Proses dan Program Pembinaan

Tugas ini memerlukan kualitas pelaksana yang handal dan profesional. Demikian pula persyaratan ini berlaku bagi petugas Bapas dan Petugas Lapas Anak, yang nantinya sangat intens berhubungan dengan anak didik pemasyarakatan. Oleh sebab itulah peneliti menyikapi pembentukan RPP ini sebagai peluang yang strategis dalam rangka mendukung optimalisasi kinerja Lapas Anak. Karena melalui RPP ini semua kelemahan dan hambatan yang terdapat dalam peraturan yang saat ini berlaku dapat diatasi seoptimal mungkin.

B. Proses dan Program Pembinaan

Seperti diuraikan diatas, bahwa instrumen hukum bagi perlindungan anak adalah meliputi pemajuan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak. Kesemuanya itu adalah merupakan tugas dan kewajiban negara, pemerintah, masyarakat, orangtua dan keluarga. Oleh sebab itu, Departemen Hukum dan HAM cq Direktorat Jenderal Pemasyarakatan sangat berkepentingan agar program dan proses pemasyarakatan bagi anak didik pemasyarakatan memiliki nuansa seperti diatas. Dengan demikian secara struktural pembinaan anak didik pemasyarakatan memiliki dimensi pemajuan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak. Sedangkan secara operasional pembinaan anak didik pemasyarakatan memiliki dimensi proses pembinaan pemasyarakatan dan program pembinaan pemasyarakatan. Keterkaitan antara dimensi struktural dan dimensi operasional harus bersinergi sedemikian rupa sehingga dapat menjadi sumber daya yang dapat mendorong dan mendukung berkembangnya secara optimal kapasitas anak untuk menyongsong masa depannya. Jonner Manik : Perlindungan Terhadap Narapidana Anak Ditinjau Dari Undang-Undang Pemasyarakatan Nomor 12 Tahun 1995, 2009 Negara dan pemerintah sebagai “leading sector” dalam pemajuan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak harus sedemikian rupa sehingga secara konstitusional ia secara nyata telah melaksanakan kewajibannya. Dalam rangka pemajuan hak anak didik pemasyarakatan, negara dan pemerintah wajib: 1 Menghormati dan menjamin hak asasi setiap anak tanpa diskriminasi; 2 Memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam menyelenggarakan perlindungan anak; 3 Menjamin perlindungan, pemeliharaan dan kesejahteraan anak; 4 Menjamin anak untuk mempergunakan haknya dalam menyam- paikan pendapat sesuai dengan usia dan kecerdasan anak. 115 Dalam rangka perlindungan terhadap anak didik pemasyarakatan, negara dan pemerintah wajib melakukan upaya penghindaran dan pencegahan sehingga anak terlindung dari perbuatan : 1 Diskriminasi, yakni perbuatan membeda-bedakan jenis kelamin, ras, agama, dan status hukum anak; 2 Eksploitasi, yakni tindakan memperalat, memeras anak; 3 Penelantaran, yakni sengaja mengabaikan perawatan dan pengurusan anak; 4 Kekejaman, yakni tindakan yang keji, bengis dan tidak menaruh belas kasihan terhadap anak; 5 Kekerasan dan penganiayaan, yakni perbuatan mencederai, melukai anak baik fisik, mental dan sosial; 6 Ketidakadilan, yakni kesewenang-wenangan terhadap anak; 7 Perlakuan salah lainnya, yakni perbuatan cabul terhadap anak, membuat ia lebih jahat daripada sebelum ia masuk Lapas. 116 Dalam rangka pemenuhan hak anak didik pemasyarakatan, negara dan pemerintah wajib menyelenggarakan: 1 Pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan mental; 115 Didin Sudirman, Op-Cit., hlm. 348 116 Ibid., hlm 349 Jonner Manik : Perlindungan Terhadap Narapidana Anak Ditinjau Dari Undang-Undang Pemasyarakatan Nomor 12 Tahun 1995, 2009 2 Pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan bakatnya. Dari nilai-nilai yang dikandung dalam dimensi struktural diatas maka proses dan program pembinaan harus dirancang sedemikian rupa sehingga tujuan dari pemidanaan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Secara filosofis, niat yang terkandung dalam penyelengaraan proses pemasyarakatan adalah memperlakukan anak didik pemasyarakatan agar sedini mungkin terhindar dari pengaruh buruk budaya penjara prisonisasi. Seperti maksud yang terkandung, baik dalam UU No 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak