Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Cokelat Di Kabupaten Dairi

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PRODUKSI COKELAT DI KABUPATEN DAIRI

TESIS

Oleh

DOODY S. TUMANGGOR

077018032/EP

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA

NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PRODUKSI COKELAT DI KABUPATEN DAIRI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

DOODY S. TUMANGGOR

077018032/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI COKELAT DI KABUPATEN DAIRI

Nama Mahasiswa : Doody S. Tumanggor

Nomor Pokok : 077018032

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Rahmanta, M.Si) (Drs. Iskandar Syarief, M.A)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur

(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 25 Agustus 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Rahmanta, M.Si

Anggota : 1. Drs. Iskandar Syarief, M.A 2. Dr. Murni Daulay, M.Si 3. Dr. Jonni Manurung, MS 4. Drs. Rahmat Sumanjaya, M.Si


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cokelat di Kabupaten Dairi. Dengan menggunakan beberapa teori produksi, maka variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah luas lahan, waktu kerja, penggunaan pupuk , penggunaan pestisida dan umur tanaman cokelat.

Penelitian ini menggunakan data primer diperoleh dari petani melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Petani responden ditentukan secara acak sederhana (Simple Random Sampling) sebanyak 95 orang dari sebelas kecamatan sampel, semuanya adalah petani cokelat yang mana kesebelas kecamatan tersebut merupakan penghasil produksi cokelat di Kabupaten Dairi. Besarnya faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi cokelat dianalisis dengan analisis regresi berganda dengan model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least Square)

Hasil penelitian menununjukkan bahwa nilai variabel luas lahan berpengaruh positif dan signifikan pada 10%, variabel waktu kerja dan variabel umur tanaman berpengaruh positif dan signifikan pada 1%, variabel pestisida berpengaruh positif dan signifikan pada 5% dan variabel pupuk berpengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap produksi cokelat di Kabupaten Dairi. Elastisitas luas lahan, waktu kerja, penggunaan pupuk, penggunaan pestisida dan umur tanaman mempunyai nilai elastisitas di bawah 1, sehingga digolongkan bersifat tidak elastis (in elastis).

Kata kunci : Faktor produksi, Produksi, Elastisitas Produksi


(6)

ABSTRACT

The aims of research to find out the factors which influence on the chocolate production in Dairi Regency. By using several production theory, therefore, the variable observed in this research are the width of area, working hour, the using of fertilizer, the using of pesticide and the age chocolate of plants.

This research employ the primary data which obtained from farmers through direct interview by using quesionaires list prepared. The farmers taken randomly (simple random sampling). There are 95 persons from 11 sub districts. They are all chocolate producers.The amount of factors that affects the production level of chocolate analyzed with multiple regression with production function of Cobb Douglas with OLS (Ordinary Least Square) method test.

The result shows that the value of variable of the width of area positively and influence on the chocolate production significant at g 10%, the variable of working hour and the variable of the age of plants positively influence at g1%, the variable of pesticide positively influence and significant at g 5% the and the variable of fertilizer positively influence but not significant to the production of chocolate in Dairi Regency. The elasticity of the with of area, working time, the using of fertilizer, the using of pesticide and the age of plants have the elasticity less than 1 (not inelastic). Key words : Production Factor, Production, Production Elasticity


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat dan

Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Cokelat di Kabupaten

Dairi “.

Penulisan Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi pencapaian derajat Sarjana S-2 pada Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Penulis menyadari bahwa sejak mengikuti studi hingga penyelesaian penyusunan tesis ini tidak lepas dari bimbingan, dorongan dan buah pikiran cemerlang dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati yang tulus ikhlas, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dr. Rahmanta, M.Si sebagai komisi pembimbing dan Bapak Drs. Iskandar Syarief, M.A. sebagai anggota komisi pembimbing yang telah

berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, ide, arahan dan dorongan dengan penuh kesabaran dan kearifan yang telah diberikan mulai dari penulisan proposal sampai dengan selesainya penulisan tesis ini;

2. Bapak Bupati Dairi dan Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Dairi yang telah memberikan tugas untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi


(8)

Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

3. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si selaku Ketua Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan beserta seluruh Staf Pengelola dan Staf Pengajar/Dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan selama mengikuti pendidikan;

4. Bapak Prof Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara;

5. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara;

6. Ayahanda S. Tumanggor dan Ibunda Z. Gurning tersayang serta istri tercinta dan saudara-saudaraku yang telah banyak memberikan dukungan, semangat dan terutama doa-doanya;

7. Bapak/Ibu petani cokelat di Kabupaten Dairi yang telah bersedia menjadi responden;

8. Teman-teman di MEP’ seluruhnya dan khususnya angkatan 13 dan semua pihak yang telah memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung atas terselesaikannya penelitian dan penulisan tesis ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu tidak menutup kemungkinan adanya kritik atau saran yang dapat membuat tesis ini menjadi jauh lebih baik. Selanjutnya penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya bagi


(9)

Pemerintah Kabupaten Dairi yang menjadikan komoditi cokelat sebagai komoditi unggulan daerah.

