2. Serikat Pekerja Para karyawan yang tergabung dalam suatu serikat, dapat mempengaruhi
pelaksanaan ataupun penetapan kompensasi, karena serikat pekerja dapat merupakan symbol kekuatan dalam menuntut perbaikan nasibnya.
3. Kebijakan Perusahaan Kebijakan penggajian yang dipakai perusahaan, seperti mengusahan gaji di
atas harga pasar dalam upaya menghadapi persaingan, atau kebijakan untuk selalu memperhatikan serikat pekerja untuk mencegah terjadinya kerusuhan.
4. Keadilan Hal terakhir tetapi juga penting adalah bahwa tidak ada orang yang suka
berpikir bahwa ia dibayar kurang daripada hak mereka. Keadilan baik secara eksternal atau internal, adalah sangat penting dalam menentukan pembayaran
Dessler, 2005.
II.1.4 Sistem Kompensasi
Menurut Siagian 2000, “Sistem imbalan yang baik adalah system yang mampu menjamin kepuasan para anggota organisasi yang pada gilirannya
memungkinkan organisasi memperoleh, memelihara dan mempekerjakan sejumlah orang yang dengan berbagai sikap dan perilaku positif bekerja
dengan produktif bagi kepentingan organisasi”.
II.2 Teori Tentang Motivasi
II.2.1 Pengertian dan Teori Motivasi
Motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti dorongan atau
menggerakkan. Motivasi motivation dalam manajemen hanya ditujukan untuk
sumber daya manusia umum dan bawahan khususnya. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan agar mau berkerja sama
secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan Hasibuan, 2004.
Sperling dalam Mangkunegara 2000, mengemukakan bahwa: “Motivasi itu didefinisikan sebagai suatu kecenderungan untuk beraktivitas, mulai dari
dorongan dalam diri drive dan diakhiri dengan penyesuaian diri”. Stanton mendefinisikan motivasi suatu motiv adalah kebutuhan yang
distimulasi yang berorientasi kepada tujuan individu dalam mencapai rasa puas. Selanjutnya Mangkunegara 2000, mengatakan bahwa: “Motivasi terbentuk
dari sikap attitude seorang pegawai dalam menghadapai situasi situation kerja”.
Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi tujuan kerja.
Menurut Moekijat 2002, bahwa kata motivasi motivation kata dasarnya adalah motif motive yang berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan
sesuatu. Dengan demikian motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadikan sebab seseorang melakukan suatu perubahankegiatan, yang berlangsung
secara sadar. Pengertian motivasi menurut Gibson et al. 1996 adalah kemauan
mengerjakan sesuatu karena adanya motif, kebutuhan, keinginan, dorongan dan desakan hati dalam diri individu yang diarahkan pada tujuan. Hingga dapat diketahui
bahwa perilaku akan muncul dari dorongan keburuhan yang akan dirubah menjadi keinginan sehingga seseorang berusaha memenuhinya. Kootz et al. dalam Winardi
2002 mendefinisikan motivasi sebagai suatu reaksi yang diawali dengan adanya kebutuhan yang menimbulkan keinginan atau upaya mencapai tujuan, selanjutnya
menimbulkan ketegangan, kemudian menyebabkan timbulnya tindakan yang mengarah pada tujuan dan akhirnya dapat memuaskan.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpukan bahwa tidak ada motivasi jika tidak dirasakan adanya kebutuhan dan kepuasan serta keseimbangan.
Rangsangan terhadap hal termaksud akan menumbuhkan tingkat motivasi, dan motivasi yang telah tumbuh akan merupakan dorongan untuk mencapai tujuan
pemenuhan kebutuhan atau pencapaian keseimbangan. Motiv merupakan suatu dorongan kebutuhan dari dalam diri pegawai yang perlu dipenuhi agar pegawai
tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, sedangkan motivasi adalah kondisi yang menggerakkan pegawai agar mampu mencapai tujuan dari motifnya.
