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 7. Ibu Dra. Lisa Marlina M.si selaku Dosen Penguji II yang juga telah meluangkan

waktu dan memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Seluruh Staff Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah dengan hati yang tulus ikhlas memberikan pendidikan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti studi.

9. Seluruh Pimpinan dan Seluruh Karyawan Kantor Pusat PT. Perkebunan Nusantara IV Medan.

10. Terima kasih teristimewa buat Ayahanda dan Ibunda tersayang, yang telah tanpa henti memberikan semangat dan do’a dalam hidup penulis.

11. Kakanda dan kedua adinda yang telah menjadi semangat dalam hidup penulis. 12. Rini, Matahari, Jayy, terima kasih atas bantuan, dukungan, serta do’a yang telah

diberikan selama ini.

13. Nurul, Fina, Ivo, Fitri, Meutia, Tika, Nora, Dede, Rahmi, Sari, Siska, Pipeh, Gemphy, Muhtadiah, terima kasih atas do’a dan dukungannya.


(5)

iv

SWT, untuk memberikan rahmad yang berlimpah kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan dan membantu penulis dalam menyelesaikan dan penyusunan skripsi ini. Smoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Medan, Januari 2008

Penulis


(6)

v

Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GRAFIK... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Kerangka Konseptual ... 4

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6

E. Metode Penelitian... 6

1. Batasan Operasional... 6

2. Lokasi dan Waktu Penelitian.. ………... 7

3. Jenis dan Sumber Data Penelitian.. …………... 7

4. Teknik Pengumpulan Data... 7

5. Metode Analisis Data... 8

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ……… ... 9

B. Laporan Keuangan..………... 10

1. Pengertian Laporan Keuangan... 10

2. Manfaat Laporan Keuangan... 12

C. Rasio Keuangan... 14

1. Analisis Rasio Keuangan... 14

2. Manfaat Rasio Keuangan... 16

3. Keterbatasan Rasio Keuangan... 17

D. Rasio Likuiditas... 19

E. Cara Meningkatkan Likuiditas... 21

F. Rasio Profitabilitas... 22


(7)

vi

A. Sejarah Perusahaan.………... 27

B. Bidang Usaha Perusahaan... 28

C. Visi, Misi dan Tujuan PT. Perkebunan Nusantara IV (persero).... 29

D. Struktur Organisasi Perusahan... 30

E. Laporan Keuangan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)... 39

F. Perhitungan Rasio Likuiditas dan Rasio Profitabilitas PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)... 46

1. Rasio Likuiditas... 46

2. Rasio Profitabilitas...………... 49

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI A. Rasio Likuiditas………... 55

1. Current Ratio (Rasio Lancar)... 56

2. Cash Ratio (Rasio Kas)... 57

3. Quick Ratio (Rasio Cepat)... 58

4. Working Capital to Total Assets Ratios (Ratio Modal Kerja)... 59

B. Rasio Profitabiltas... 61

1. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)... 62

2. Operating Income Ratio (Rasio Laba Operasi)... 63

3. Operating Ratio (Rasio Operasi)... 65

4. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)... 66

5. Rate of Return On Total Assets (Tingkat Pengembalian atas Aktiva)... 67

6. Rate of Return on Investment (Tingkat Pengembalian atas Investasi)... 69

7. Rate of Return on Equity / Rate of Return for the owner (Tingkat Pengembalian atas Modal Sendiri)... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 72

B. Saran... 75 DAFTAR PUSTAKA


(8)

vii

No. Judul Halaman

Tabel 1.1 Aktiva Lancar dan Hutang LancarTahun PT. Perkebunan

Nusantara IV (Persero) 2001 – 2006... 3 Tabel 1.2 Jumlah Penjualanan dan Laba serta Total Aktiva PT. Perkebunan

Nusantara IV (persero) Tahun 2001 – 2006... 3 Tabel 3.1 Neraca PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Per 31 Desember 2001 – 2003... 40 Tabel 3.2 Neraca PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Per 31 Desember 2004 – 2006... 42 Tabel 3.3 Laporan Laba Rugi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Per 31 Desember 2001 – 2003... 44 Tabel 3.4 Laporan Laba Rugi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Per 31 Desember 2004 – 2006... 45 Tabel 4.1 Rasio Likuiditas PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Tahun 2001-2006... 55 Tabel 4.2 Rasio Profitabiltas PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)


(9)

viii

No. Judul Halaman

Grafik 4.1 Trend Rasio LikuiditasPT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)... 53

Grafik 4.2 Trend Current Ratio PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)... 56

Grafik 4.3 Trend Cash Ratio PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)... 57

Grafik 4.4 Trend Quick Ratio PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)... 58

Grafik 4.5 Trend Working Capital to Total Assets Ratios PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)... 59

Grafik 4.6 Trend Rasio Likuiditas PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)... 61

Grafik 4.7 Trend Gross Profit Margin PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)... 62

Grafik 4.8 Trend Operating Income Ratio PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)... 63

Grafik 4.9 Trend Operating Ratio PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)... 65

Grafik 4.10 Trend Net Profit Margin PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)... 66

Grafik 4.11 Trend Rate of Return On Total Assets PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)... 67

Grafik 4.12 Trend Rate of Return on Investment PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)... 69

Grafik 4.13 Trend on Equity Rate of Return PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)... 70


(10)

ix

No. Judul Halaman

Gambar 1.3 Kerangka Konseptual... 5 Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)…… 32


(11)

i

Murviana Koto, (2008), Analisis Kondisi Keuangan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Ditinjau Dari Rasio Likuiditas dan Profitabilitas, Drs. Syahyunan M.Si (Pembimbing), Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, SE, M.si (Ketua Departemen Manajemen), Dra.Friska S.M.si (Penguji I), Dra. Lisa Marlina M.si (Penguji II).

Penelitian tentang Analisis Likuiditas dan Profitabilitas ini dilakukan untuk mengkaji lebih dalam mengenai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang segera harus dipenuhi dan perofitabilitas perusahaan selama tahun 2001 hingga tahun 2006. Penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) dari bulan September sampai dengan Desember 2007. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) yaitu neraca dan laporan laba rugi tahun 2001 hingga 2006.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah metode analisis deskriptif berdasarkan metode time series dan analisis trend dengan terlebih dahulu mengumpulkan data melalui wawancara dan studi dokumentasi. Analisis ini dilakukan dengan cara menghitung dan menganalisis rasio likuiditas dan rasio profitabilitas kemudian melihat trend dan kecenderungan terhadap likuiditas dan profitabilitas perusahaan.

Hasil analisis pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) menunjukkan bahwa likuiditas dan profitabilitas PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) masih kurang baik, dapat dilihat dari angka-angka rasio likuiditas dan angka-rasio profitabilitas. Rasio likuiditas masih dibawah standart teori, dan modal kerja bersih selama tahun 2001 hingga 2007 mengalami defisit. Likuiditas perusahaan juga masih kurang baik disebabkan oleh aktiva lancar yang masih dibawah utang lancar. Profitabilitas perusahaan juga masih kurang baik disebabkan oleh angka-angka rasio profitabilitas yang dibawah standart teori dan adanya peningkatan aktiva tetap yang besar dari tahun 2004 hingga tahun 2006 yang mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan.


(12)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pada umumnya tujuan utama perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimal, demi kelangsungan hidup dan pertumbuhan usahanya. Hal ini menjadi dasar pentingnya pengelolaan yang maksimal untuk pengambilan keputusan dan pertimbangan tentang apa yang perlu dicapai perusahaan dan prospek pertumbuhannnya di masa yang akan datang.

Pengelolaan dan analisis terhadap laporan keuangan digunakan sebagai dasar perencanaan kebijakan yang akan diambil sebagai langkah dan merupakan barometer terhadap kemajuan perusahaan yang bertujuan agar kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Analisis rasio keuangan merupakan bentuk atau cara yang digunakan perusahaan untuk menganalisis laporan keuangan yang telah ada. Rasio merupakan cara analisis dengan menggunakan perhitungan-perhitungan perbandingan atas data kuantitatif yang ditunjukkan dalam neraca maupun laporan laba rugi.

Penggunaan analisis rasio akan memberikan arti bahwa ada suatu standar tertentu sebagai pegangan untuk penilaian sehingga dapat dilihat perkembangannya dari waktu kewaktu atau dapat diperbandingkan dengan rasio perusahaan lain yang sejenis, yang mempunyai skala dan lingkungan yang kurang lebih sama. Hal ini dimaksudkan agar dapat dilihat perkembangan maju mundurnya kondisi keuangan perusahaan atau dapat diketahui perusahaan lebih baik atau lebih buruk dari perusahaan lain yang sejenis, dengan barometer ini, analisis rasio akan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi perusahaan dalam hubungannya dengan kebijakan-kebijakan yang akan diambil.


(13)

Apapun jenis perusahaan tentu memiliki dua tujuan pokok, yaitu profitable (kecuali berbentuk non profit atau nirlaba) dan survive. Hal pokok profitable dan survive adalah dua hal yang saling mendukung. Artinya jika perusahaan ingin tetap survive maka perusahaaan tentunya harus menghasilkan laba (profitable) guna membiayai kegiatan operasionalnya, umumnya perusahaan tidak akan dapat bertahan (survive) tanpa adanya kemampuan untuk menghasilkan laba.

Masalah profitabilitas perusahaan sangatlah penting karena untuk dapat melangsungkan kegiatan operasionalnya, suatu perusahaan harus selalu berada dalam keadaan menguntungkan. Tanpa adanya keuntungan akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Pihak manajemen perusahaan akan berusaha meningkatkan keuntungan, karena keuntungan (profitabilitas) menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kas dan modal.

