Peralatan Penelitian Tahapan Penelitian Metode Korelasi

26 Gambar 3.2. Data Hasil Pencuplikan selengkapnya seperti pada lampiran 3. 3. Selanjutnya ubah format text document .txt menjadi format file, serta me-rename nama file dengan inisial pesawat, waktu pengukuran dan inisial d data awal. Seperti contoh: RIA0947d. 4. Untuk mendapatkan nilai PNLT dan EPNL, entry nama file data awal RIA0947d dan nama file tempat penyimpanan hasil penghitungan RIA0947 ke dalam software berbasis Turbo Pascal . Seperti berikut: Gambar 3.3. Tampilan Entry Nama File Data Awal pada Software 27 Tekan enter sebanyak dua kali untuk mendapatkan hasil kalkulasi. Seperti berikut: Gambar 3.4. Tampilan Data Hasil Penghitungan pada Software 5. Data yang dihasilkan adalah nilai EPNL dari masing-masing pesawat. Dan hasil penghitungan disimpan dalam format text file. Seperti berikut: Gambar 3.5. Output Hasil Penghitungan Nilai EPNL selengkapnya lihat lampiran 4. 28 6. Seluruh hasil penghitungan ditabulasi ke dalam format excel dan disusun menjadi satu file name. Untuk menentukan nilai PNLT dan EPNL dapat pula dilakukan dengan cara perhitungan manual selengkapnya lihat lampiran 2. Namun, untuk mengubah hasil pengukuran lapangan menjadi hasil akhir nilai PNLT dan EPNL diperlukan perhitungan yang cukup rumit. Sehingga pada penelitian ini penulis menggunakan software berbasis turbo pascal yang telah tersedia.

3.5.2. Analisis data

Dari hasil penghitungan data di atas maka dapat dianalisis nilai EPNL, Leq, dan Lsm serta dengan bantuan statistik bisa dicari korelasi antara nilai EPNL dengan nilai Lmax. Secara garis besar cara pengambilan keputusan atau kesimpulan untuk korelasi dan regresi antara nilai EPNL dengan nilai Lmax adalah sebagai berikut 11 :

a. Metode Korelasi

Sebenarnya tidak ada ketentuan yang tepat mengenai apakah angka korelasi tertentu menunjukkan tingkat korelasi yang tinggi atau lemah. Namun bisa dijadikan pedoman sederhana bahwa angka korelasi diatas 0.5 menunjukkan korelasi yang cukup kuat, sedang dibawah 0.5 korelasi lemah. Selain besar korelasi, tanda korelasi juga berpengaruh pada penafsiran hasil. Tanda – negatif pada output menunjukkan adanya arah 11 Singgih santoso. 2011. Mastering SPSS Versi 19. Elex Media Komputindo. Jakarta 29 hubungan yang berlawanan, sedangkan tanda + positif menunjukkan adanya arah hubungan yang sama. Setelah angka korelasi didapat, maka bagian kedua dari output SPSS adalah menguji apakah angka korelasi yang didapat benar-benar signifikan atau dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan dua variabel. Hipotesis: H : Tidak ada hubungan korelasi antara dua variabel; berarti angka korelasi adalah 0. H 1 : Ada hubungan korelasi antara dua variabel; berarti angka korelasi adalah tidak 0. Uji dilakukan dua sisi karena yang akan dicari adalah ada atau tidaknya hubungan dua variabel. Berdasarkan probabilitas: - Jika probabilitas 0.025, maka H diterima - Jika probabilitas 0.025, maka H ditolak NB = Nilai probabilitas adalah 0.052 = 0.025; hal ini disebabkan uji dilakukan dua sisi. Signifikan tidaknya korelasi variabel juga bisa dilihat dari adanya tanda pada pasangan data yang dikorelasikan, kedua variabel yang bertanda bisa disimpulkan bahwa berkorelasi secara signifikan. Berikut ini contoh tabel hasil penghitungan korelasi: 30 Gambar 3.6. Output Hasil Penghitungan Korelasi

b. Metode Regresi

Jika metode Korelasi membahas keeratan hubungan, maka metode Regresi membahas prediksi peramalan. Dimana dalam model tersebut ada sebuah variabel dependen tergantung dan variabel independen bebas. Dalam hal ini apakah variabel dependen tergantung di masa mendatang bisa diramalkan jika variabel independen bebas diketahui. Berikui ini contoh tabel hasil uji koefisien regresi: Gambar 3.7. Output Hasil Uji Koefisein Regresi Dari tabel hasil uji koefisien regresi akan didapatkan sebuah persamaan regresi dan beberapa instrument dalam pengambilan kesimpulan. Persamaan regresi : Y = a X + b Nilai korelasi Nilai probabilitas Konstanta Nilai t konstanta Nilai t hitung Koefisien regresi Nilai probabilitas Nilai probabilitas konstanta 31 Dimana: Y = Variabel Dependen; X = Variabel Independen; a = Koefisien Regresi yang didapat ; b = Konstanta yang didapat. Hipotesis: H : Koefisien regresi tidak signifikan. H i : Koefisien regresi signifikan.

i. Dengan membandingkan t hitung dengan t tabel

- Jika t hitung t tabel, maka H diterima - Jika t hitung t tabel, maka H ditolak Sedangkan prosedur untuk mencari dimana t tabel, dengan kriteria: - Tingkat signifikansi α = 10 untuk uji dua sisi - Derajat kebebasan df = jumlah data – 2 atau 4 – 2 = 2 - Uji pada dua sisi, karena ingin mengetahui signifikansi tidaknya koefisien regresi, dan bukan mencari ‘lebih kecil’ atau ‘lebih besar’. angka t tabel bisa dilihat pada lampiran 5. ii. Berdasarkan probabilitas - Jika probabilitas 0.025 maka H diterima - Jika probabilitas 0.025 maka H ditolak NB : Uji dilakukan dua sisi, sehingga nilai probabilitas = 0.052 = 0.025 Walaupun demikian, jika pada uji koefisien regresi ternyata konstanta dinyatakan tidak valid. Sementara koefisien regresi a adalah valid, persamaan regresi tetap bisa digunakan. Setelah mendapatkan persamaan regresi EPNL = a . Lmax + b, kemudian diujicoba dengan menggunakan data Lmax dari pengukuran di 32 lapangan. Sehingga didapatkanlah nilai EPNL Prediksi. Selanjutnya dilakukan perbandingan antara nilai EPNL Perhitungan dan nilai EPNL Prediksi dengan menghitung perbedaan atau selisih dari kedunya.

3.5.3. Pengolahan Data Dari Pengukuran Statis

Data pengukuran dilakukan selama 3 hari pengukuran nilai Leq yang dilakukan secara kontinyu dengan sampling periode waktu setiap 10 menit selama 24 jam. Kemudian sesuai dengan Kep. Men. LH No. 48 Tahun 1996 data tersebut dihitung dengan menggunakan persamaan 2.14 dan akan didapatkan nilai Lsm. Selengkapnya lihat lampiran 6. Pengolahan data tersebut dilakukan oleh pihak laboratorium kebisingan dan getaran, pusarpedal, puspiptek.