1.2. Perumusan Masalah
Adapun masalah dalam penelitian ini yang ingin diketahui adalah sejauh mana hubungan antara antibodi anti EBV EBNA-1 dalam serum penderita dengan
karsinoma nasofaring pada etnis Batak.
Hipotesa
Yang menjadi hipotesa pada penelitian ini adalah terdapatnya hubungan antara antibodi anti EBV EBNA-1 dalam serum penderita dengan karsinoma
nasofaring.
Rusdiana: Hubungan anti bodi anti Epstein - Barr - Virus EBNA-1 Dengan Karsinoma Nasofaring Pada Pasien Etnis Batak Di Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
Kerangka Teori
Non Makanan debu, asap rokok, uap zat kimia,asap kayu bakar,asap kemenyan
Karsinoma Nasofaring
EBV Genetik
- EBNA-1
- EBNA-2
Makanan ikan asin
- LMP-1
- LMP-2A
- LMP-2B
Rusdiana: Hubungan anti bodi anti Epstein - Barr - Virus EBNA-1 Dengan Karsinoma Nasofaring Pada Pasien Etnis Batak Di Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
1.3. Tujuan Penelitian 1. Umum:
Mengetahui hubungan antara antibodi anti EBV EBNA-1 dalam serum dengan karsinoma nasofaring yang didiagnosa secara histopatologi.
2. khusus :
A. Untuk mengetahui keberadaan antibodi anti EBV EBNA-1 dari
penderita karsinoma nasofaring dan untuk mengetahui keberadaan antibodi anti EBV EBNA-1 dari orang sehat sebagai pembanding.
B. Untuk mengetahui karakteristik penderita Karsinoma nasofaring dari
segi usia. C.
Untuk mengetahui distribusi histopatologi karsinoma nasofaring. D.
Untuk mengetahui hubungan histopatologi karsinoma nasofaring dengan keberadaan EBNA-1.
1.4. Manfaat Penelitian
A. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan untuk memahami sejauh
mana peran pemeriksaan kadar antibodi terhadap antigen EBV EBNA-1. B.
Dapat digunakan untuk mengetahui penyebab karsinoma nasofaring. C.
Untuk menegakkan diagnosa Karsinoma nasofaring.
Rusdiana: Hubungan anti bodi anti Epstein - Barr - Virus EBNA-1 Dengan Karsinoma Nasofaring Pada Pasien Etnis Batak Di Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karsinoma Nasofaring
Karsinoma nasopharing KNF adalah merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel nasofaring. Lokasi yang paling sering adalah pada fossa
Rosenmuller. Tumor ini juga dapat dijumpai pada dinding lateral di depan tuba Eustakhius, di atap nasofaring dan di daerah tuba Eustakhius sendiri Beasley,
1987. Secara histopatologi World Health Organization WHO membagi karsinoma nasofaring atas tiga tipe. WHO tipe 1 yaitu karsinoma sel skuamous
dengan keratinisasi, WHO tipe 2 yaitu karsinoma nasofaring tanpa keratinisasi dan WHO tipe 3 yaitu karsinoma nasofaring tanpa differensiasi Bambang, 1988.
Nasofaring merupakan suatu rongga dengan dinding kaku di atas, belakang dan lateral yang secara anatomi termasuk bagian faring. Dinding anterior
berhubungan dengan rongga hidung melalui koana dan tepi belakang septum nasi, sehingga sumbatan hidung merupakan gangguan yang sering timbul. Dinding
posterior nasofaring melengkung ke supero-anterior dan terletak di bawah os sfenoid, sedangkan bagian belakang nasofaring berbatasan dengan ruang
retrofaring, fasia pre vertebralis dan otot-otot dinding faring. Pada dinding lateral nasofaring terdapat orifisium tuba eustakius dimana orifisium ini dibatasi superior
dan posterior oleh torus tubarius, sehingga penyebaran tumor ke lateral akan menyebabkan sumbatan orifisium tuba eustakius dan akan mengganggu
pendengaran. Pada bagian posterosuperior torus tubarius terdapat fossa
Rusdiana: Hubungan anti bodi anti Epstein - Barr - Virus EBNA-1 Dengan Karsinoma Nasofaring Pada Pasien Etnis Batak Di Medan, 2007.
USU e-Repository © 2008