Persoalan likuiditas bagi perusahaan adalah persoalan yang sangat berkaitan erat dengan kepentingan pengelola perusahaan, para pemegang saham, kreditur dan pemerintah. Likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia.

PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) yang berkantor pusat di Jl. Suprapto No.2 Medan adalah perusahaan yang menjalankan usaha agribisnis dibidang perkebunan kelapa sawit, teh dan kakao, serta menghasilkan produk minyak kelapa sawit, inti sawit, teh jadi, biji kakao kering, serta produk turunannya, yang dalam melakukan kegiatannya memerlukan kinerja manajerial yang efektif dan efisien, terutama dalam hal mengelola likuiditas dan profitabilitas agar perusahaan dapat tetap mengembangkan usahanya.


(14)

Berikut ini adalah aktiva lancar dan hutang lancar dari PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) yang ditunjukkan sebagai berikut:

Tabel 1.1

PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Aktiva Lancar dan Hutang Lancar

Tahun 2001 – 2006 (dalam Rupiah)

Keterangan

TAHUN

2001 2002 2003 2004 2005 2006

Aktiva Lancar

272,730,437,484 370,668,890,881 291,858,957,774 482,518,080,920 543,078,823,674 652,832,576,859 Hutang Lancar

394,796,536,305 382,123,285,580 434,663,141,839 570,392,192,551 645,898,207,059 956,359,331,086

Sumber: Laporan Keuangan dari PT. Perkebunan Nusantara IV (persero) 2007 (data diolah)

Dari Tabel 1.1 diketahui bahwa jumlah aktiva lancar dan hutang lancar PT.Perkebunan Nusantara IV (Persero) dari tahun 2001 hingga 2006 berfluktuasi dan data diatas juga menunjukkan bahwa jumlah hutang lancar lebih besar dari aktiva lancar pada setiap tahunnya sehingga hal ini dapat menimbulkan masalah bagi likuiditas perusahaan tersebut dikemudian hari.

Tabel 1.2

PT. Perkebunan Nusantara IV (persero) Jumlah Penjualan dan Laba serta Total Aktiva

Tahun 2001 – 2006 (dalam Rupiah)

Keterangan

TAHUN

2001 2002 2003 2004 2005 2006

Penjualanan 1,443,075,617,879 1,775,870,770,112 2,074,391,633,911 2,532,780,188,061 2,267,138,039,247 2,196,655,327,305 Laba Bersih

44,601,758,345 90,573,000,794

83,642,935,472 104,824,190,512 221,434,283,345 145,286,683,286 Total Aktiva

1,622,345,822,005 1,707,822,891,745

1,759,899,141,759 2,070,885,726,453 2,451,613,787,209

3,042,969,113,684

Sumber: Laporan Keuangan dari PT. Perkebunan Nusantara IV (persero) 2007 (data diolah)

Dari Tabel 1.2 menunjukkan bahwa penjualanan mengalami peningkatan dari tahun 2001 hingga 2004 namun mengalami penurunan ditahun 2005 dan 2006. Laba bersih berfluktuasi setiap tahunnya, dan meskipun penjualanan, menurun ditahun 2005 namun laba bersih tahun 2005 meningkat dan menjadi laba bersih terbesar dalam rentang waktu 6 tahun ini.


(15)

Berdasarkan Tabel 1.1 dan 1.2 menggambarkan masalah yang dihadapi perusahaan berkaitan dengan likuiditas dan profitabilitas perusahaan. Karena kenaikan dan penurunan dari pos-pos likuiditas dan profitabilitas tersebut akan berdamfak pada kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Hal ini yang melatar belakangi ketertarikan penulis dalam membahas masalah ini dalam judul skripsi: “Analisis Kondisi Keuangan PT.Perkebunan Nusantara IV (Persero) Ditinjau dari Rasio Likuiditas dan Profitabilitas”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana kondisi keuangan perusahaan ditinjau dari rasio profitabilitas dan rasio likuiditas".

C. Kerangka Konseptual

Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu (Harahap, 2001:15). Laporan keuangan bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap aktivitas perusahaan, untuk mengetahui likuiditas dan profitabilitas perusahaan, maka neraca dan laporan laba/rugi merupakan laporan keuangan sebagai alat untuk menganalisis rasio keuangan. Rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang merupakan hubungan yang relevan dan signifikan (Harahap, 2001:297). Rasio keuangan yang dapat menilai likuiditas dan profitabilitas perusahaan adalah rasio likuiditas dan profitabilitas. Dengan menganalisis kedua rasio tersebut maka perusahaan dapat mempeoleh informasi terhadap kemampuan likuiditas dan profitabilitas perusahaan.


(16)

Kerangka konseptual yang telahd iuraikan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Laporan Keuangan

Neraca Laporan Laba / Rugi

Rasio Keuangan

Rasio Likuiditas

Current Ratio Cash Ratio Quick Ratio

Working Capital to Total Assets Ratios

Rasio Profitabilitas

Gross Profit Margin Operating Income Ratio Operating Ratio

Net Profit Margin

Rate of Return On Total Assets Rate of Return on Investment Rate of Return on Equity

Informasi

Likuiditas dan Profitabilitas Perusahaan

Sumber: Riyanto (2001:332) (data diolah) Gambar 1.3. Kerangka Konseptual


(17)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi keuangan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain :

a. Sebagai penambah dan masukan dalam pengembangkan kemampuan berfikir penulis untuk pembuatan suatu karya ilmiah dengan menggunakan teori-teori yang relevan.

b. Sebagai bahan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang keuangan khususnya dalam rasio profitabilitas dan likuiditas.

c. Sebagai tambahan informasi bagi perusahaan tentang kondisi keuangan perusahaan, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan atau keputusan keuangan dimasa depan.

d. Sebagai referensi bagi pihak lain terutama bagi mahasiswa dalam melakukan penelitian selanjutnya khususnya mengenai kondisi keuangan perusahaan ditinjau dari rasio profitabilitas dan rasio likuiditas.

E. Metode Penelitian

1. Batasan Operasional

Untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisa permasalahan, maka ditetapkan batasan operasional dari penelitian ini, yaitu: a. Ruang lingkup permasalahan dari penelitian ini hanya sebatas rasio


(18)

b. Laporan Keuangan perusahaan yang digunakan adalah laporan keuangan neraca dan laba rugi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)periode tahun 2001-2006.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada PT. Perkebunan Nusantara IV Medan yang terletak di Jl. Suprapto No. 2 Medan. Waktu penelitian dimulai dari bulan September sampai dengan Desember 2007.

3. Jenis Data dan Sumber Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder yang bersumber dari :

a. Sejarah singkat perusahaan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).

b. Struktur organisasi dan pembagian tugas pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).

c. Neraca dan Laporan Laba Rugi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) periode 2001 - 2006.

d. Hasil publikasi, buku-buku ilmiah, dan literatur lainnya yang diperoleh sehubungan dengan masalah yang penulis teliti.

4. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang telah didokumentasikan perusahaan berupa neraca, laporan laba rugi, hasil publikasi, buku-buku ilmiah dan literatur lainnya yang berkaitan dengan penelitian.


(19)

b. Wawancara

Melakukan komunikasi langsung dengan pihak yang berwenang yang dianggap dapat memberikan informasi yang dibutuhkan untuk mendukung penulisan skripsi ini.

5. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan yaitu metode analisis deskriptif berdasarkan metode time series yang merupakan metode analisis tentang keadaan perusahaan melalui pengumpulan, penyusunan, dan analisa data mengenai sejarah perusahaan, struktur organisasi, dan kegiatan perusahaan sehingga terbentuk gambaran kondisi keuangan perusahaan.


(20)

9

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dilakukan oleh Sari (2005), yang meneliti dengan judul "Analisis Posisi Likuiditas dan Kemampulabaan studi kasus PT. Perkebunan Nusantara IV Adolina", menyimpulkan bahwa adanya penurunan tingkat likuiditas dan kemampulabaan pada perusahaan yang disebabkan adanya penurunan modal kerja dan adanya penambahan aktiva tetap yang dibelanjai dengan aktiva lancar, sehingga terjadi penurunan yang sangat tajam pada kas dan bank. Sedangkan penurunan kemampulabaan disebabkan adanya penurunan laba usaha walaupun pada dasarnya penjualanan mengalami peningkatan tetapi tidak sebanding dengan peningkatan biaya yang mengalami peningkatan lebih besar dari penjualanan.

Raini (2005) melakukan penelitian dengan judul "Analisa Profitabilitas pada PT.Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa", menyimpulkan bahwa ditinjau dari rasio-rasio kemampulabaan yang umum, kemampuan peruahaan memperoleh laba sangat rendah dan harga pokok penjualanan dinilai cukup tinggi akibat dari harga pokok produksi dan biaya produksi yang sangat besar menjadi penyebab turunnya profitabilitas perusahaan sehingga perusahaan diharapkan membuat terobosan-terobosan baru agar penjualanan meningkat sehingga mampu meningkatkan pendapatan perusahaan.


(21)

B. Laporan Keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan Keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan suatu perusahaan. Kondisi keuangan ini perlu dianalisis secara teratur agar dapat diambil kebijaksanaan yang sesuai dengan kebutuhan keuangan untuk pelaksanaan kegiatan perusahaan.

Analisis keuangan melibatkan penilaian terhadap keuangan dimasa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang. Tujuannya untuk menemukan kelemahan-kelemahan didalam kondisi keuangan perusahaan yang dapat menyebabkan masalah-masalah di masa yang akan datang dan untuk menentukan kekuatan-kekuatan perusahaan yang dapat diandalkan. Apabila kelemahan telah diketahui maka dapat ditentukan kebijaksanaan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi kelemahan tersebut. Hasil yang sudah baik harus tetap dipertahankan dan sebisa mungkin dilakukan perkembangan untuk kemajuan di masa yang akan datang.