Teori yang mendasarkan usaha pemberian motivasi kerja ada beberapa macam yaitu:
a. Teori Hierarkhi Kebutuhan Need Hierarchi Theory Maslow dalam Gitosudarmo 1997 menyatakan bahwa kebutuhan manusia
mengandung unsure bertingkat atau memiliki hierarki dari kebutuhan yang rendah sampai yang prioritas tinggi. Kebutuhan manusia yang paling dasar
adalah kebutuhan fisik seperti makan, minum dan pakaian. Apabila kebutuhan dasar ini belum terpenuhi secara cukup maka kebutuhan tersebut akan
menduduki hierarki yang tertinggi dan kebutuhan yang lain menduduki hierarki rendah. Adapun kebutuhan manusia terdiri dari beberapa tingkat dengan urutan
sebagai berikut: 1 Fisik
2 Rasa aman 3 Sosialkemasyarakatan
4 Penghargaan 5 Aktualisasi diri
Kebutuhan fisik adalah kebutuhan paling dasar yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan biologis seperti makanan, minuman, pakaian dan papan
tempat berteduh. Kebutuhan rasa aman adalah kebutuhan atas perlindungan dari gangguan pihak lain yang berasal dari manusia lain maupun dari mahluk lain
seperti binatang buas dan sebagainya. Pemenuhan kebutuhan ini dapat berupa pemilikan alat-alat perlindungan, alat pertahanan diri, persenjataan, alat tanda
bahaya, dan sebagainya. Kebutuhan rasa aman akan muncul setelah kebutuhan fisik terpenuhi.
Setelah kebutuhan urutan kedua yaitu kebutuhan akan rasa aman terpenuhi maka akan muncul kebutuhan urutan ketiga yaitu kebutuhan sosial. Kebutuhan
sosial adalah berupa kebutuhan untuk bergaul dengan manusia lain dan menerima rasa cinta kasih, rasa diterima dalam kelompok, rasa membutuhkan
dan dibutuhkan, rasa berteman atau bekerja sama. Apabila kebutuhan urutan ketiga ini telah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan berikutnya yaitu
kebutuhan akan penghargaan diri harga diri. Kebutuhan ini dapat berupa tuntutan atau keinginan untuk dianggap sebagai pimpinan yang baik, sekretaris
yang baik, dosen yang rajin, karyawan yang berprestasi, mahasiswa teladan dan sebagainya.
Kebutuhan pada urutan terakhir adalah kebutuhan atas aktualisasi diri yaitu suatu kebutuhan untuk menunjukkan kepribadian secara khusus seseorang,
dengan mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Kebutuhan ini dapat berupa keinginan seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang dapat diakui oleh
umum bahwa hasil karyanya sangat baik dan bermanfaat bagi masyarakat dan orang lain.
Dari beberapa urutan kebutuhan manusia tersebut diatas apabila kebutuhan yang paling dasar sudah terpenuhi maka kebutuhan tingkat berikutnya menjadi
dominan dan kebutuhan yang lain akan menjadi kurang dominan atau pada hierarki yang rendah.
b. Teori Dua Faktor Motivator-Hygiene Theory Teori dua factor dari Hezberg Gitosudarmo,1997 berusaha mencari sebab-
sebab adanya rasa puas dan tidak puas dari seseorang terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab tersebut, maka akan diusahakan
untuk dapat diciptakan kepuasan sehingga para pekerja dapat terdorong atau termotivasi untuk bekerja dengan lebih baik. Teori ini memberikan gambaran
bahwa kepuasan akan hasil pekerjaan seseorang dipengaruhi suatu faktor yang disebut faktor pemuas satisfier factor.
Faktor pemuas tersebut timbul di dalam diri pekerja terhadap hasil pekerjaannya dan kemudian menciptakan peresaan berprestasi, dihargai,
memperoleh kemajuan, telah mengerjakan yang cukup penting serta rasa tanggung jawab. Di pihak lain para diri pekerja juga terdapat ketidakpuasan
yang disebut faktor kesehatan higiene factor. Higiene Factor berupa pengaruh lingkungan kerja, yaitu antara lain berupa
hubungan dengan supervisor, hubungan dengan teman kerja, status pekerjaan atau jabatan, serta gaji yang cukup. Tersedianya faktor kesehatan berarti
tercipatanya lingkungan kerja yang sehat fisik maupun sehat mental Gitosudarmo, 1997.
Kedua faktor yaitu satisfier factor dan hygiene factor harus tersedia atau disediakan oleh manajer sehingga terjadi dorongan untuk bekerja bersama secara
efektif dan efisien. Implikasi teori ini bahwa seorang pekerja mempunyai dorongan untuk berkarya tidak sekedar mencari nafkah akan tetapi sebagai
wahana untuk memuaskan berbagai kepentingan dan kebutuhannya, bagaimanapun kebutuhan ini dikategorisasikan Siagian, 1995.
c. Teori X dan Teori Y Menurut Gregor dalam Gitosudarmo 1997 terdapat dua macam sikap dari
setiap orang yaitu: 1 Sikap dasar yang didasari oleh teori X
Dalam teori ini diasumsikan bahwa pada dasarnya manusia memiliki sifat malas, lebih senang kepadanya diberikan petunjuk-petunjuk praktis saja
daripada diberikan kebebasan berfikir dan memilih atau mengambil keputusan. Dalam hal ini mereka tidak senang menerima tanggung jawab, dia
hanya menyenangi haknya saja serta selalu ingin aman. Motivasi kerja hanyalah untuk medapatkan uang atau finansial saja motif finansial.
