Prinsip-Prinsip Surat Peranan Korespondensi Bagi Sekretaris Pada Bagian Sekretariat Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

H. Prinsip-Prinsip Surat

Menurut Moekijat 2001:52 ada empat prinsip yang akan memungkinkan dalam menulis sepucuk surat agar memberikan kesan yang baik dan pada waktu bersamaan menyampaikan arti yang sebenarnya mengenai apa yang ingin dikatakan, keempat prinsip tersebut meliputi : 1. Keringkasan, ini berarti bahwa surat harus pendek, walaupun ada beberapa surat yang panjang akan tetapi adalah masih mungkin menggunakan jumlah kata yang sedikit-dikitnya untuk menyatakan arti yang penulis ingin sampaikan. 2. Kejelasan, tidak boleh ada arti dua, misalkan kata “ apakah yang dimaksud ini apa itu ?” maka surat tersebut dikatakan tidak jelas. 3. Kesederhanaan, dalam pembuatan surat kata-kata yang sedehana akan memberikan arti yang lebih jelas daripada menggunakan kata-kata yang panjang dan sulit. 4. Kesopanan, pembuatan surat dengan penyusunan kalimat yang bijaksana, suatu pendekatan yang menyenangkan dan penulisan yang lancar membentuk nada surat

I. Bahasa Surat

Surat harus ditulis dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, jelas, dan terang mengenai maksud dan tujuannya Simorangkir, 2001. Suatu karangan formal, terutama karangan nonfiksi seperti surat resmi, bahasanya harus jelas, lugas dan umum. Selain ketiga syarat utama itu, penulis surat hendaknya juga memperhatikan pemakaian kata-kata yang baku, pemakaian ungkapan tetap dan pemakaian ejaan secara benar. Menurut Lamuddin Finoza 2009 : 53-64 , syarat-syarat bahasa surat yaitu : 1. Bahasa yang jelas Yang dimaksud dengan bahasa yang jelas adalah bahasa yang tidak memberi peluang untuk ditafsirkan secara berbeda. Bahasa dikatakan jelas jika dua orang atau lebih mempunyai penafsiran yang sama tentang suatu maksud. Penafsiran yang sama bukan hanya dimengerti tetapi memahami suatu maksud secara mendalam dan tuntas. Bila maksud seorang penulis dipahami oleh pembaca secara utuh dengan penafsiran tunggal, berarti bahasanya jelas. Bila maksud penulis tidak dimengerti oleh pembaca dan penafsirannya ganda berarti bahasanya tidak jelas. 2. Bahasa yang lugas Lugas dapat diartikan sebagai sederhana, bersahaja, dan langsung pada pokok permasalahan tidak bertele-tele atau berbelit-belit. Bahasa yang lugas diwujudkan dengan pemakaian kalimat yang padat dan hemat namun tetap mengandung makna yang lengkap dan jelas. Lengkap berarti tidak ada unsur penting yang terlupakan. Jelas berarti tidak kabur sehingga mudah dipahami oleh pembaca. 3. Bahasa yang umum Yang dimaksud dengan bahasa yang umum adalah bahasa resmi yang memasyarakat, pemilihan kata-kata yang sudah dikenal, bahasa baku yang dipakai di depan umum atau bahasa yang dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat. 4. Kata yang baku Yang dimaksud dengan kata yang baku atau standar adalah kata yang dianggap paling benar atau pemilihan kata secara cermat ditinjau dari segi penulisan dan pengucapannya. 5. Ungkapan tetap Ungkapan tetap atau dapat juga disebut ungkapan idiomatik adalah ungkapan yang unsurnya terdiri atas dua kata atau lebih yang berpola tetap konstruksinya berbentuk frasa, yaitu kelompok kata nonpredikatif yang membentuk kesatuan arti. Susunan kata-kata ungkapan tetap bersifat permanen. Unaur-unsurnya tidak boleh dipertukarkan dan tidak boleh ditambah atau dikurangi. 6. Pemakaian ejaan yang disempurnakan EYD Kemahiran berbahasa, terlebih bahasa tulis, hanya dapat diperoleh jika seseorang memahami sistem ejaan suatu bahasa. Ejaan adalah seperangkat kaidah yang mengatur cara penulisan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Ejaan yang berlaku untuk bahasa Indonesia adalah Ejaan Yang Diesempurnakan EYD. Adapun ruang lingkup isinya meliputi pemakaian huruf, penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.

J. Kriteria Surat Dan Penulis Surat Yang Baik