Marom (2001:2) menyatakan bahwa laporan keuangan adalah produk dari manajemen dalam rangka mempertanggung jawabkan penggunaan sumber daya dan sumber dana yang dipercaya kepadanya. Secara umum laporan ini menyediakan informasi tentang posisi keuangan pada saat tertentu, kinerja dan arus kas dalam suatu periode yang diajukan bagi pengguna laporan diluar perusahaan untuk menilai dan mengambil keputusan yang bersangkutan.

Menurut Martono dan Harjito (2007:51), laporan keuangan (financial statement) merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Laporan keuangan secara garis besar dibedakan menjadi empat macam, yaitu laporan neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan modal dan laporan aliran kas.


(22)

Menurut Harahap (2004:7) Laporan Keuangan melalui sistem atau proses akuntansi akan menghasilkan laporan yang berisi hal-hal sebagai berikut :

1. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu. Neraca menggambarkan posisi harta, utang, dan modal pada tanggal tertentu.

2. Perhitungan laba rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya, laba rugi perusahaan pada suatu periode tertentu. Laba rugi menggambarkan hasil yang diterima perusahaan selama suatu periode tertentu serta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil tersebut serta labanya.

3. Laporan dan sumber penggunaan dana, yang memuat sumber dana dan pengeluaran perusahaan selama satu periode. Dana bisa diartikan kas bisa juga modal kerja.

4. Laporan Arus Kas, merupakan ikhtisar arus kas masuk dan arus kas keluar yang dalam format laporannya dibagi dalam kelompok-kelompok kegiatan operasi, kegiatan investasi dan kegiatan pembiayaan.

Dikemukakan pula bahwa oleh Martono dan Harjito (2007:52) laporan keuangan yang baik dan akurat dapat menyediakan informasi yang berguna yaitu :

1. Pengambilan keputusan akuntansi 2. Keputusan pemberian kredit 3. Penilaian aliran kas

4. Penilaian sumber-sumber ekonomi

5. Melakukan klaim terhadap sumber-sumber dana

6. Menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi terhadap sumber-sumber dana.


(23)

2. Manfaat Laporan Keuangan

Selain itu laporan keuangan juga menyediakan informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu, masa sekarang dan meramalkan posisi dan kinerja keuangan dia masa yang akan datang. Laporan keuangan sangat dibutuhkan oleh pihak internal dan external perusahaan, pengguna laporan keuangan menurut Harahap (2004:7) meliputi:

1. Pemilik Perusahaan

Bagi pemilik perusahaan, laporan keuangan dimaksudkan untuk: a. Menilai prestasi atau hasil yang diperoleh manajemen. b. Mengetahui hasil deviden yang akan diterima.

c. Menilai posisi keuangan perusahaan dan pertumbuhannnya. d. Mengetahui nilai saham dan laba per lembar saham.

e. Sebagai dasar untuk memprediksi kondisi perusahaan di masa akan datang. f. Sebagai dasar untuk mempertimbangkan menambah atau mengurangi

investasi.

2. Manajemen Perusahaan

Bagi manajemen perusahaan, laporan keuangan ini digunakan untuk: a. Alat untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan kepada pemilik.

b. Mengukur tingkat biaya dari setiap kegiatan operasi perusahaan, divisi, bagian, atau segmen tertentu.

c. Mengukur tingkat efisiensi dan tingkat keuntungan perusahaan

d. Menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan perlu tidaknya diambil kebijakan baru.


(24)

3. Bagi investor, laporan keuangan dimaksudkan untuk: a. Menilai kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. b. Menilai kemungkinan menanamkan dana dalam perusahaan.

c. Menilai kemungkinan menanamkan divestasi (menarik investasi) dari perusahaan dari perusahaan.

d. Menjadi dasar memprediksi kondisi perusahaan di masa datang. 4. Bagi Kreditur atau Banker laporan keuangan digunakan untuk:

a. Menilai kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka pendek.

b. Menilai kualitas jaminan untuk menopang kredit yang akan diberikan c. Melihat dan memprediksi prospek keuntungan yang mungkin diperoleh

dari perusahaan atau menilai perusahaan.

d. Menilai kemampuan likuiditas, solvabilitas, rentabilitas perusahaan sebagai dasar dalam pertimbangan keputusan kredit.

e. Menilai sejauh mana perusahaan mengikuti perjanjian kredit yang sudah disepakati.

5. Bagi Pemerintah dan Regulator laporan keuangan dimaksudkan: a. Menghitung dan menetapkan jumlah pajak yang harus dibayar. b. Sebagai dasar dalam penetapan-penetapan kebijaksanaan baru. c. Menilai apakah perusahaan memerlukan bantuan atau tindakan lain. d. Menilai kepatuhan perusahaan terhadap aturan yang ditetapkan.

6. Bagi para Analisis, Akademis, Pusat Data Bisnis dan juga lembaga pengumpulan data sebagai sumber informasi primer yang akan diperoleh.


(25)

C. Rasio Keuangan

1. Analisis Rasio Keuangan

Kondisi keuangan perusahaan dan prestasi perusahaan dapat tercermin pada laporan keuangan perusahaan. Ukuran yang sering digunakan adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Analisis rasio keuangan menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan laba rugi satu dengan lainnya, dapat memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada saat ini (Sawir, 2005:6).

Analisis rasio keuangan merupakan analisis yang paling populer untuk mengidentifikasi kondisi keuangan dan kinerja keuangan perusahaan. Pada dasarnya untuk menghitung rasio keuangan pada suatu perusahaan diperlukan angka-angka yang ada dalam neraca saja, laporan rugi laba saja, atau kombinasi antara keduanya, disebut rasio karena yang dilakukan pada dasarnya adalah membandingkan (membagi) antara satu item tertentu dalam laporan keuangan dengan item lainnya. Cara ini ternyata lebih dapat menjelaskan makna suatu angka yang ada di laporan keuangan dibandingkan dengan hanya melihat angka tersebut dengan begitu saja.

Menyadari bahwa rasio keuangan pada dasarnya tidak memiliki nilai uang yang sebenarnya tetapi merupakan perbandingan dua angka yang memiliki nilai. Oleh karena itu, rasio keuangan hanya merupakan suatu petunjuk atau suatu indikasi mengenai kondisi keuangan perusahaan, namun tidak merupakan gambaran lengakap mengenai kondisi keuangan perusahaan yang bersangkutan. Mengingat hal itu maka pengambil keputusan keuangan harus berhati-hati dalam melakukan penafsiran terhadap rasio keuangan tersebut (Syahyunan, 2002:81)


(26)

Menurut Riyanto ada empat rasio keuangan yaitu : 1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios)

Rasio likuiditas merupakan rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur likuditas perusahaan atau untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu atau yang segera jatuh tempo. Rasio yang digunakan utuk mengukur likuiditas adalah:

a. Current Ratio (Rasio Lancar) b. Cash Ratio (Rasio Kas) c. Quick Ratio (Rasio Cepat)

d. Working Capital to Total Assets Ratios (Rasio Modal Kerja) 2. Rasio Leverage (Leverage Ratios)

Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang atau digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh hutangnya atau dengan kata lain bahwa rasio ini dapat pula digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mendanai kegiatan usahanya, apakah lebih banyak menggunakan hutang atau ekuitas. Rasio yang biasa digunakan untuk mengukur leverage adalah:

a. Debt Ratio

b. Debt to Equity Ratio c. Time Interest Earned Ratio d. Fixed Charge Coverage 3. Rasio Aktivitas (Activity Ratios)

Rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa efektif manajemen perusahaan menggunakan aktiva yang dimilikinya dalam melaksanakan kegiatan perusahaan.


(27)

Rasio yang umum digunakan untuk mengukur aktivitas, adalah: a. Inventory Turnover

b. Average Collection Period c. Working Capital Turnover d. Fixed Assets Turnover e. Total Assets Turnover

4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratios)

Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio yang umum digunakan adalah:

a. Gross Profit Margin b. Operating Income Ratio c. Operating Ratio

d. Net Profit Margin

e. Rate of Return On Total Assets f. Rate of Return on Investmen g. Rate of Return on Equity

2. Manfaat Rasio Keuangan

Pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan dan analisisnya. Para kreditur (bankir) berkepentingan dengan kemampuan perusahaan untuk mengembalikan hutang-hutangnya. Pihak pemerintah lebih berkepentingan dengan membayar pajak dari perusahaan, sedangkan pihak investor (pemegang saham) akan melihat pada sisi kemampuan perusahaan dalam mendapatkan keuntungan. Analisis keuangan dapat dilakukan oleh berbagai pihak untuk berbagai keperluan. Hanya saja kita perlu memahami bahwa laporan keuangan yang dipergunakan sebagai dasar


(28)

analisis keuangan hanyalah merupakan rekaman apa yang telah terjadi selama periode tertentu.

Analisis dalam rentang waktu periode tersebut (biasanya satu tahun) tidak cukup untuk mencerminkan hasil keputusan-keputusan keuangan. Situasi ini yang disebut short termist, yang berarti hanya memusatkan perhatian pada satu periode satu tahun, padahal dampak keputusan keuangan tersebut meliputi jangka panjang Syahyunan (2002:82).

Analisis Rasio ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan tehnik analisis lainnya (Harahap, 2004:298), keunggulan tersebut adalah:

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang mudah lebih dibaca dan ditafsirkan.

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

3. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain.

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-mdel dalam pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score).

5. Menstandarisir size perusahaan.

6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series.

7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang.

