13
Menurut Surifah, 2010 Kualitas laba merupakan sesuatu yang sentral dan penting dalam dunia akuntansi karena berdasar kualitas laba tersebut profesi
akuntansi dipertaruhkan. Investor, kreditor dan para pemangku kepentingan lainnya mengambil keputusan salah satunya berdasar pada laporan keuangan,
apa-bila kualitas laba yang disajikan tidak dapat di andalkan maka para pemangku kepentingan tidak dapat percaya lagi pada profesi akuntansi. Oleh
karena itu berbagai upaya dan studi terus dilakukan agar dapat menyusun laporan keuangan dengan kualitas laba yang tinggi.
Para akuntan publik mengaudit dengan baik, untuk meyakinkan bahwa laporan keuangan disusun secara wajar sehingga laba yang disajikan berkualitas.
Para akuntan pendidik mengajarkan berbagai ilmu akuntansi agar mahasiswa mampu menyusun laporan keuangan dengan baik, menggunakan berbagai
pertimbangan yang sehat dan profesional agar laporan keuangan yang disajikan menyajikan laba yang berkualitas. Begitu juga berbagai pihak atau pemakai
laporan keuangan mengharapkan laporan keuangan mempunyai kualitas laba yang tinggi karena digunakan sebagai salah satu dasar untuk pengambilan
keputusan kontrak, in vestasi maupun lainnya. Berbagai teknik akuntansi dan auditing dikembangkan juga dengan tujuan yang bermuara pada penyajian
laporan keuangan atau penyajian laba yang berkualitas.
2.1.3 Kepemilikan Institusional dan Kualitas Laba
“Kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh institusi. Kepemilikan oleh institusi adalah proporsi kepemilikan
saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain
” Tarjo, 2008
Universitas Sumatera Utara
14
dalam Welim dan Rusiti 2014. kepemilikan institusional menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Adanya kepemilikan oleh
investor institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu
sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kinerja manajemen.
Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi
tindakan manajemen melakukan manajemen laba. Melalui kepemilikan institusional,efektivitas pengelolaan sumber daya perusahaan oleh manajemen
dapat diketahui dari informasi yang dihasilkan melalui reaksi pasar atas pengumuman laba. Persentase saham tertentu yang dimiliki institusi dapat
mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen
Sujoko dan Soebiantoro 2006 menyatakan bahwa “Kepemilikan
institusional merupakan proporsi kepemilikan saham oleh institusi dalam hal ini institusi pendiri perusahaan, bukan institusi pemegang saham publik yang diukur
dengan prosentase jumlah saham yang dimiliki oleh investor institusi intern
. ”
Ada dua perbedaan pendapat mengenai investor institusional. Pendapat pertama didasarkan pada pandangan bahwa investor institusional adalah pemilik
sementara transfer owner sehingga hanya terfokus pada laba sekarang current
Universitas Sumatera Utara
15
earnings. Perubahan pada laba sekarang dapat mempengaruhi keputusan investor institusional. Jika perubahan ini tidak dirasakan menguntungkan oleh
investor,maka investor dapat melikuidasi sahamnya. Investor institusional biasanya memiliki saham dengan jumlah besar,sehingga jika mereka melikuidasi
sahamnya akan mempengaruhi nilai saham secara keseluruhan. Untuk menghindari tindakan likuidasi dari investor,manajer akan melakukan earnings
management. Pendapat kedua memandang investor institusional sebagai investor yang berpengalaman. Menurut pendapat ini,investor lebih terfokus pada laba
masa datang future earnings yang lebih besar relative dari laba sekarang. Investor institusional menghabiskan lebih banyak waktu untuk melakukan
analisis investasi dan mereka memilih akses atas informasi yang terlalu mahal perolehannya bagi investor lain. Investor institusional akan melakukan
monitoring secara efektif dan tidak akan mudah diperdaya dengan tindakan manipulasi yang dilakukan manajer.
Hasil Penelitian Ujiyantho dan Pramuka 2007 menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap variabel
discretionary accruals dengan tingkat signifikan 5. Akibatnya manajer terpaksa untuk melakukan tindakan yang dapat meningkatkan laba jangka
pendek, misalnya dengan melakukan manipulasi laba.Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan institusional adalah persentase jumlah saham yang
dimiliki institusi dari seluruh jumlah modal saham perusahaan yang beredar.
