Tanaman Angsana Pterocarpus indicus Lokasi dan Waktu Penelitian Analisis Data

Mukammal et. al., 1972 dalam Yulizal 1995 menyatakan pengaruh pencemaran udara terhadap tanaman tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi fisiologisnya seperti sinar matahari, unsur hara, lamanya pencemaran, tekanan udara, kelembaban udara, temperatur, variasi musim dan panjang hari. Kepekaan tanaman terhadap pencemaran udara juga tergantung pada kemampuannya mengabsorpsi zat pencemar. Perbedaan kecepatan dalam mengabsorpsi ini tergantung pada spesies, jenis pencemar, respon masing-masing daun dan variasi letak daun.

2.7 Tanaman Angsana Pterocarpus indicus

Menurut Karliansyah 1997, Angsana mempunyai nama latin Pterocarpus indicus, termasuk ke dalam famili Leguminosae atau Papilionaceae. Merupakan tanaman hutan yang tersebar di seluruh Nusantara bahkan di semenanjung Malaysia. Angsana mudah tumbuh dan cepat besar. Penampilannya sebagai pohon pelindung atau peneduh cukup menarik. Angsana digunakan sebagai tanaman penghijauan di hampir semua kota besar di Indonesia. Di kenal dengan nama Cendana Merah, Sonokembang dan Angsana Direktorat Pembenihan Tanaman Hutan, 2002. Angsana dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian hingga 500 meter di atas permukaan laut. Tajuk tanaman ini membulat seperti mahkota. Batang berwarna keputihan dan bertekstur lurus dengan alur dangkal. Tinggi tanaman ini dapat mencapai 40 meter. Diameter batang berkisar antara 10-110 cm, kulit batang kasar. Daunnya berwarna hijau segar berbentuk oval, majemuk dengan 5- 11 anak daun, duduk bergantian, permukaan daun licin dan mengkilat. Terdapat daun penumpu berbentuk lanset dengan panjang 1-2 cm. Bunga malai, panjang 6- 13 cm di ujung atau ketiak daun. Bunga berkelamin ganda, kuning cerah dan harum. Buah berbentuk polong Rangkuti, 2003. Gambar 3. Angsana Pterocarpus indicus Angsana menghasilkan kayu bernilai tinggi. Kayunya agak keras, digunakan untuk mebel halus, lantai, lemari dan alat musik. Merupakan jenis pengikat nitrogen. Direkomendasikan untuk sistem agroforestri dan penaung kopi dan tanaman lain Direktorat Pembenihan Tanaman Hutan, 2002. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dalam Kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dilaksanakan pada bulan Mei-September 2007.

3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian adalah : Larutan HNO 3 2M, akuades, daun tanaman Angsana Pterocarpus indicus, metanol, pewarna kuku transparan.

3.2.2 Alat

Alat yang digunakan pada penelitian adalah : Erlenmeyer 100 mL, gelas ukur 100 mL, labu ukur 100 mL, mortar, saringan, timbangan analitik, pemanas, AAS Atomic Absorption Spectrophotometry, Spektrofotometry Ultrospec 100 Pro, kertas saring Whatman dengan porositas 0,4 mikron, mikroskop okuler plus kamera, gelas obyek, hand tally counter, gunting tanaman, plastik, pinset.

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Teknik Sampling

Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah daun tanaman Angsana Pterocarpus indicus yang ada di Kampus I UIN Jakarta. Tanaman Angsana dipilih di 3 titik, yaitu titik I dekat pintu keluar, titik II pertengahan antara Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan dengan Student Center dan titik III depan Perpustakaan Utama Kampus I UIN Jakarta. Sampel daun yang diambil berada pada ketinggian 7 m di atas permukaan tanah. Pengambilan sampel dilakukan pada jam 10.00 WIB dan jam 16.00 WIB pada hari Senin, Kamis dan Minggu. Diambil pada hari-hari tersebut untuk melihat perbedaan kadar Pb, kandungan klorofil, kerusakan epidermis dan kerusakan stomata pada saat aktivitas di Kampus I UIN Jakarta padat, agak padat dan tidak padat. Dengan menggunakan gunting, daun di bagian luar pohon diambil sebanyak ±15 g kemudian dimasukkan ke dalam plastik dan diberi tanda. Sampel daun langsung dibawa ke laboratorium untuk dianalisis kadar Pb, kandungan klorofil, pengamatan kerusakan epidermis dan stomatanya. Dilakukan juga penghitungan jumlah kendaraan bermotor yang melewati titik sampling, yang dilakukan pada jam 7.30 WIB - 9.30 WIB dan jam 13.30 WIB - 15.30 WIB.

3.3.2 Pengukuran Kadar Pb di Dalam Jaringan Daun Angsana

Daun angsana ditimbang sebanyak 5 g kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 105 C selama 4 jam lalu digerus. Daun yang telah digerus diberi larutan HNO 3 2 M sebanyak 50 mL dan dibiarkan satu malam. Ekstrak daun tersebut kemudian dipanaskan dengan hot plate hingga agak kering, kemudian ditambahkan akuades dan disaring dengan kertas saring Whatmann dengan porositas 0,4 mikron dan ditampung pada labu ukur 50 mL. Kemudian ditera dengan akuades hingga volumenya 50 mL Nugraha, 2006. Selanjutnya larutan sampel diukur serapannya dengan menggunakan AAS pada panjang gelombang 217 nm, dan dihitung dengan menggunakan rumus : C x V x F M = X 1000 B Ket : M = Kadar Pb pada daun Angsana ppm C = Konsentrasi Pb dari larutan kalibrasi mgL V = Volume larutan L F = Faktor pengenceran L B = Berat daun gr

3.3.3 Pengamatan Bentuk Kerusakan Epidermis dan Stomata Daun Angsana

Masing-masing sampel daun tanaman pada bagian tengah daun dilapisi dengan pewarna kuku transparan di lapisan bawah daun epidermis, kemudian dianginkan + 10 menit sampai kering. Setelah kering, dengan menggunakan pinset pewarna kuku tersebut dilepaskan dengan hati-hati dan diletakkan di gelas obyek. Selanjutnya dilakukan pengamatan kerusakan epidermis dan stomata dengan menggunakan mikroskop plus kamera.

3.3.4 Pengukuran Kandungan Klorofil Daun Tanaman

Daun dari masing-masing titik sampling ditimbang seberat 1 g, kemudian digerus dan ditambahkan larutan metanol 100 mL. Ekstrak daun disaring dengan menggunakan kertas saring dan ditampung pada labu ukur 100 mL. Apabila volume ekstrak daun belum mencapai 100 mL, tambahkan larutan metanol ke dalam labu ukur. Setelah didapatkan ekstrak daun, dilakukan pengukuran kandungan klorofil daun dengan menggunakan Spektrofotometer pada panjang gelombang 664 nm dan 647 nm. Kandungan klorofil daun diukur berdasarkan nilai absorbansi A atau optical density OD larutan ekstrak daun dengan menggunakan formula Zieger dan Egle Supriatno, dkk., 1998 sebagai berikut : Klorofil a mgg = 11,7 A.664 - 2,29 A.667 Klorofil b mgg = 20,05 A.647 - 4,47 A.664 Klorofil total a + b = 7,01 A.664 + 17,76 A.647

3.4 Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis data antara lain: 1. Analisis korelasi untuk melihat hubungan kandungan dengan kandungan klorofil dan jumlah kendaraan dengan kadar Pb. 3. Analisis deskriptif untuk bentuk kerusakan epidermis, stomata dan morfologi daun. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kadar Pb pada Daun Angsana