Dimensi Psikologis Anak Perlindungan Hukum

BAB II PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK

A. Perlindungan Hukum

Terhadap Anak

1. Dimensi Psikologis Anak

Konsep perkembangan moral anak dalam kajian psikologi awalnya dipusatkan pada kajian disiplin, yaitu jenis disiplin terbaik untuk mendidik anak menjadi individu yang mematuhi hukum, dan pengaruh disiplin tersebut pada penyesuaian pribadi dan sosial. Kajian terhadap perkembangan moral anak tidak bisa terlepas dari perilaku moral itu sendiri. Sebagaimana dinyatakan oleh Hurlock bahwa perilaku moral anak adalah: “Perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial, perilaku moral dikendalikan oleh konsep-konsep moral-peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan yang menentukan pola perilaku yang diharapkan dan seluruh anggota kelompok”. 43 Perilaku yang dapat disebut moralitas yang sesungguhnya, tidak saja sesuai dengan standar sosial melainkan juga dilaksanakan secara sukarela. Hal ini rnuncul bersamaan dengan peralihan kekuasaan eksternal ke internal dan terdiri atas tingkah 43 Mandiana, Pola Pembinaan Anak Didik Pemsyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tangerang Menuju Pada Innovation Treatment System Sesuai PP No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan Surabaya : FH UNS, 2005, hlm. 74 Jonner Manik : Perlindungan Terhadap Narapidana Anak Ditinjau Dari Undang-Undang Pemasyarakatan Nomor 12 Tahun 1995, 2009 28 laku yang diatur dari dalam, disertai parasaan tanggung jawab pribadi untuk tindakan masing-masing. Perkembangan moral mempunyai aspek kecerdasan dan aspek impulsif. Anak harus belajar apa saja yang benar dan yang salah. Selanjutnya, segera setelah mereka cukup besar, mereka harus diberi penjelasan mengapa ini benar dan itu salah. Mereka juga harus mempunyai kesempatan untuk mengarnbil bagian dalam kelompok sehingga mereka dapat belajar mengenai harapan kelompok. Hal yang lebih penting lagi, mereka harus mengembangkan keinginan. untuk melakukan hal yang benar, bertindak untuk kebaikan bersama dan menghindari yang salah. Ini dapat dicapai dengan hasil yang paling baik dengan mengaitkan reaksi menyenangkan dengan hal benar, dan reaksi yang tidak menyenangkan dengan reaksi yang salah. Untuk menjamin kemauan untuk bertidak sesuai dengan cara yang diinginkan masyarakat, anak harus menerima persetujuan kelompok. Bagi seorang anak, belajar berperilaku dengan cara yang disetujui masyarakat merupakan proses yang panjang dan lama yang terus hingga masa remaja. Belajar berperilaku merupakan salah satu tugas perkembangan yang penting di masa kanak- kanak. Sebelum anak masuk sekolah, mereka diharapkan mampu membedakan yang benar dan yang salah dalam situasi yang sederhana dan meletakkan dasar bagi perkembangan hati nurani. Dalam mempelajari sikap moral, menurut pendapat Hurlock, terdapat 4 empat hal yang paling pokok untuk mempelajari apa yang diharapkan kelompok sosial dan anggotanya sebagaimana terkandung dalam hukum- kebiasaan-peraturan, mengembangkan nurani, belajar mengalami perasaan bersalah, Jonner Manik : Perlindungan Terhadap Narapidana Anak Ditinjau Dari Undang-Undang Pemasyarakatan Nomor 12 Tahun 1995, 2009 dan rasa malu bila berperilaku tidak sesuai dengan harapan kelompok, dan mempunyai kesernpatan untuk berinteraksi sosial untuk belajar apa saja yang diharapkan anggota kelompok. Secara lebih jauh Hurlock menyatakan bahwa ada beberapa peranan yang mempengaruhi perkembangan moral anak, yaitu peranan pertama, hukum-kebiasaan-peraturan dalam perkembangan moral mempunyai kedudukan yang strategis yaitu menuntut anak untuk belajar apa yang menjadi harapan kelompok sosialnya. Dalam setiap kelompok sosial, tindakan tertentu dianggap benar atau salah karena tindakan itu dianggap menunjang, atau menghalangi kesejahteraan kelompok. Kebiasaan yang palmg penting dibakukan menjadi peraturan hukum, dengan hukuman tertentu bagi yang melanggarnya. Dan yang lainnya, yang sama mengikat, seperti hukum, bertahan sebagai kebiasaan tanpa adanya hukuman bagi yang melanggarnya. Peran kedua, dalam perkembangan moral adalah peran hati nurani, dimana pengembangan hati nurani sebagai kendali internal perilaku individu. Pada masa kini telah ada anggapan bahwa tidak seorang anak pun dilahirkan dengan hati nurani dan bahwa tidak saja setiap anak harus belajar mana yang benar dan mana yang salah, tetapi juga harus menggunakan hati nurani sebagai pengendali perilaku. Hal ini dianggap sebagai salah satu tugas perkembangan yang penting dimasa anak-anak. Hati nurani juga memiliki peran sebagai tanggapan terkondisikan terhadap kecemasan mengenai beberapa situasi dan tindakan tertentu, yang telah dikembangkan dengan mengasosiasikan tindakan agresif dengan hukum. Jonner Manik : Perlindungan Terhadap Narapidana Anak Ditinjau Dari Undang-Undang Pemasyarakatan Nomor 12 Tahun 1995, 2009 Peran ketiga, untuk belajar menjadi anak bermoral adalah pengembangan rasa bersalah dan rasa malu. Rasa bersalah telah dijelaskan sebagai sejenis evaluasi diri khusus yang negatif yang terjadi bila seorang individu mengakui perilakunya berbeda dengan nilai moral yang dirasakannya wajib untuk dipenuhi. Anak yang merasa bersalah tentang apa yang telah dilakukannya, telah mengakui pada dirinya bahwa perilakunya jatuh dibawah standar yang ditetapkannya. Adapun untuk terciptanya perasaan bersalah pada diri anak paling tidak harus memenuhi empat kondisi, yaitu pertama anak-anak harus menerima standar tertentu mengenai hal yang benar dan salah atau baik dan buruk. Kedua, mereka harus menerima kewajiban mengatur perilaku mereka agar sesuai dengan standar yang mereka terima. Ketiga, mereka harus merasa bertanggungjawab atas setiap penyelewengan dan standar tersebut dan mengaku bahwa mereka, dan bukan orang lain yang harus disalahkan, dan keempat, mereka harus memiliki kemampuan mengkritik diri yang cukup besar untuk menyadari bahwa ketidaksesuaian antara mereka telah terjadi. Keempat, kondisi kehidupan tersebut, bahwa untuk belajar menjadi orang bermoral adalah mempunyai kesempatan melakukan interaksi dengan anggota kelompok sosial. Dimana interaksi sosial mempunyai peranan penting dalam perkembangan moral dengan mernberi anak standar perilaku yang disetujui kelompok sosialnya dan dengan memberi mereka sumber motivasi untuk mengikuti standar tersebut rnelalui persetujuan dan ketidaksetujuan sosial. Jonner Manik : Perlindungan Terhadap Narapidana Anak Ditinjau Dari Undang-Undang Pemasyarakatan Nomor 12 Tahun 1995, 2009

2. Kebijakan Perlindungan Anak

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hak Asasi Manusia Terhadap Narapidana Sebagai Warga Binaan Pemasyarakatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan (Studi di LAPAS Labuhan Ruku)

1 87 162

Akuntabilitas Tim Pengamat Pemasyarakatan (Tpp) Pada Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Dalam Prespektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan

2 75 143

Perlindungan HUkum Terhadap Petugas Pemasyarakatan Di Dalam Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan

1 82 146

PEMBINAAN NARAPIDANA LAKI LAKI DAN WANITA DALAM SATU LEMBAGA PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA YOGYAKARTA DITINJAU DARI UNDANG UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN

0 7 79

PENULISAN HUKUM/SKRIPSI PELAKSANAAN PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLATEN DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995.

0 3 12

PENDAHULUAN PELAKSANAAN PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLATEN DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995.

0 4 12

PENUTUP PELAKSANAAN PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLATEN DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995.

0 4 6

ANALISIS KEDUDUKAN HUKUM NARAPIDANA PENDERITA HIVAIDS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA PANGKALPINANG SKRIPSI

0 0 15

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KUTOARJO DITINJAU DARI UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK SKRIPSI

0 0 13

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KUTOARJO DITINJAU DARI UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK SKRIPSI

0 0 13