maupun dalam UU No 23 Tahun 2003 Tentang Perlindungan Anak, bahwa penangkapan, penahanan dan pidana penjara dilakukan sebagai upaya terakhir ultimum-remidium setelah upaya yang lainnya tidak mencapai sasaran. Disamping itu ancaman hukuman bagi pelanggar hukum anak hanya diberlakukan setengah dari ancaman hukuman bagi pelanggar hukum dewasa. Asas hukum ini berasumsi bahwa dalam prakteknya pelaksanaan pemidanaan di Lapas mempunyai kecenderungan untuk membuat perkembangan anak didik kurang kondusif. Oleh sebab itulah dalam sistem pemasyarakatan diberlakukan proses pembinaan pemasyarakatan, yang secara bertahap anak didik pemasyarakatan dikenalkan dengan budaya yang berlaku umum di dalam masyarakat. Agar ia memiliki sikap mental dan sikap sosial yang lebih bertanggungjawab. Tanggungjawab hanya dapat dibangun melalui pemberian tanggungjawab. Manakala seorang anak didik tidak dipercaya untuk bermasyarakat secara baik di Jonner Manik : Perlindungan Terhadap Narapidana Anak Ditinjau Dari Undang-Undang Pemasyarakatan Nomor 12 Tahun 1995, 2009 dalam masyarakat bebas, maka dalam saat bersamaan sebenarnya ia sedang dikondisikan untuk tidak dapat bertanggungjawab. Pembinaan atau bimbingan merupakan sarana yang mendukung keberhasilan negara menjadikan narapidana menjadi anggota masyarakat. Lembaga Pemasyarakatan Anak berperan dalam pembinaan narapidana, yang memperlakukan narapidana agar menjadi baik.Yang perlu dibina adalah pribadi narapidana, membangkitkan rasa harga diri dan mengembangkan rasa tanggung jawab untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan yang tenteram dan sejahtera dalam masyarakat, sehingga potensial menjadi manusia yang berpribadi dan bermoral tinggi. Pasal 17 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 menentukan bahwa pembinaan Anak Pidana dilaksanakan dengan beberapa tahap pembinaan Tahap pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 terdiri atas 3 tiga tahap, yaitu : a tahap awal; b tahap lanjutan; c tahap akhir. Berkaitan dengan hal ini Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 menerangkan : 1 Pembinaan tahap awal sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 huruf a meliputi: a. masa pengamatan, pengenalan, dan penelitian lingkungan paling lama 1 satu bulan; b. perencanaan program pembinaan kepribadian dan kemandirian. c. pelaksanaan program pembinaan kepribadian dan kemandirian. d. penilaian pelaksanaan program pembinaan tahap awal. 2 Pembinaan tahap lanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat 2 huruf b meliputi: a. perencanaan program pembinaan lanjutan. b. pelaksanaan program pembinaan lanjutan. c. penilaian pelaksanaan program pembinaan lanjutan. d. perencanaan dan pelaksanaan program asimilasi. 3 Pembinaan tahap akhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat 2 huruf c meliputi : Jonner Manik : Perlindungan Terhadap Narapidana Anak Ditinjau Dari Undang-Undang Pemasyarakatan Nomor 12 Tahun 1995, 2009 a. Perencanaan program integrasi; b. pelaksanaan program integrasi; c. pengakhiran pelaksanaan pembinaan tahap akhir. 4 Pentahapan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, 2, dan 3, ditetapkan melalui sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan. 5 Dalam Sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 4 Kepala Lapas Anak wajib memperhatikan Litmas. 6 Ketentuan mengenai bentuk dan jenis kegiatan program pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, 2, dan 3 diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri. 117 Pembinaan Anak Pidana berakhir apabila Anak Pidana yang bersangkutan : 1 masa pidananya telah habis; 2 memperoleh pembebasan bersyarat; 3 memperoleh cuti menjelang bebas; 4 meninggal dunia Pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999. Jenis-jenis pembinaan narapidana dapat digolongkan atas 3 tiga jenis, yaitu: 1 Pembinaan mental. Pembinaan mental dilakukan mengingat terpidana mempunyai masalah seperti perasaan bersalah, merasa diatur, kurang biasa mengontrol emosi, merasa rendah diri yang diharapkan secara bertahap mempunyai keseimbangan emosi. Pembinaan mental yang dilakukan adalah memberikan pengertian agar dapat menerima dan menangani rasa frustasi dengan wajar melalui ceramah; memperlihatkan rasa prihatin melalui bimbingan melalui nasehat; merangsang dan menggugah semangat narapidana untuk menghilangkan keahliannya; memberikan kepercayaan kepada 117 Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 Jonner Manik : Perlindungan Terhadap Narapidana Anak Ditinjau Dari Undang-Undang Pemasyarakatan Nomor 12 Tahun 1995, 2009 narapidana dan menanamkan rasa percaya diri, untuk menghilangkan rasa cemas dan gelisah dengan menekankan pentingnya agama. Pasal 2 PP Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan menentukan bahwa setiap narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan berhak untuk melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya, yang dapat dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Anak atau di luar Lembaga Pemasyarakatan Anak sesuai dengan program pembinaan. 2 Pembinaan sosial Pembinaan sosial mengembangkan pribadi dan hidup kemasyarakatan narapidana. Aktivitas yang dilakukan adalah: memberikan bimbingan tentang hidup bermasyarakat yang baik dan memberitahukan norma-norma kesusilaan, etika pergaulan dan pertemuan dengan keluarga korban, mengadakan surat-menyurat untuk memelihara hubungan batin dengan keluarga dan relasinya, kunjungan untuk memelihara hubungan yang harmonis dengan keluarga. 3 Pembinaan keterampilan Pembinaan keterampilan bertujuan untuk memupuk dan mengembangkan bakat yang dimiliki narapidana, sehingga memperoleh keahlian dan keterampilan. Aktivitas yang dilakukan adalah menyelenggarakan kursus pengetahuan pemberantasan buta huruf, kursus persamaan sekolah dasar, latihan kejuruan seperti kerajinan tangan membuat kursi, sapu, mengukir, latihan fisik untuk memelihara kesehatan jasmani dan rohani senam pagi; latihan kesenian seperti seni musik. Hasil keterampilan seperti ukiran, kursi, dan sapu, yang sebagian dipergunakan di Lembaga Jonner Manik : Perlindungan Terhadap Narapidana Anak Ditinjau Dari Undang-Undang Pemasyarakatan Nomor 12 Tahun 1995, 2009 Permasyarakatan Anak, sebagian dijual dan hasil penjualan dipergunakan untuk memberli peralatan yang lebih lengkap. Dengan mengikuti alur pikir yang demikian, maka seyogyanya proses atau tahapan yang diberlakukan terhadap anak didik tersebut tidak mengikuti proses yang diberlakukan kepada narapidana dewasa. Harus ada percepatan proses pembinaan sehingga secara signifikan dapat meminimalisir pengaruh negatif budaya penjara tersebut. Misalnya harus dicantumkan secara jelas proses admisi orientasi paling lama 15 lima belas hari. Masa pembinaan di dalam Lapas intramural treatment paling lama sampai dengan 13 masa pidananya. Tahap pembinaan asimilasi melalui kegiatan kerja bakti sosial, beribadah, rekreasi, berolahraga, sekolah yang seting pembinaannya diluar Lapas dimulai sejak anak didik pemasyarakatan sedikitnya telah menjalani 13 sepertiga masa pidananya. Sedangkan tahap integrasi melalui PB dan CMB, dilaksanakan apabila yang bersangkutan telah menjalani V2 setengah dari masa pidananya minimal telah menjalani 6 enam bulan. Barangkali perlu dipikirkan pula, bahwa masa pengawasan selama menjalani Proses Pelepasan Bersyarat dapat diregulasi sehingga secara bertahap yang bersangkutan mendapat pengurangan remisi masa pengawasan, apabila selama satu tahun selalu berkelakuan baik. Dengan demikian, nuansa hari kemerdekaan dan hari raya keagamaan pun dapat dinikmati oleh anak didik yang memperoleh Pelepasan Bersyarat. Dalam rangka pemenuhan hak anak didik pemasyarakatan dan dikaitkan pula dengan Indeks Pembangunan Manusia dari PBB Human Depelovement Index, maka Jonner Manik : Perlindungan Terhadap Narapidana Anak Ditinjau Dari Undang-Undang Pemasyarakatan Nomor 12 Tahun 1995, 2009 tidak berlebihan kiranya bahwa program pembinaan pemasyarakatan bagi anak didik pemasyarakatan harus difokuskan kepada tiga program besar, yaitu pendidikan, kesehatan dan