Masa Nifas Perspektif Budaya Minang Terhadap Perawatan Ibu Pospartum di Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai Tahun 2014

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Perspektif

Berdasarkan kamus Bahasa Indonesia modern, perspektif diartikan sebagai sudut pandang manusia dalam memilih opini, kepercayaan dan lain-lain. Menurut asal kata, perspektif global adalah wawasan atau cara pandang yang menyeluruh atau mendunia. Namun secara ilmiah perspektif global wawasan atau cara pandang yang menyeluruh. Menurut Sumaatmadja dan Winardit 1999, mengungkapkan pengertian perspektif adalah suatu cara pandang dan cara berprilakuterhadap suatu masalah atau kejadian dari sudut kepentingan global. Lalu menurut Suhanadji dan Waspada TS 2004, perspektif adalah cara pandang atau wawasan untuk melihat dunia yang dipengaruhi beberapa sudut pandang yaitu politik, ekonomi, budaya yang menghubungkan globalisasi. Jadi apabila dihubungkan dengan perspektif budaya Minang terhadap perawatan ibu postpartum adalah bagaimana sudut pandang, kepercayaan budaya minang terhadap perawatan ibu postpartum.

B. Masa Nifas

Masa nifas adalah masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari. Menurut Sulistyawati 2009 periode postpartum adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Pengertian lainnya, masa nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu Saleha, 2009. Masyarakat Universitas Sumatera Utara Indonesia, masa nifas merupakan periode waktu sejak selesai proses persalinan sampai 40 hari setelah itu. Menurut Rukiyah 2011, perawatan yang diberikan tenaga kesehatan khususnya bidan kepada ibu nifas adalah menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologisdimana dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat penting, dengan pemberian nutrisi, dukungan psikologi maka kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga. Lalu melaksanankan skrining yang komprehensif menyeluruh dimana bidan harus melakukan menejemen asuhan kebidanan pada ibu nifas secara sistematis yaitu mulai pengkajian data subjektif, objektif maupun penunjang. Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus menganalisa data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini dapat mendeteksi masalah yang terjadi pada ibu dan bayi.Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi, yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat langsung masuk kelangkah berikutnya sehingga tujuan diatas dapat dilaksakan.Selanjutnya harus memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayi, memberikan pelayanan keluarga berencana. Ada beberapa tahapan yang dilalui oleh beberapa wanita pada masa nifas yang harus difahami oleh seorang bidan, antara lain : 1. Puerperium dini, yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri da berjalan-jalan. 2. Puerperium intermedial, yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu. 3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki komplikasi. Universitas Sumatera Utara Menurut Saleha 2009 peran dan tanggung jawab bidan pada masa nifas adalah: 1 mengidentifikasi dan merespon terhadap kebutuhan dan komplikasi yang terjadi pada saat-saat penting yaitu 6 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu, 2 mengadakan kolaborasi antara orangtua dan keluarga, dan sebagai promotor hubungan yang erat bagi ibu dan bayi, 3 membuat kebijakan, perencanaan kesehatan dan administrator. Asuhan masa nifas ini sangat penting karena periode ini merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Adapun kebijakan program nasional masa nifas adalah Pemerintah melalui Departemen Kesehatan Saleha, 2009 memberikan kebijakan sesuai dengan dasar kesehatan pada ibu pada masa nifas, yakni paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas. Tujuan kebijakan tersebut adalah : 1 untuk menilai kesehatan ibu dan kesehatan bayi baru lahir, 2 pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya, 3 mendeteksi adanya kejadian- kejadian pada masa nifas, 4 menangani berbagai masalah yang timbul dan menganggu kesehatan ibu maupun bayinya pada masa nifas. Adapun frekuensi kunjungan, waktu dan tujuan kunjungan tersebut adalah sebagai berikut: a kunjungan pertama, waktu 6-8 jam setelah persalinan. Tujuan : mencegahan perdarahan masa nifas karena persalinan, mendeteksi dan merawat penyabab lain perdarahan: rujuk bila perdarahan berlanjut, memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, pemberian ASI awal, mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi. Bila ada bidan atau petugas lain yang membantu melahirkan, maka petugas atau bidan itu harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama. b kunjungan kedua, waktu: enam hari setelah persalinan. Tujuan: Universitas Sumatera Utara memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibu cukup makan, minum dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada tanda-tanda adanya penyulit, memberikan konseling pada ibu mengenai hal-hal berkaitan dengan asuhan pada bayi. c kunjungan ketiga, waktu: dua minggu setelah persalinan. Tujuan : sama dengan kunjungan kedua. d Kunjungan keempat, waktu: enam minggu setelah persalinan. Tujuan : menanyakan penyulit-penyulit yang ada, memberikan konseling untuk KB secara dini.

C. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas