kopi adalah pengalaman bertani. Dari hasil observasi dijumpai rata-rata pengalaman bertani kopi adalah 40,26 tahun, yang mempunyai sedikit pengalaman adalah 25
tahun dan pengalaman yang terbanyak adalah 55 tahun.
4.4. Hasil Estimasi dengan menggunakan OLS
Berdasarkan hasil estimasi dari tingkat pendapatan petani kopi, terlebih dahulu mengestimasi tingkat produksi. Dalam hal ini variabel yang digunakan adalah
variabel luas lahan, variabel waktu kerja, variabel pengalaman bertani, pupuk dan variabel pestisida. dibawah ini akan dijelaskan sebagai berikut:
Tingkat Produksi Tanaman Kopi
Keterangan : signifikan pada 5
signifikan pada 10 Sumber
: Lampiran 2
Berdasarkan nilai R-squared R
2
sebesar 0.9792, berarti variabel variabel luas lahan, pengalaman bertani, waktu kerja, pupuk dan pestisida mampu menjelaskan
variasi produksi tanaman kopi di Kabupaten Dairi sebesar 97,9792 . Sedangkan sisanya sebesar 2,0208 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
model estimasi ini. Berdasarkan uji t-statistik uji secara parsial, maka dapat diketahui bahwa
variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat produksi tanaman kopi
LQ = -0.41 + 0.38 LLL + 0.03 LPB + 0.37 LWK + 0.10 LF + 0.16 LPs Std. Error 0,17
0,01 0,18
0,06 0,06
t-stat 2,17 2,59 2,07 1,68 2,36
R
2
= 0.979252 F-
stat
= 25109.69
Jakson Sunario Panjaitan: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kopi Di Kabupaten Dairi, 2008. USU e-Repository © 2008
Q di Kabupaten Dairi ialah luas lahan LL, pengalaman bertani PB, waktu kerja WK, dan pestisida Ps, pada tingkat keyakinan 95. Dan untuk variabel pupuk F
signifikan pada tingkat keyakinan 90. Hasil estimasi diatas menunjukan bahwa koefisien luas lahan sebesar 0,38
bermakna bahwa apabila luas lahan bertambah 10 persen, maka produksi kopi dapat meningkat 3,8 persen.
Koefisien pengalaman bertani relatif kecil sebesar 0,03 bermakna bahwa apabila pengalaman bertambah 100 persen, maka produksi kopi dapat meningkat 3
persen. Selanjutnya
koefisien waktu kerja sebesar 0,37 yang bermakna bahwa dengan
penambahan waktu kerja 10 persen, akan mampu meningkatkan produksi petani kopi sebesar 3,7 persen.
Pupuk mempunyai koefisien sebesar 0,10 yang bermakna bahwa dengan penambahan 10 persen pupuk akan meningkatkan produksi kopi sebesar 1 persen, hal
ini diakibatkan karena petani hanya menggunakan pupuk kandang. Begitu juga dengan koefisien pestisida yang memiliki koefisien sebesar 0,16 yang bermakna
bahwa dengan penambahan 10 persen pestisida akan mampu meningkatkan produksi kopi sebesar 1,6 persen.
Sebagaimana yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya, bahwa pengujian secara parsial individu dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung dengan
Jakson Sunario Panjaitan: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kopi Di Kabupaten Dairi, 2008. USU e-Repository © 2008
nilai t-tabel. Selain itu juga dilihat berdasarkan nilai signifikinsi sig. pada hasil estimasi lampiran 2.
Pada jumlah sampel n = 100, variabel bebas k = 5. Koutsoyiannis 1981 menjelaskan bahwa besamya k adalah variabel bebas termasuk konstanta. Dengan
demikian k = 6, dijumpai Degree of Freedom DF = 100 - 6 = 94. Pada Variabel luas lahan mernpunyai t-hitung sebesar 2,174 lebih besar dari t-tabel = 0,05 sebesar
1,985 yang bermakna bahwa variabel luas lahan berpengaruh signifikan pada = 0,05 terhadap pendapatan petani kopi Kabupaten Dairi.
Sementara itu t-hitung variabel pengalaman bertani sebesar 2,593 lebih besar dibandingkan nilai t-tabel pada = 0,05 sebesar 1,985 dengan demikian bahwa
pengalaman bertani berpengaruh signifikan terhadap Produksi kopi. Sementara itu t-hitung untuk variabel waktu kerja sebesar 2,070 lebih besar
dibandingkan nilai t-tabel pada = 0,05 sebesar 1,985 dengan demikian bahwa waktu kerja berpengaruh signifikan terhadap produksi kopi.
Untuk t-hitung variabel pestisida sebesar 2,366 lebih besar dibandingkan nilai t-tabel pada = 0,05 sebesar 1,985 dengan demikian bahwa pestisida berpengaruh signifikan
terhadap produksi kopi. Demikian halnya dengan variabel pupuk yang mempunyai t- hitung sebesar 1,682 lebih kecil dari t-tabel = 0,05 sebesar 1,985, tetapi jika
dibandingkan dengan t-tabel pada = 0,10 variabel pupuk yang mempunyai t-hitung sebesar 1,682 lebih besar dari t-tabel = 0,10 sebesar 1,657 yang menunjukkan
bahwa variabel pupuk signifikan pada = 0,10. Dengan demkian variabel pupuk berpengaruh signifikan terhadap produksi kopi.
Jakson Sunario Panjaitan: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kopi Di Kabupaten Dairi, 2008. USU e-Repository © 2008
Namun demikian, bila dilihat dari nilai F-statistik yang diperoleh, yaitu sebesar
25109.69
, yang lebih besar dari F
0,01
5,100 = 3,20 ; ini berarti secara bersama-sama serentak luas lahan LL, pengalaman bertani PB, waktu kerja
WK, pupuk F, dan pestisida Ps akan mempengaruhi produksi kopi di Kabupaten Dairi dengan tingkat keyakinan 99.
Berdasarkan hasil estimasi tingkat produksi kopi diperoleh hasil bahwa produksi kopi berada pada kondisi Increasing Return to Scale lebih besar dari 1.
Increasing return to scale = 0,38+0,03+0,37+0,10+0,16= 1,04. Increasing Return to Scale lebih besar dari 1 artinya bahwa apabila luas lahan,
pengalaman bertani, waktu kerja, pupuk dan pestisida naik dua kali lipat maka produksi kopi akan naik lebih besar dari dua kali lipat.
K
K
1
C K
2
B K
3
A L
1
L
2
L
3
sumber: Bambang Edi Priyono, Manajerial Ekonomi,2002 Gambar 2.3. Increasing Return to Scale 1
4.5. Uji Asumsi Kelasik