Universitas Sumatera Utara
16
Berdasarkan uraian diatas,maka hipotesis penelitian ini adalah:
H1 : Kepemilikan instiusional berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. 2.1.4 Kepemilikan manajerial dan Kualitas Laba
“Kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme corporate governance yang dapat digunakan untuk meminimalkan konflik keage
nan” Palestin,2008 .Agar tidak terjadi konflik kepentingan dengan para pemegang
saham sebagai pemilik, dalam mengelola perusahaan, manajemen harus transparan. Oleh karena itu, kepemilikan manajerial sangat dibutuhkan,
kepemilikan manajerial diartikan sebagai proporsi saham biasa yang dimiliki oleh manajemen. Para pemegang saham yang mempunyai kedudukan di
manajemen perusahaan baik sebagai kreditur maupun sebagai dewan komisaris dimasukkan dalam kepemilikan manajerial managerial ownership. Adanya
kepemilikan saham oleh pihak manajemen akan menimbulkan suatu pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil oleh manajemen perusahaan.
Kepemilikan manajerial juga dapat diartikan sebagai persentase saham yang dimiliki oleh manajer dan direktur perusahaan pada akhir tahun untuk masing-
masing periode pengamatan. Kepemilikan saham manajerial akan membantu penyatuan kepentingan
antar manajer dengan pemegang saham. Kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan pemegang saham, sehingga
Universitas Sumatera Utara
17
manajer ikut merasakan secara langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut pula menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan
keputusan yang salah. Argumen tersebut mengindikasikan mengenai pentingnya kepemilikan manajerial dalam struktur kepemilikan perusahaan.
Hasil Penelitian Yonatan 2012 Besar kecilnya persentase kepemilikan manajerial dapat mempengaruhi kualitas laba suatu perusahaan, karena dengan
semakin besarnya persentase kepemilikan manajerial dalam perusahaan, maka akan menempatkan manajer sebagai salah satu pemilik perusahaan, sehingga
manajer semakin memiliki peranan untuk meningkatkan kualitas perusahaannya termasuk kualitas laba dalam perusahaan. Dengan kata lain, semakin besar
kepemilikan saham oleh manajer maka laba yang dilaporkan akan semakin berkualitas.
Hasil Penelitian Setianingsih 2013 meningkatnya kepemilikan saham manajerial akan berdampak pada menurunnya rasio tersebut yang menandakan
semakin tinggi kualitas laba sebuah perusahaan. Tingginya kepemilikan saham oleh pihak manajemen akan berdampaknya tingginya motivasi pihak
manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan sehingga laba yang dilaporkan akan semakin baik dan pihak manajemen tidak perlu memanipulasi
laba.
Universitas Sumatera Utara
18
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
H2 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kualitas laba 2.1.5 Dewan Komisaris Independen dan Kualitas Laba
Dewan komisaris
independen adalah
pihak yang
mampu melaksanakan
tugas-tugasnya secara
independen, semata-mata
demi kepentingan perusahaan, tanpa pengaruh dari berbagai pihak lainnya.
Keberadaan komisaris independen dimaksudkan untuk menciptakan iklim yang lebih objektif dan menempatkan kesetaraan fairness diantara berbagai
kepentingan perusahaan dan kepentingan stakeholder sebagai prinsip utama dalam pengambilan keputusan oleh dewan komisaris Rosyada, 2011
.
Adanya komisaris independen diharapkan mampu meningkatkan peran dewan komisaris sehingga tercipta good corporate governance di dalam
perusahaan. Manfaat corporate governance akan dilihat dari premium yang bersedia dibayar oleh investor atas ekuitas perusahaan harga pasar. Jika
ternyata investor bersedia membayar lebih mahal, maka nilai pasar perusahaan yang menerapkan good corporate governance juga akan lebih tinggi dibanding
perusahaan yang tidak menerapkan atau mengungkapkan praktek good corporate governance mereka.
Hasil Penelitian Riswandi,2014 menyimpulkan bahwa komisaris independen mampu memainkan perannya khususnya dalam mekanisme
corporate governance yang diharapkan mampu untuk mengurangi perilaku manajemen laba yang dilakukan manajemen perusahaan
.
Universitas Sumatera Utara
19
Hasil penelitian diatas tersebut memberikan simpulan bahwa perusahaan yang memiliki komposisi anggota dewan komisaris yang berasal
dari luar perusahaan atau outside directur dapat mempengaruhi kualitas laba. Indikator yang digunakan untuk mengukur komposisi dewan komisaris adalah
persentase jumlah anggota dewan yang berasal dari luar perusahaan, dari seluruh jumlah anggota dewan komisaris perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah:
H3 : Dewan Komisaris Independen berpengaruh positif terhadap Kualitas Laba.
2.1.6 Leverage dan Kualitas Laba