3. Keterbatasan Rasio Keuangan

Analisis rasio memiliki beberapa kelemahan atau keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya, agar tidak salah dalam menggunakannya. Adapun kelemahan atau keterbatasan analisis rasio antara lain adalah:


(29)

1. Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha. 2. Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda. 3. Rasio keuangan disusun dari data akunansi dan data tersebut dipengruhi oleh

cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manipulasi. 4. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan.

(Syahyunan, 2002:82).

Keterbatasan analisis rasio keuangan yang dikemukakan oleh Harahap (2004:298) adalah:

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuanga juga menjadi keterbatasan tehnik, seperti:

a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subjektif.

b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.

c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdamfak pada angka rasio. d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan

berbeda oeh perusahaan yang berbeda.

3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.


(30)

5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja tehnik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama, karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan .

D. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi dengan kata lain mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan segera.

Apabila perusahaan memiliki kemampuan memenuhi kewajiban finasialnya yang segera harus dipenuhi dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut likuid, dan sebaliknya perusahaan yang tidak mampu membayar kewajiban fiansialnya yang segera harus dipenuhi perusahaan tersebut dikatakan illikuid.

Berpedoman pada likuiditas, untuk membiayai suatu aktiva tertentu perlu diusahakan agar jangka waktu pembayaran modal yang dipinjam tidak lebih singkat dari jangka waktu penggunaan atau jangka waktu terikatnya modal tersebut dalam perusahaan. Rasio Likuiditas terdiri dari empat rasio, yaitu:

a. Current Ratio (Rasio Lancar)

Current ratio adalah suatu cara untuk menghitung kemampuan membayar hutang-hutang lancar atau hutang jangka pendeknya, karena rasio ini menunjukkan besarnya tagihan atas hutang jangka pendek oleh kreditur yang dapat ditutup oleh harta yang diharapkan dapat diubah menjadi bentuk uang kas suatu saat bersamaan dengan waktu pembayaran hutang. Perhitungannya dapat dilakukan sebagai berikut:

Lancar Utang

Lancar Aktiva

Ratio


(31)

b. Cash ratio (Rasio Kas)

Cash ratio (Rasio Kas) merupakan alat pengukur likuiditas paling tinggi, apabila dengan rasio cair (quick ratio) masih belum cukup untuk menjajaki sampai dimana keadaan likuiditas perusahaan tersebut, maka dihitung dengan rasio kas.

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban segeranya dengan mengandalkan jumlah uang yang tersedia baik dalam kas perusahaan maupun yang tersedia di bank. Perhitungannya dapat dilakukan sebagai berikut:

Lancar Utang

Efek Kas

Ratio

Cash = + x 100%

c. Quick Ratio (Rasio Cepat)

Quick Ratio (Rasio Cepat) merupakan kemampuan membayar hutang lancar dengan dana yang tersedia pada kas ditambah dengan surat-surat berharga dan piutangnya. Perhitungannya dapat dilakukan sebagai berikut:

Lancar Utang

Piutang Efek

Kas Ratio

Quick = + + x 100%

d. Working Capital to Total Assets Ratios (Ratio Modal Kerja)

Working Capital to Total Assets Ratios (Ratio Modal Kerja) merupakan kemampuan perusahaan membayar dengan aktiva yang liquid bebas hutang lancar dibandingkan dengan keseluruhan kekayaan (total aktiva). Rasio ini menunjukkan likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja bersih. Perhitungannya dapat dilakukan sebagai berikut:

Aktiva Jumlah

Lancar Hutang

-Lancar Aktiva

Ratio Capital


(32)

E. Cara Meningkatkan Likuiditas

Likuiditas merupakan hubungan antara aktiva lancar dengan hutang lancar, maka perubahan terhadap aktiva lancar maupun hutang lancar baik secara sendiri atau secara bersama-sama tapi dalam tingkat yang berbeda akan mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan. Perubahan aktiva dan hutang lancar secara bersama-sama dapat dilihat dengan terjadinya modal kerja.

Menurut Sugiyarto dan Winarni (2005:17) pengertian modal kerja adalah perbedaan antara aktiva lancar dengan hutang lancar (net working capital). Perubahan terhadap modal kerja antara lain disebabkan adanya transaksi-transaksi baik menambah maupun mengurangi modal kerja.

Adapun transaksi-transaksi yang dapat menambah modal kerja perusahaan adalah:

a. Adanya keuntungan dari hasil operasi perusahaan. b. Meningkatkan modal perusahaan

c. Adanya pengurangna aktiva tetap

d. Adanya peningkatan hutang jangka panjang (Sugiyarto dan Winarni, 2005:18) Transaksi-transaksi yang dapat mengurangi modal kerja adalah:

a. Adanya kerugian

b. Pertambahan aktiva tetap c. Adanya pembayaran deviden


(33)

F. Rasio Profitabilitas (Kemampulabaan)

Profitabilitas (kemampulabaan) berhubungan dengan bagaimana kebijakan dan keputusan yang diambil oleh pihak manajemen perusahaan dalam usaha untuk meningkatkan pendapatan yang dalam hal ini adalah laba (profit) dengan sumber dana yang tersedia dalam aktivitas perusahaan.

Kemampulabaan merupakan hasil akhir dari berbagai kebijakan dan keputusan yang dijalankan dan diambil oleh perusahaan. Kemampulabaan memberikan suatu jawaban akhir dari berbagai kebijakan dan keputusan yang dijalankan dan diambil oleh perusahaan. Kemampulabaan memberikan suatu jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan.

Kemampulabaan yang sering juga disebut dengan rentabilitas perusahaan menunjukkan perbandingan antara aktiva atau modal yang menghasilkan laba bagi perusahaan. Alat yang umum digunakan utuk mengevaluasi kemampulabaan selalu dihubungkan dengan penjualan yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Rasio-rasio profitabilitas itu adalah:

a. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)

Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor) adalah persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan. Semakin tinggi marjin kotor maka semakin baik dan secara relatif semakin rendah harga pokok penjualan. Perhitungannya dapat dilakukan sebagai berikut:

Penjualan Kotor Laba Margin

Profit


(34)

b. Operating Income Ratio (Rasio Laba Operasi)

Operating Income Ratio (Rasio Laba Operasi) mengukur laba yang dihasilkan murni dari kegiatan operasi perusahaan tanpa melihat beban bunga dan beban pajak. Perhitungannya dapat dilakukan sebagai berikut:

Penjualan Usaha Laba Ratio

Income

Operating = x100%

c. Operating Ratio (Rasio Operasi)

Operating Ratio (Rasio Operasi) merupakan persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah semua biaya dan pengeluaran kegiatan operasi perusahaan. Perhitungannya dapat dilakukan sebagai berikut:

Penjualan

Usaha Biaya Penjualan

Pokok Harga

Ratio

Operating = + x100%

d. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)

Net Profit Margin (Margin Laba Bersih) merupakam persentase dari setiap sisa hasil penjualan sesudah dikurangi semua biaya dan pengeluaran termasuk bunga dan pajak. Perhitungannya dapat dilakukan sebagai berikut:

Penjualan

Pajak Setelah Pendapatan

Margin Profit

Net = x100%

e. Rate of Return On Total Assets (Tingkat Pengembalian atas Aktiva)

Rate of Return On Total Assets (Tingkat Pengembalian atas Aktiva) merupakan persentase dari setiap hasil usaha penjualan sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva perusahaan.


(35)

Perhitungannya dapat dilakukan sebagai berikut:

Aktiva Jumlah

Pajak dan Bunga Sebelum Pendapatan

ROA= x100%

f. Rate of Return on Investment (Tingkat Pengembalian atas Investasi)

Rate of Return on Investment (Tingkat Pengembalian atas Investasi) merupakan persentase dari setiap sisa hasil usaha penjualan sesudah dikurangi biaya bunga dan pajak dibanding dengan total aktiva perusahaan. Perhitungannya dapat dilakukan sebagai berikut:

Aktiva Jumlah

Pajak Setelah Pendapatan

ROI= x100%

g. Rate of Return on Equity / Rate of Return for the owner (Tingkat Pengembalian atas Modal Sendiri)

Rate of Return on Equity / Rate of Return for the owner (Tingkat Pengembalian atas Modal Sendiri merupakan persentase dari setiap sisa hasil usaha penjualan dikurangi dengan biaya bunga dan pajak dibandingkan dengan jumlah modal sendiri. Perhitungannya dapat dilakukan sebagai berikut:

Sendiri) (Modal

Ekuitas

Pajak Setelah Pendapatan

ROE= x100%

G. Cara Meningkatkan Profitabilitas

Profitabilitas pada dasarnya menunjukkan hubungan antara penjualan dengan laba yang diperoleh perusahaan, dalam usaha untuk meningkatkan tingkat kemampulabaan, fokus utamanya adalah pada 2 faktor tersebut yaitu penjualan dan laba perusahaan.


(36)

Beberapa hal yang dapat meningkatkan profitabilitas adalah: a. Meningkatkan Efisiensi

1. Net Working Income adalah kelebihan net sales diatas seluruh biaya-biaya produksi. Meningkatkan efisiensi artinya berusaha agar biaya-biaya yang dikeluarkan dapat ditekan atau diturunkan tanpa mengurangi volume penjualan atau persentase kenaikan penjualan lebih besar dari kenaikan biaya-biaya.

2. Meningkatkan Efektivitas

Efektivitas meupakan pencapaian sasaran yang telah ditentukan atau dalam hal ini efektifitas merupakan kemampuan mencapai volume penjualan sesuai dengan yang direncanakan yang sesuai dengan dana yang disesuaikan atau mempertinggi volume penjualan lebih besar dari biaya.

b. Meningkatkan Sales mengurangi Operating Expens

1. Memperbesar jumlah penjualan yang relatif lebih besar dari pertambahan biaya usaha operating expens, atau dengan kata lain menambah biaya usaha (operating expens) sampai tingkat tertentu sebagai usaha tercapainya tambahan sales yang sebesar-besarnya, namun tambahan sales harus lebih besar dari tambahan biaya usaha.