latihan keterampilan kerja life skill. Program pendidikan harus meliputi pendidikan umum, pendidikan jasmani, pendidikan rohani termasuk rekreasi dan kesenian, pendidikan mental agama, pendidikan kemasyarakatan termasuk etika dan pendidikan kewarganegaraan. Program pembinaan Kesehatan meliputi perawatan kesehatan, makanan dan minuman, tempat tidur, pakaian serta kesehatan sanitasi dan tempat MCK mandi, cuci dan kakus. Sedangkan program pembinaan keterampilan kerja diarahkan kepada persiapan mereka untukmenerima tanggungjawab setelah ia dewasa. Seperti diketahui bahwa kesempurnaan kedewasaan seseorang dimasyarakat ditentukan oleh 3 tiga hal, yaitu berkeluarga, kedewasaan hidup beragama dan kemampuan mencari nafkah bagi hidup dan kehidupannya. Oleh karena itu program pembinaan keterampilan kerja harus dibuat sedemikian rupa sehingga seseorang dapat memilki suatu keterampilan kerja yang dapat menghidupi dirinya kelak. Ia tidak boleh hanya sekedar mengisi waktu saja, dan jenis keterampilan yang diajarkan harus menyatu dengan pekerjaan yang ada di masyarakat. Agar program dan proses pembinaan dapat dilaksanakan secara baik dan ideal, diperlukan sarana dan prasarana serta dukungan petugas yang memiliki kompetensi dibidang tugasnya memiliki keterampilan khusus mengenai anak. Tanpa hal itu, rasanya semua hanya ada dalam cita-cita dan harapan saja. Oleh sebab itu Jonner Manik : Perlindungan Terhadap Narapidana Anak Ditinjau Dari Undang-Undang Pemasyarakatan Nomor 12 Tahun 1995, 2009 dalam PP tersebut harus dicantumkan hal yang menyangkut institusi, kualifikasi petugas, dan fasilitas minimum yang harus ada dalam institusi tersebut. Tidak berlebihan kiranya apabila dikemukan bahwa untuk menarik dan memelihara petugas Lapas Anak dan Pembimbing Kemasyarakatan yang kompeten maka perlu diambil langkah-langkah guna memperhatikan kesejahteraannya. Hal itu antara lain dengan rnemperjuangkan agar pekerjaan pemasyarakatan dikatagorikan sebagai jabatan fungsional. Disamping itu petugas medisparamedis, guru dan instruktur keterampilan diberikan akses dan kesempatan yang luas untuk dibina secara teknis sebagai pejabat fungsional oleh intansi terkait. Hal ini perlu dilakukan kerjasama yang intens dengan Departemen Kesehatan bagi petugas medisparamedis, Departemen Pendidikan Nasional bagi petugas guru dan Departemen Tenaga Kerja bagi petugas instruktur keterampilan.

C. Petugas Lembaga Pemasyarakatan Anak

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hak Asasi Manusia Terhadap Narapidana Sebagai Warga Binaan Pemasyarakatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan (Studi di LAPAS Labuhan Ruku)

1 87 162

Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan (Tpp) Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan

2 75 143

Perlindungan HUkum Terhadap Petugas Pemasyarakatan Di Dalam Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan

1 82 146

PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI LAKI DAN WANITA DALAM SATU LEMBAGA PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA YOGYAKARTA DITINJAU DARI UNDANG UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN

0 7 79

PENULISAN HUKUM/SKRIPSI PELAKSANAAN PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLATEN DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995.

0 3 12

PENDAHULUAN PELAKSANAAN PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLATEN DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995.

0 4 12

PENUTUP PELAKSANAAN PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLATEN DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995.

0 4 6

ANALISIS KEDUDUKAN HUKUM NARAPIDANA PENDERITA HIVAIDS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA PANGKALPINANG SKRIPSI

0 0 15

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KUTOARJO DITINJAU DARI UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK SKRIPSI

0 0 13

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KUTOARJO DITINJAU DARI UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK SKRIPSI

0 0 13