Manajer yang mendasar teori ini akan melakukan pengawasan sangat ketat dengan tidak memberikan kebebasan kepada bawahan, pekerjaan disusun
dengan berstruktur secara rapid dan teliti, sedangkan pekerja tinggal mengikuti petunjuk-petunjuk pelaksanaan pekerjaan tanpa kebebasan,
kemudian memberikan hukuman atau paksaan dan hadiah atau ganjaran. Kebijaksanaan manajer dengan teori X mengandung bahaya karena
pengawasan yang terlalu ketat dan tanpa kebebasan akan menimbulkan perlawanan dan ketidakpuasan. Teori X banyak menunjukkan kebenaran pada
masyarakat yang masih berpendidikan rendah yang pada umumnya mereka masih mendasar diri pada motif fisik dan rasa aman saja.
Penerepan teori X bagi seorang manajer tercermin pada sikap atau pandangan terhadap bawahan yang berupa:
a Karyawan pada umumnya tidak suka bekerja dan akan selalu berusaha untuk menghindar apabila terdapat kesempatan untuk menghindari
pekerjaan yang menjadi tugasnya; b Karyawan harus dipaksa diarahkan, diawasi dan apabila perlu diberikan
ancaman hukuman agar tujuan perusahaan tercapai;
c Kebanyakan orang tidak kreatif, tidak berinisiatif dan tidak suka tanggung jawab, maka manajer harus selalu memberikan pengarahan dan petunjuk
kepada karyawannya. 2 Sikap dasar yang dilandasi oleh teori Y
Teori Y berasumsi bahwa manusia pada dasarnya senang bekerja. Bekerja adalah faktor alamiah bagi orang dewasa seperti halnya bermain bagi anak-
anak kecil. Oleh karena itu, sebenarnya dimanapun dan kapanpun setiap orang dewasa akan selalu mencoba untuk bekerja. Dalam hal ini, manusia akan
selalu bekerja untuk mencapai tujuannya. Pengendalian dan penempatan diri sendiri merupakan dasar motivasi kerja guna mencapai tujuan organisasi.
Pencerminan dari manajer yang menerapkan teori Y ini adalah berupa pemberian kelonggaran yang lebih besar kepada bawahan untuk berinisiatif,
mengembangkan kreasi-kreasi mereka guna selalu meningkatkan efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Disamping itu manajer akan bersifat
terbuka open management, yaitu berusaha memberika informasi-informasi yang diperlukan untuk peningkatan kegiatan kerja baik diminta maupun tidak
diminta oleh bawahan atau karyawannya. Gejala ini akan banyak dijumpai pada masyarakat yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi.
Penerapan teori Y bagi seorang manajer tercermin dalam sikap dan tindakannya berupa:
a Karyawan diberikan kebebasan untuk bekerja dan berinisiatif karena bekerja adalah pada hakekatnya seperti halnya bermain pada anak-anak
kecil; b Paksaan dan pengawasan ketat tidak banyak dilakukan akan tetapi lebih
banyak diadakan komitmen atau persetujuan dan kesepakatan bersama, karena dengan kesepakatan itu akan timbul dorongan dalam diri karyawan
itu sendiri, dorongan yang timbul dari dalam diri adalah yang terbaik; c Kreativitas karyawan dikembangkan karena pada hakekatnya karyawan
tidak hanya ingin memperoleh tanggung jawab dari orang lain akan tetapi mereka juga mencari tanggung jawab dari dirinya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa dengan adanya motivasi akan terjadilah kemauan kerja dan dengan adanya kemauan untuk bekerja serta
bekerja sama itu maka produktivitas akan meningkat. Motivasi dapat dilakukan dengan bebagai cara antara lain dengan pendekatan finansial maupun pendekatan non
finansial. Pendekatan finansial untuk menimbulkan motivasi dapat dilakukan dengan memberi upah serta upah insentif kepada karyawan, sedangkan pendekatan non
finansial dapat dilakukan dengan cara mengadakan sinkronisasi individu dengan kepentingan bersama atau kepentingan perusahaan.
Disamping itu motivasi dapat pula diciptakan dengan mengadakan kondisi
kerja yang sehat. Hal-hal tersebut akan menimbulkan motivasi kerja sehingga karyawan mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian,
ketrampilan, tenaga dan waktu untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang
menjadi tanggung jawab dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi.
II.2.2 Faktor-faktor Motivasi