2. Mengurangi pendapatan dari penjualan sampai tingkat tertentu dengan maksud adanya pengurangan biaya usaha yang sebesar-besarnya, atau dengan kata lain mengurangi biaya usaha relatif lebih besar daripada berkurangnya pendapatan dari penjualan. Meskipun jumlah penjualan selama periode tertentu berkurang tetapi karena disertai dengan berkurangnya biaya usaha yang lebih sebanding maka akibatnya profit marjin akan semakin besar.


(37)

c. Meningkatkan Turn Over of Operating Asset

3. Memperbesar jumlah penjualan relatif lebih besar dari pertambahan operating assets.

4. Menambah penjualan sampai tingkat tertentu diusahakan penurunan operating assets sebenar-benarnya (Riyanto, 2001:39).


(38)

27

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO)

A. Sejarah Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara bidang perkebunan yang berkedudukan di Sumatera Utara. Perusahan-perusahaan perkebunan di Sumatera Utara mempunyai sejarah panjang sejak zaman Belanda. Sejak awal berdirinya, perkebunan ini adalah milik maskapai Belanda yang dinasionalisasikan sekitar tahun 1959 dan selanjutnya mengalami perubahan organisasi beberapa kali sebelum menjadi PT. Perkebunan Nusantara IV (persero).

Secara kronologis riwayat PT. Perkebunan Nusantara IV (persero) dapat disajikan sebagai berikut :

1. Tahun 1958, tahap nasionalisasi

Perusahaan-perusahaan swasta asing (Belanda) seperti HVA dan RCMA dinasionalisasikan oleh Pemerintah RI dan kemudian dilebur menjadi Perusahaan milik Pemerintah atas dasar Peraturan Pemerintah no. 19 tahun 1959.

2. Tahun 1967, tahap regrouping I

Pada tahun 1967-1968 selanjutnya pemerintah melakukan regrouping menjadi Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Aneka Tanaman, PPN Karet dan PPN serat.

3. Tahun 1969, tahap perubahan menjadi perusahaan negara perkebunan (PNP). Kepres No.144 tahun 1968, Perusahaan Perkebunan Negara (PNP) yang ada di Sumut dan Aceh diregrouping ulang menjadi PNP I s.d IX.


(39)

4. Tahun 1971, tahap perubahan menjadi Perusahaan Perseroan.

Dasar peraturan pemerintah No.29 tahun 1971, perusahaan negara perkebunan (PNP) dialihkan menjadi perusahaan terbatas persero dengan resmi PT. Perkebunan 1 s.d IX (Persero).

5. Tahun 1969, tahap peleburan menjadi PTPN

Berdasarkan peraturan pemerintah No. 9 1999 tanggal 14 Februari 1996. Semua PTP yang ada di Indonesia diregrouping kembali dan dilebur menjadi PTPN 1 s.d XIV.

PT. Perkebunan Nusantara IV (persero) merupakan hasil peleburan dari tiga Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan Nusantara VI, Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan Nusantara VII, dan Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan Nusantara VIII yang berada di wilayah Sumatera Utara. Sedangkan proyek pengembangan PTP IV, PTP VII dan PTP VIII yang ada diluar Sumatera Utara diserahkan PTPN yang dibentuk di masing-masing propinsi.

B. Bidang Usaha Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) mengelola 3 (tiga) budidaya perkebunan yang berupa tanaman kelapa sawit dan teh dengan 31 unit kebun yang dilengkapi dengan sarana pengolahannya berupa 16 unit pabrik kelapa sawit (PKS), 1 unit pabrik pemurnian minyak Sawit, 1 unit pabrik pengolahan inti Sawit, 4 unit pabrik pengeringan biji kakao, 6 unit pabrik pengolahan teh, 1 unit perbengkelan dan 3 unit rumah sakit.

Kegiatan usaha perusahaan tersebut terletak diatas lahan seluas 151.968 Ha areal konsesi, yang tersebar di 8 (delapan) kabupaten daerah tingkat II, yaitu


(40)

kabupaten Simalungun, Serdang Bedagai, Asahan, Labuhan Batu, Langkat, Toba Samosir, dan Kotamadya Medan.

PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) merupakan salah satu BUMN di Indonesia, Sebagai perusahaan yang bergerak dibidang agraris Pihak PT. Perkebunan Nusantara IV mengelola tiga jenis komoditi, yakni :

1. Produk Kelapa Sawit, terdiri dari :

a. Crude Palm Oil (CPO) yang digunakan sebagai bahan baku industri. Mengandung beta carotine yang tinggi, yang merupakan anti oksidan dan pro vitamin A.

b. Inti Sawit (Palm Kernel)

Digunakan sebagai bahan baku industri pangan. Dapat digunakan sebagai bahan baku industri makanan seperti cocoa butter substituted (lemak coklat) dan surface active agent (surfactant).

2. Produk teh yang diolah sebagai bahan miniman. 3. Produk kakau yang diolah sebagai bahan makanan.

C. Visi, Misi dan Tujuan PT. Perkebunan Nusantara IV (persero)

1. Visi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Membangun PT. Perkebunan Nusantara IV (persero) menjadi perusahaan agribisnis perkebunan yang tangguh.

2. Misi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

a. Menjalankan usaha agribisnis perkebunan dibidang kelapa sawit teh dan kakao, serta menghasilkan produk turunannya yang berkualitas untuk memberi kepuasan bagi pelanggan.


(41)

b. Meningkatkan daya saing produk secara terus-menerus yang didukung oleh sistem, cara kerja, dan lingkungan kerja yang mendorong munculnya kreatifitas dan inovasi untuk peningkatan produktifitas dan efektifitas.

c. Menghasilkan laba yang berkesinambungan untuk menjamin pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan perusahaan serta memberikan manfaat dan nilai tambah yang optimal bagi pemegang saham, karyawan dan stakeholder lainnya.

d. Mengelola usaha untuk meningkatkan nilai perusahaan secara profesional dan berpegang teguh pada nilai-nilai etika bisnis dan senantiasa berpedoman pada tata kelola perusahaan secara sehat.

e. Memberikan perhatian dan peran yang sungguh-sungguh dalam membangun kemitraan dan mengembangkan masyarakat lingkungan (community development), koperasi, usaha kecil dan menengah serta kelestarian hidup.

3. Tujuan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Turut melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah dalam pembangunan nasional dibidang ekonomi khususnya pembangunan dibidang pertanian sub-sektor perkebunan.

D. Struktur Organisasi Perusahana

Pihak-pihak yang mengelola perusahaan diatur sedemikian rupa dalam suatu struktur organisasi. Struktur organisasi merupakan hasil dari proses pengorganisasian. Struktur organisai merupakan suatu kerangka dasar tertentu yang menunjukkan hubungan satuan-satuan organisasi dan individu-individu yang berada dalam suatu organisai. Melalui struktur organisasi maka tugas-tugas wewenang dan tanggungjawab setiap pejabat dapat diketahui dengan jelas dan tegas. Sehingga


(42)

diharapkan setiap satua-satuan organisasi dapat bekerja bersama-sama secara harmonis.

Perubahan mencapai keberhasilan yang diharapkan memperhatikan struktur organisasi perusahaan, yang merupakan salah satu unsur yang menentukan sukses tidaknya perusahaan mencapai tujuan yang diharapkan. Struktur organisasi yang baik harus mampu berfungsi sebagai alat pengatur maupun pengawas usaha pelaksanaan pencapaian tujuan perusahaan, sehingga usaha-usaha yang dilakukan dapat berjalan secara efisien dan efektif.

Struktur organisasi perusahaan yang disusun dengan baik dan jelas akan mencerminkan sumber-sumber yang dimliki oleh perusahaan, digerakkan untuk mencapai tujuan dari suatu perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya, dari bagan organisasi juga dengan mudah dapat dilihat banyak organisasi, jenjang dari masing-masing bagian, garis komando dan informasi yang dihubungkan bagian organisasi tersebut.

Struktur organisasi penting mengingat pembentukan struktur organisasi yang akan membantu melaksanakan pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas dan tegas antara suatu bagian dengan bagian lainnya, baik pada tingkat manajemen atas, menengah maupun tingkat bawah. Suatu perusahaan harus mempunyai struktur organisasi yang sesuai dengan dan jenis kegiatan usaha.

Struktur organisasi harus sederhana dari sudut pandang ekonomis dan harus flexibel sehingga bila ada perluasan tidak mengganggu secara serius susunan-susunan bagian yang telah ada. Struktur tersebut juga harus memungkinkan pekerjaan semua bagian terintegrasi dan terkoordinasi dengan baik, adapun gambar struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) adalah sebagai berikut :


(43)

(44)

Struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) merupakan struktur organisasi garis dan staff, berikut ini adalah uraian dari masing-masing jabatan dari struktur organisasi :

a. Kepala Bagian Sekretaris Perusahaan

Uraian tugas-tugasnya adalah sebagai berikut:

1. Menyusun dan mengevaluasi kebijakan dibidang sekretaris perusahaan. 2. Menyusun program kegiatan dan kebutuhan anggaran dibagian sekretasi

perusahaan.

3. Mengelola penyelenggaraan rapat-rapat direksi dan sekretariatan, yang berkaitan dengan kegiatan direksi.

4. Mengurus / menyelenggarakan administrasi (surat menyurat) perusahaan. 5. Menjalankan aspek legal perusahaan (corporate law, yaitu aspek hukum

yang berkaitan dengan pihak luar partner dalam rangka pengembangan dan kerjasama strategi perusahaan) dan kepatuhan (compliance), serta tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance).