Medan, Agustus 2009 Penulis,


(10)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Doody .S. Tumanggor

2. Agama : Islam

3. Tempat/Tgl. Lahir : Sidiklang, 26 Februari 1977

4. Jenis Kelamin : Laki-laki

5. Status : Menikah

6. Alamat : Jl. Sentosa No. 8. Sidikalang, Kab.Dairi

7. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil Dinas Pertanian Sidikalang 8. Nama Orang Tua

Ayah : S. Tumanggor

Ibu : Z. Gurning

9. Pendidikan

a. SD ST. Josep Sidikalang : Lulus Tahun 1990

b. SMP Santo Paulus Sidikalang : Lulus Tahun 1993

c. SMA Negeri 1 Sidikalang : Lulus Tahun 1996

d. Strata 1 (Satu) Fakultas Pertanian UISU Medan : Lulus Tahun 2002 e. Srata 2 (Dua) Sekolah Pascasarjana USU : Lulus Tahun 2009


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT………... ii

KATA PENGANTAR………... iii

RIWAYAT HIDUP……… v

DAFTAR ISI………... vi

DAFTAR TABEL………... viii

DAFTAR GAMBAR………... ix

DAFTAR LAMPIRAN……….. x

BAB I. PENDAHULUAN... ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Konsep Produksi ... 9

2.2. Fungsi Produksi... 11

2.3. Hukum Kenaikan Hasil yang Semakin Berkurang ... 17

2.4. Faktor Produksi dan Pendapatan ... 22

2.5. Penelitian Terdahulu ... 25

2.6. Kerangka Pemikiran... 27

2.7. Hipotesis Penelitian... 28

BAB III. METODE PENELITIAN ... 29

3.1. Ruang Lingkup dan Lokasi Penelitian ... 29

3.2. Populasi dan Sampel ... 29

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 30

3.4. Variabel Penelitian ... 30

3.5. Model dan Metoda Analisis ... 31

3.6. Uji Kesesuaian (Test Goodness of Fit)... 33


(12)

3.7.1. Uji Normalitas... 34

3.7.2. Uji Multikolinieritas... 35

3.7.3. Uji Heteroskedastisitas... 36

3.8. Defenisi Operasional ... 36

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian... 38

4.2. Karakteristik Responden ... 39

4.3. Tingkat Produksi Cokelat Dan Variabel yang mempengaruhinya ... 43

4.4. Uji Kesesuaian (Test Goodness of Fit)... 44

4.5. Uji Asumsi Klasik ... 54

4.5.1. Uji Normalitas... 55

4.5.2. Multikolinieritas... 55

4.5.3. Heteroskedastisitas... 56

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1. Kesimpulan ... 58

5.2. Saran... 59


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Luas Lahan, Produksi dan Jumlah Petani Cokelat menurut

Kecamatan di Kabupaten Dairi ...……….... 6

3.1. Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian... 30

4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat umur Petani Cokelat di Kabupaten Dairi………... 40

4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petani Cokelat di Kabupaten Dairi………... 40

4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Tanaman Cokelat yang diusahakan petani di Kabupaten Dairi………... 41

4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Luas Lahan yang di Usahai ………. 42

4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan………... 42

4.6. Tingkat Produksi Cokelat dan variabel yang Mempengaruhinya………... 43

4.7. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Tanaman Cokelat di Kabupaten Dairi………...…... 44

4.8. Hasil Uji Jarque-Bera... 55

4.9. Hasil Uji Multikolinieritas………... 56


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Kurva Hukum Kenaikan Hasil Yang Semakin Berkurang.. 18

2.2 Kerangka Pemikiran Faktor-faktor Yang Mempengaruhi


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Tabulasi Data Penelitian ………... 62