6. Membina hubungan dengan investor / partner bisnis.

7. Membangun terbentuknya citra perusahaan yang positif dan hubungan baik dengan stakeholders.

b. Kepala Bagian Pengawasan Intern

Uraian tugas-tugasnya adalah sebagai berikut:

1. Menyusun dan mengevaluasi kebijakan dalam rangka pengawasan internal perusahaan.

2. Menyusun program kegiatan dan kebutuhan anggaran dibagian satuan pengawasan intern.


(45)

3. Menyusun program kerja pemeriksaan tahunan, program pemeriksaan, evaluasi hasil pemeriksaan, laporan triwulan dan laporan tahunan.

4. Melaksanakan pemeriksaan intern meliputi keuangan, operasional dalam pelaksanaan kegiatan diperusahaan.

5. Memonitor dan mengevaluasi tindak lanjut hasil audit. 6. Menjadi partner bagi pihak audit eksternal.

c. Kepala Bagian Tanaman

Uraian tugas-tugasnya adalah sebagai berikut:

1. Menyusun dan mengevaluasi kebijakan dibidang produksi tanaman. 2. Menyusun program kegiatan dan kebutuhan anggaran dibagian tanaman. 3. Menyusun dan mengevaluasi norma-norma dalam bidang produksi

tanaman.

4. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan / hasil-hasil kerja bidang produksi tanaman.

5. Melaksanakan pengukuran dan pemerataan areal kebun.

6. Pengembangan bagian tehnik / manajemen tanaman secara inovatif guna meningkatkan produktivitas efisiensi dan kualitas.

7. Melakukan evaluasi terhadap permintaan pembelian dari Group Unit Usaha (GUU).

d. Kepala Bagian Teknik

Uraian tugas-tugasnya adalah sebagai berikut:

1. Menyusun dan mengevaluasi kebijakan dibidang teknik. 2. Menyusun program dan kebutuhan anggaran di bagian teknik. 3. Menyusun dan mengevaluasi norma-norma dalam bidang teknik.


(46)

4. Memonitor dan mengevaluasi kinerja bidang teknik.

5. memonitor dan mengevaluasi kinerja bidang instalasi, traksi, sipil dan listrik.

6. Melakukan evaluasi terhadap permintaan pembelian dari Group Unit Usaha (GUU).

e. Kepala Bagian Pengolahan

Uraian tugas-tugasnya adalah sebagai berikut:

1. Menyusun dan mengevaluasi kebijakan dibidang pengolahan.

2. Menyusun program kegiatan dan kebutuhan anggaran dibagian pengolahan.

3. Menyusun dan mengevaluasi norma-norma dalam bidang pengolahan. 4. Memonitor dan mengevaluasi kinerja bidang pengolahan

5. Melakukan evaluasi terhadap permintaan pembelian dari Group Unit Usaha (GUU).

6. Mengembangkan teknik / manajemen bidang pengolahan secara inovatif guna meningkatkan produktivitas, efisiensi dan kualitas.

7. Menyusun program pengembangan / pembinaan dan melakukan penilaian karyawan dibagian pengolahan.

8. Membina kerjasama yang baik dengan bagian group unit usaha terkait sehingga tugas-tugas dan kebijakan yang digariskan direksi dapat terlaksana dengan baik.

f. Kepala Bagian Perencanaan, Pengkajian dan Pengembangan Uraian tugas-tugasnya adalah sebagai berikut:


(47)

1. Menyusun dan mengevaluasi kebijakan dibidang perencanaan, pengkajian dan pengembangan.

2. Menyusun rencana strategi dan rencana jangka panjang perusahaan.

3. Menyusun program kegiatan dan kebutuhan anggaran dibagian perencanaan, pengkajian dan pengembangan.

4. Melaksanakan analisis bisnis dalam rangka penyusunan perencanaan perusahaan yang sesuai dengan kondisi dan situasi serta merumuskan kebijakan dalam rangka antisipasi terhadap resiko perusahaan.

5. Meneliti, mengkaji, mengembangkan dan merumuskan teknologi, bahan dan sitem kerja yang akan digunakan diperusahaan.

6. Menliti, mengkaji dan mengembangkan alternatif solusi terhadap persoalan-persoalan perusahaan.

g. Kepala Bagian Keuangan

Uraian tugas-tugasnya adalah sebagai berikut:

1. Menyusun dan mengevaluasi kebijakan dibidang keuangan.

2. Menyusun program kegiatan dan kebutuhan anggaran dibidang keuangan. 3. Menyusun pedoman pembuatan rencana kerja dan anggaran perusahaan

bagian / kebun / unit dan mengkoordinir pembuatan RKAP perusahaan. 4. Merencanakan, mengelola dan mengevaluasi sumber dana dan

pengalokasian dana untuk mencapai sasaran keuangan perusahaan.

5. Melaksanakan kewajiban dan kegiatan administrasi keuangan perpajakan dan asuransi aset perusahaan.

6. Membantu kelancaran pelaksanaan audit eksternal. h. Kepala Bagian Akuntansi


(48)

1. Menyusun dan mengevaluasi kebijakan dibidang akuntansi.

2. Menyusun program kegiatan dan kebutuhan anggran dibidang akuntansi. 3. Menyelenggarakan akuntansi keuangna serta administrasi PIR dan

administrasi penyertaan modal anak perusahaan.

4. Menyelenggarakan pembuatan laporan manajemen perusahaan, menyusun laporan ringkas direksi, kepala dewan komisaris dan pemegang saham. 5. Melaksanakan administrasi anak perusahaan.

i. Kepala Bagian Pemasaran

Uraian tugas-tugasnya adalah sebagai berikut:

1. Menyusun dan mengevaluasi kebijakan dibidang pemasaran.

2. Menyusun program kegiatan dan kebutuhan anggaran dibagian pemasaran. 3. Melaksanakan analisa pasar, promosi dan survey kebutuhan / kepuasan

pelanggan secara periodik.

4. Merumuskan strategi pemasaran dan kebijakan harga.

5. Melaksanakan pengujian mutu komoditi / produk yang akan dipasarkan. 6. Melakukan kegiatan penjualan komoditi / produk yang dihasilkan. j. Kepala Bagian Pengadaan

Uraian tugas-tugasnya adalah sebagai berikut:

1. Menyusun dan mengevaluasi kebijakan dibidang pengadaan.

2. Menyusun program kegiatan dan kebutuhan anggaran dibagian pengadaan. 3. merencanakan dan melaksanakan pengadaan barang dan jasa secara efektif


(49)

4. Mengadakan monitoring dan pengecekan harga barang dan jasa dipasar serta membuat daftar harga secara periodik dan mendistribusikan kesemua unit kerja perusahaan.

5. Menyelenggarakan pergudangan untuk persediaan barang yang digunakan dalam proses produksi

6. Menyusun program pengembangan / pembinaan dan melaksanakan penilaian karyawan dibagian pengadaan.

k. Kepala Bagian Sumber Daya Manusia (SDM) Uraian tugas-tugasnya adalah sebagai berikut:

1. Menyusun dan mengevaluasi kebijakan dibidang sumber daya manusia. 2. Menyusun program kegiatan dan kebutuhan anggaran dibagian sumber

daya manusia.

3. Merumuskan sistem dan prosedur administasi kepersonaliaan dan memberikan bimbingan dan konsultasi bagi semua unit dalam pelaksanaannya.

4. Membuat pemetaan personalia untuk keperluan penempatan dan pengembangan.

5. Menyusun rencana dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan karyawan dalam rangka menuju terganggunya kompetensi perusahaan. 6. Menyelenggarakan Recruitment karyawan pimpinan untuk semua unit

usaha dan seluruh level karyawan untuk kantor pusat dari dalam maupun luar perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan.


(50)

l. Kepala Bagian PUKK / KBL

Uraian tugas-tugasnya adalah sebagai berikut:

1. Menyusun dan mengevaluasi kebijakan dibidang PUKK / KBL.

2. Menyusun program kegiatan dan kebutuhan anggaran dibagian PUKK / KBL

3. Menyusun dan melaksanakan sistem dan prosedur penyaluran kredit usaha kecil dan koperasi dan pola pengembaliaannya.

4. Menyusun program pengembangan / pembinaan mitra binaan dan program bina lingkungan.

E. Laporan Keuangan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Laporan keuangan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) terdiri dari :

1. Neraca PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) untuk tahun 2001, 2002, 2003, 2004, 2005 dan 2006.

2. Laporan Laba Rugi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) untuk tahun 2001, 2002, 2003, 2004, 2005 dan 2006.


(51)

Tabel 3.1

PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Neraca

Per 31 Desember 2001 – 2003 (Dalam Rupiah)

Aktiva 2001 2002 2003

AKTIVA LANCAR

Kas dan setara kas 32,094,729,791 92,520,041,739 22,417,190,821 Piutang 40,349,141,916 61,919,557,991 51,660,489,074 Uang muka kepada rekanan 5,298,572,073 2,610,358,128 3,758,449,368 Pinjaman pegawai 717,444,773 1,355,959,134 1,055,773,694 Persedian bahan-bahan dan pelengkap 71,665,420,027 67,760,364,953 42,681,309,970 Persediaan produksi hasil jadi 89,795,306,030 99,213,272,645 103,514,433,503 Tagihan kepada PIR Trans Plasma 13,624,061,185 13,624,061,185 12,750,027,185 Biaya dibayar dimuka 13,923,945,709 12,847,548,718 2,811,715,198 Tagihan dan pajak dibayar dimuka 5,271,815,980 18,817,726,388 51,209,568,961 Kelebihan bayar Pph Badan - - - Jumlah Aktiva Lancar 272,740,437,484 370,668,890,881 291,858,957,774

Aktiva Pajak Tangguhan - - - Penyertaan Saham 52,384,613,693 51,548,642,235 47,523,473,199

AKTIVA TETAP

Nilai tercatat

1,834,418,458,943 1,946,385,534,694 2,086,404,692,747 Akumulasi penyusutan

(603,389,214,089) (673,947,810,005) (763,163,917,259) Nilai Buku

1,231,029,244,854 1,272,437,724,689 1,323,240,775,488

Aktiva Lain-Lain

Tagihan pajak penghasilan badan 37,099,070,700 - - Biaya ditangguhkan-bersih 12,339,969,749 - - Hak guna usaha-bersih 7,178,335,171 4,333,073,619 80,887,696,004 Prefinancing kebun rakyat Sosa - - - Persediaan bibit 3,614,825,354 4,035,416,834 3,115,759,534 Pinjaman pegawai 3,968,738,750 2,745,657,200 2,309,472,751 Uang jaminan dan lain-lain 2,041,929,273 2,041,929,273 10,962,731,474 Aktiva tidak produktif 48,482,323 11,382,830 100,031 Persediaan barang inkuran 174,654 174,184 175,504 Jumlah Aktiva Lain-Lain 66,291,525,974 13,167,633,940 97,275,935,298 JUMLAH AKTIVA

1,622,345,822,005 1,707,822,891,745 1,759,899,141,759 Sumber : Neraca PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)


(52)

KEWAJIBAN DAN EKUITAS 2001 2002 2003

KEWAJIBAN LANCAR

Hutang usaha 79,727,766,266 85,630,451,719 65,494,000,038

Hutang lain-lain 15,806,692,015 7,765,199,383 13,850,852,823

Gaji dan upah yang masih harus dibayar 711,270,982 953,235,607 751,580,026

Bunga yang masih harus dibayar 6,311,903,230 8,633,089,727 11,918,661,130

Hutang kepada karyawan 2,569,412,869 809,737,520 933,278,343

Uang muka penjualan 14,420,796,559 23,319,157,117 17,555,886,120

Hutang kepada kontraktor 33,699,010,007 31,792,831,419 46,505,104,342

Biaya yang masih harus dibayar 20,804,661,582 70,850,642,759 85,450,683,363

Iuran dana pensiun yang masih harus dibayar 37,326,320,666 28,017,127,556 23,063,529,133

Hutang pajak 4,704,667,826 668,702,512 66,818,523,828

Kewajiban kepada pemerintah 1,624,685,317 1,424,685,317 1,124,685,317

Hutang denda deviden 34,366,537,546 49,818,768,388 10,500,000,000

Kredit modal kerja 100,000,000,000 - -

Hutang jangka panjang jatuh tempo setahun 42,722,811,440 38,897,859,102 53,006,192,436

Hutang pajak penghasilan badan - 33,541,797,454 26,690,164,940

Jumlah Kewajiban Lancar 394,796,536,305 382,123,285,580 423,663,141,839

KEWAJIBAN TIDAK LANCAR

Hutang jangka panjang 158,714,826,695 130,623,278,874 35,304,604,541

Iuran dana pensiun - 55,323,008,280 95,853,453,000

Kewajiban pajak tangguhan bersih 35,571,711,700 43,920,074,410 51,492,671,695

Kewajiban imbalan kerja - - -

Hutang denda deviden - - 29,519,748,325

Jumlah Kewajiban Tidak Lancar 194,286,538,395 229,866,361,564 212,170,477,561

EKUITAS

Modal saham 975,000,000,000 975,000,000,000 975,000,000,000

Saldo Laba 58,262,747,305 120,833,244,601 149,065,522,359

Jumlah Ekuitas

1,033,262,747,305 1,095,833,244,601 1,124,065,522,359

JUMLAH KEWAJIBAN & EKUITAS

1,622,345,822,005 1,707,822,891,745 1,759,899,141,759 Sumber : Neraca PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)


(53)

Tabel 3.2

PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Neraca

Per 31 Desember 2004 – 2006 (Dalam Rupiah)

Aktiva 2004 2005 2006

AKTIVA LANCAR

Kas dan setara kas 184,363,458,121 229,987,223,023 278,500,563,478

Piutang 50,267,784,927 62,363,008,468 78,642,878,781

Uang muka kepada rekanan 28,879,298,998 10,813,379,470 7,454,355,326

Pinjaman pegawai 19,663,697,031 21,374,538,288 2,175,520,793

Persedian bahan-bahan dan pelengkap 49,114,877,497 73,561,792,220 92,838,599,967

Persediaan produksi hasil jadi 87,441,129,802 84,174,077,756 71,404,693,662

Tagihan kepada PIR Trans Plasma 1,873,277,000 - -

Biaya dibayar dimuka 5,371,137,100 15,781,328,796 16,221,794,746

Tagihan dan pajak dibayar dimuka 55,543,420,444 45,023,475,653 74,017,895,794

Kelebihan bayar Pph Badan

- - 31,576,274,312

Jumlah Aktiva Lancar 482,518,080,920 543,078,823,674 652,832,576,859

Aktiva Pajak Tangguhan 6,428,984,301 480,754,494 480,754,494

Penyertaan Saham 47,003,104,410 51,585,653,962 53,135,191,371

AKTIVA TETAP

Nilai tercatat 2,212,046,576,460 2,578,682,689,467 3,066,622,397,331

Akumulasi penyusutan

(788,069,027,977) (848,004,197,649) (916,866,175,847) Nilai Buku 1,423,977,548,483 1,730,678,491,818 2,149,756,221,484

Aktiva Lain-Lain

Tagihan pajak penghasilan badan

- - -

Biaya ditangguhkan-bersih

- - -

Hak guna usaha-bersih 77,082,846,965 88,563,045,290 138,899,856,886

Prefinancing kebun rakyat Sosa 1,801,588,501 5,483,881,907 8,557,178,395

Persediaan bibit 11,861,632,214 12,818,889,415 13,714,786,892

Pinjaman pegawai 1,970,593,383 990,122,597 990,122,597

Uang jaminan dan lain-lain 18,241,092,620 17,933,873,147 24,602,175,618

Aktiva tidak produktif 70,512 66,911 65,624

Persediaan barang inkuran 184,144 183,994 183,414

Jumlah Aktiva Lain-Lain 110,958,008,339 125,790,063,261 186,764,369,426

JUMLAH AKTIVA 2,070,885,726,453 2,451,613,787,209 3,042,969,113,684


(54)

KEWAJIBAN DAN EKUITAS 2004 2005 2006

KEWAJIBAN LANCAR

Hutang usaha 58,628,953,865 103,753,669,340 194,590,165,536

Hutang lain-lain 14,531,881,672 14,951,172,186 118,068,547,640

Gaji dan upah yang masih harus dibayar 2,092,815,099 39,788,535,188 46,835,936,016

Bunga yang masih harus dibayar 1,462,873,949 819,456,878 2,005,564,939

Hutang kepada karyawan 897,427,453 1,616,328,934 3,875,664,289

Uang muka penjualan 23,402,018,542 63,108,979,996 82,033,211,786

Hutang kepada kontraktor 92,961,004,225 138,799,606,286 146,201,776,392

Biaya yang masih harus dibayar 148,673,004,544 101,745,382,921 -

Iuran dana pensiun yang masih harus

dibayar 33,524,558,805 37,007,017,557 31,489,829,872

Hutang pajak 61,593,207,005 45,001,497,378 47,452,463,391

Kewajiban kepada pemerintah 774,685,317 424,685,317 -

Hutang denda deviden 11,000,000,000 11,000,000,000 7,519,748,325

Kredit modal kerja - -

Hutang jangka panjang jatuh tempo setahun 59,310,811,510 86,874,536,310 276,286,422,900

Hutang pajak penghasilan badan 61,538,950,565 1,007,338,768 -

Jumlah Kewajiban Lancar 570,392,192,551 645,898,207,059 956,359,331,086

KEWAJIBAN TIDAK LANCAR

Hutang jangka panjang 33,055,900,960 237,073,529,747 526,898,343,760

Iuran dana pensiun 48,144,431,213 18,127,446,689 -

Kewajiban pajak tangguhan bersih 218,027,765,533 - -

Kewajiban imbalan kerja - 245,074,601,199 195,113,671,949

Hutang denda deviden 18,519,748,325 7,519,748,325 -

Jumlah Kewajiban Tidak Lancar 317,747,846,031 507,795,325,960 722,012,015,709

EKUITAS

Modal saham 975,000,000,000 975,000,000,000 975,000,000,000

Saldo Laba 360,365,123,744 322,920,254,190 389,597,766,889

Jumlah Ekuitas 1,335,365,123,744 1,297,920,254,190

1,364,597,766,889

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 2,223,505,162,326 2,451,613,787,209

3,042,969,113,684 Sumber : Neraca PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)


(55)

Tabel 3.3

PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Laporan Laba Rugi

Per 31 Desember 2001 – 2003 (Dalam Rupiah)

Sumber : Neraca PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

URAIAN 2001 2002 2003

PENJUALAN

Penjualan ekspor 713,528,888,663 983,112,401,787 1,029,550,718,098

Pajak eksport (8,770,126,259)

(10,622,806,080)

(10,037,354,424)

Penjualan ekspor bersih 704,758,762,404 972,489,595,707 1,019,513,363,674

Penjualan Lokal 738,316,855,475 803,381,174,405 1,054,878,270,237

Jumlah Penjualan 1,443,075,617,879 1,775,870,770,112 2,074,391,633,911

HARGA POKOK PENJUALAN

Persediaan awal 1 Januari 123,230,747,771 89,795,306,030 99,213,272,645

Beban tidak langsung 139,814,959,330 137,781,171,724 171,823,925,449

Beban langsung 775,674,288,200 940,640,227,498 1,157,895,923,653

Beban Penyusutan 65,342,338,919 68,660,718,120 102,111,501,349

Beban Pengiriman ke industri hilir 10,913,612,954 10,025,460,178 10,542,902,719

Beban Pengolahan ke industri hilir 33,013,816,086 33,524,359,704 39,929,930,928

Persediaan akhir per 31 Desember (89,795,306,030)

(99,213,272,645)

(103,514,433,503)

Jumlah Harga Pokok Penjualan 1,058,194,457,230 1,181,213,970,609 1,478,003,023,240

LABA KOTOR 384,881,160,649 594,656,799,503 596,388,610,671

BEBAN USAHA

Beban penjualan 52,340,502,545 52,973,982,604 53,959,168,254

Beban umum dan administasi 174,030,309,348 305,075,568,361 362,870,044,708

Jumlah Beban Usaha 226,370,811,893 358,049,550,965 416,829,212,962

Laba Usaha 158,510,348,756 236,607,248,538 179,559,397,709

BEBAN BUNGA 30,302,646,705 21,133,370,180 10,060,015,695

Laba Usaha Setelah Beban Bunga 128,207,702,051 215,473,878,358 169,499,382,014

PENDAPATAN & BEBAN LAIN-LAIN

Pendapatan lain-lain 25,014,968,658 26,600,405,671 53,055,089,565

Beban lain-lain (68,536,888,068)

(73,766,559,025)

(53,149,883,422)

Jumlah Pendapatan & Beban Lain-Lain (43,521,919,410)

(47,166,153,354) (94,793,857)

Laba Sebelum Pajak Penghasilan 84,685,782,641 168,307,725,004 169,404,588,157

Pajak Penghasilan (40,084,024,296)

(77,734,724,210)

(85,761,652,685)


(1)

oleh perusahaan dan memberikan suatu jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan.

Perhitungan persentase angka dan grafik trend yang telah dilakukan pada masing-masing rasio menggambarkan kondisi likuiditas perusahaan yang kurang baik. karena terjadinya fluktuasi yang cenderung menurunan dan kurang dapat mempertahankan peningkatan ditahun 2004 yang telah dicapai cukup drastis dalam rentang waktu 6 tahun yang diteliti.

Gross Profit Margin mengalami penurunan disebabkan oleh peningkatan beban pokok penjualan, walaupun jumlah penjualan juga mengalami peningkatan namun persentasenya tidak seimbang dengan kenaikan beban pokok penjualan sehingga perusahaan belum mampu mempertahankan angka Gross Profit Margin agar meningkat setiap tahunnya, padahal semakin besar rasio ini akan semakin baik karena menunjukkan bahwa perusahaan mampu menekan kenaikan harga pokok penjualan pada persentase dibawah kenaikan penjualan.Operating Income Ratio (Rasio Laba Operasi) yang kurang baik menunjukkan gejala kemungkinan adanya pemborosan, atau inefisiensi terhadap biaya-biaya yang dibebankan. Adanya kenaikan biaya-biaya yang kenaikannya cenderung lebih tinggi daripada kenaikan tingkat penjualan mengakibatkan penurunan pada Net Profit Margin (Margin Laba Bersih) perusahaan.

Peningkatan drastis pada total aktiva kurang seimbang dengan jumlah angka pendapatan dan penghasilan laba. Total aktiva yang dimiliki seharusnya menjadi penunjang untuk menghasilkan laba yang lebih tinggi, hal ini menggambarkan bahwa manajemen kurang mampu dalam pengelolaan aktiva untuk meningkatkan laba, kurang mampu memberdayakan aktiva yang ada untuk menghasilkan laba yang lebih tinggi, sehingga tingkat pengembalian ekuitas belum menunjukkan prestasi yang baik.


(2)

75

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat, maka penulis mencoba untuk memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi manajemen perusahaan dalam usaha untuk memperbaiki kinerja perusahaan.

Mengingat likuiditas perusahaan yang kurang baik, hendaknya perusahaan selalu memperhatikan aktiva lancarnya sehingga modal kerja perusahaan mengalami kenaikan dan sebaiknya manajemen perusahaan membuat suatu kebijakan dimasa yang akan datang untuk meningkatkan aktiva lancarnya.

Perusahaan sebaiknya melakukan evaluasi terhadap aktiva tetap perusahaan yang kurang produktif atau yang manfaatnya tidak begitu dirasakan oleh perusahaan sehingga perusahaan dapat menjual aktiva tetap perusahaan yang kurang produktif atau yang manfaatnya tidak begitu dirasakan oleh perusahaan tersebut untuk menambah modal kerja perusahaan.

Pihak manajemen perusahaan hendaknya lebih meningkatkan efisiensi terhadap biaya-biaya yang menjadi beban perusahaan. Harus ada pemotongan beberapa biaya yang dirasa tidak begitu penting, selain itu diusahakan juga untuk mengurangi biaya produksi seoptimal mungkin.

Kenaikan jumlah aktiva tetap perusahaan yang seiring dengan kenaikan utang jangka panjang menggambarkan bahwa penambahan aktiva dibiayai dengan utang jangka panjang. Keputusan manajemen ini bukanlah hal yang keliru namun pihak manajemen seharusnya tetap menyeimbangkan dengan pembelian aktiva yang dibiayai oleh modal sendiri (ekuitas).

Hal ini dikemukakan mengingat penambahan aktiva yang dibiayai dengan utang jangka panjang memiliki konsekuensi kewajiban pembayaran utang setiap tahunnya ditambah dengan beban bunga dan kewajiban yang segera akan jatuh tempo


(3)

dalam setahun juga tahun-tahun berikutnya. Artinya pengambilan keputusan harus benar-benar menimbang kemampulabaan dan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya.

PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) merupakan perusahaan agribisnis perkebunan. Apabila penambahan aktiva tetap berupa pembukaan lahan areal perkebunan baru, pengadaan pabrik, juga fasilitas lain yang mendukung lahan areal perkebunan baru tersebut merupakan investasi jangka panjang perusahaan, artinya bukan merupakan investasi yang langsung dapat diperoleh hasilnya dalam waktu singkat.

Investasi ini memiliki proses dalam waktu yang cukup panjang, dimulai dari pemilikan lahan, proses pembibitan, penananaman, perawatan, hingga penuaian hasil nantinya membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sehingga anggaran biaya ini juga harus menjadi pertimbangan besar pihak manajemen perusahaan.

Investasi yang tidak langsung dapat memberi laba dalam waktu yang singkat ini, menyebabkan beban biaya harus dibiayai oleh aset perusahaan yang telah ada sebelumnya, sementara kemampulabaan perusahaan belum menunjukkan hasil yang baik, sehingga pihak manajemen harus menemukan jalan keluar untuk meningkatkan kemampulabaan, salah satunya dengan memaksimalkan penjualan lebih besar dari pada kenaikan biaya-biaya, tetap menekan persentase biaya dibawahnya dengan jalan menambah modal kerja perusahaan sehingga dapat membiayai seluruh aset-asetnya, baik yang sudah produktif maupun yang masih belum produktif untuk kelangsungan kinerja perusahaan.

Perusahaan harus mempunyai kemampuan manajemen yang baik, dimana selain memfokuskan aktivitas perusahaan untuk mencapai laba, manajemen perusahaan juga harus memperhatikan tingkat likuiditas perusahaan, sehingga antara


(4)

77

tingkat likuiditas dan profitabilitas dapat berjalan searah dimana selain memperoleh keuntungan, perusahaan juga menjadi likuid, mampu profitable dengan tetap menjaga likuiditasnya.


(5)

Harahap, Sofyan Syafri, (2001), Analisis Kritis Atas Lapotan Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Ketiga, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kuswaldi, (2006), Memahami Rasio-Rasio Keuangan Bagi Orang Awam, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Marom, Chairul, (2001), Pedoman Penyajian Laporan Keuangan, Cetakan Pertama, Erasindo, Jakarta.

Martono dan Harjito, (2007), Agus, Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Keenam, Ekonosia, Yogyakarta.

Riyanto, Bambang, (2001) Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Cetakan Ketujuh, Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada, Yogyakarta.

Raini, Syahwina, (2005), Analisa Profitabilitas pada PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, Skripsi, Fakultas Ekonomi USU, Tidak Dipublikasikan.

Rahmadhani, (2007), Analisis Likuiditas dan Profitabilitas Pada PT. Madjin Crumb Rubber Factory, Skripsi, Fakultas Ekonomi USU, Tidak Dipublikasikan.

Sari, (2005), Analisis Likuiditas dan Kemampulabaan Pada PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Adolina, Skripsi, Fakultas Ekonomi USU, Tidak Dipublikasikan.

Sugiarto B dan Winarni F, (2005), Manajemen Keuangan, Media Pressindo, Yogyakarta.

Sundjaja, Ridwan S, dan Berlian, Inge, (2003), Manajemen Keuangan 1, Edisi Keempat, PT.Prenhallindo, Jakarta.

Sawir, Agnes, (2003), Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, Cetakan Kelima, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Siregar, Abdul Halim (2007), Pengaruh Perputaran Piutang dan Pengumpulan Piutang Terhadap Profitabilitas pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan , Skripsi, Fakultas Ekonomi USU, Tidak Dipublikasikan.

Sugiyono, (2006), Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kesembilan, CV Alfabeta, Bandung.

Syahyunan, (2002), Manajemen Keuangan I (Perencanaan, Analisis dan Pengendalian Keuangan), USU Press, Medan.


(6)

Van Horn, James C, dan John M. Wachowicz, Jr, (2005), Fundamentals of Financial Manajement (Prinsip Manajemen Keuangan), Edisi Kedua Belas, Buku satu, Salemba Empat, Jakarta.