2. Hasil Estimasi Produksi Tanaman Cokelat ……….. 65

3. Uji Normalitas (Jarque Bera/JB) ……….. 66

4. Uji White Heteroskedastisitas ... 67

5. Uji Multikolinieritas Luas Lahan ………. 68

6. Uji Multikolinieritas waktu kerja ………. 69

7. Uji Multikolinieritas Penggunaan pupuk ………. 70

8. Uji Multikolinieritas Penggunaan Pestisida ………. 71

9. Uji Multikolinieritas Umur Tanaman Cokelat ………. 72


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. Apabila dikelola secara baik dapat dimanfaatkan sebagai pemasok devisa negara. Telah banyak upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi subsektor perkebunan misalnya dengan cara intensifikasi, ektensifikasi, diversivikasi, dan rehabilitasi. Salah satu tenaman perkebunan yang diharapkan memberikan sumbangan devisa negara sebagai komoditi ekspor adalah komoditi cokelat. Pemuliaan cokelat yang pertama di Indonesia mulai tahun 1921 oleh Van Hall. Komoditi cokelat diharapkan menduduki tempat yang sejajar dengan komoditi perkebunan lainnya, seperti kelapa sawit dan karet. (Siregar et al., 2005).

Cokelat merupakan salah satu komoditas yang sangat penting, baik sebagai sumber penghidupan bagi jutaan petani produsen maupun sebagai salah satu bahan penyedap yang sangat di perlukan untuk produksi makanan,seperti kue - kue dan berbagai jenis minuman. Cokelat juga sebagai sumber lemak nabati yang memiliki keistimewaan yaitu dapat meleleh/mencair pada suhu dimulut. Di Indonesia pada tahun 1990 telah ditemukan nilai tambah dari produk buah cokelat, limbah kulit buah cokelat berhasil di proses menjadi bahan pakan ternak, dengan cara limbah kulit buah cokelat tersebut difermentasikan terlebih dahulu untuk menurunkan kadar lignin yang sulit dicerna oleh hewan, dan untuk meningkatkan kadar protein dari 6%-8% menjadi


(17)

12%-15%. Hal ini diungkapkan oleh Darwis. Pemberian kulit buah cokelat yang telah diproses itu pada ternak sapi dapat meningkatkan berat badan sapi.Walaupun cokelat merupakan komoditas yang penting dalam dunia perdagangan internasional, pihak produsen coklat dihadapkan berbagai masalah yang besar terhadap keberlangsungan usaha dan kehidupan para petani coklat. Harga coklat di pasar internasional sering mengalami fluktuasi.(Hatta, 2005).

Produksi cokelat di Indonesia dihasilkan dari perkebunan Negara, Perkebunan Swasta dan Perkebunan Rakyat. Lokasi perkebunan coklat skala besar yang diusahakan perusahaan perkebunan terletak di daerah Sumatera Utara dan Jawa Tenga dan Jawa Timur.Sedangkan Perkebunan Rakyat terletak terutama di Maluku, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya.Sejalan dengan itu pengembangan pertanaman coklat di Indonesia khususnya dipulau Jawa berjalan dengan pesat. Perkembangannya juga didorong oleh meluasnya penyakit karat daun pada tanaman kopi oleh Hemeleia vastatrix, sehingga menyebabkan musnanya areal pertanaman kopi di Jawa.(Siregar et al, 2005).

Pemerintah Indonesia berusaha mempercepat pengembangan cokelat dengan memperluas areal pertanaman.Usaha tanaman cokelat mempunyai arti penting dalam aspek sosial ekonomi.Sebab selain merupakan sumber devisa negara ,juga merupakan tempat tersedianya lapangan kerja bagi penduduk dan sumber penghasilan bagi para petani cokelat,terutama di daerah-daerah sentra produksi (Hatta., 2005).

Pada umumnya daerah Kabupaten Dairi adalah potensi pertanian yang cukup luas dan sangat besar jumlah hasilnya sehingga mata pencaharian penduduk yang


(18)

terutama adalah pertanian padi, palawija dan tanaman tahunan/bahan perdagangan ekspor antara lain :

a. Tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela rambat, ketela pohon, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau.

b. Tanaman sayur-sayuran seperti cabe, kentang, tomat, buncis, terung, bayam dan sayur-sayuran lainnya sangat baik di Kabupaten Dairi. Sedangkan tanaman bawang merah dan bawang putih di Kecamatan Silahisabungan yakni di Desa Silalahi II dan Desa Paropo yang terletak di pinggiran Danau Toba. c. Tanaman perdagangan bahan ekspor seperti kopi, kelapa, coklat, kemenyan,

cengkeh, tembakau, jahe, dan kemiri serta kulit manis dan nilam. Tanaman tahunan sangat baik diusahakan serta mempunyai hasil yang cukup besar jumlahnya sehingga dapat mempengaruhi perekonomian masyarakat Kabupaten Dairi.

d. Sebagai mata pencaharian tambahan juga diperoleh dari hasil hutan seperti kayu pertukangan, damar, rotan.

Namun sebagian kecil penduduk juga memelihara ternak unggas, perikanan darat dengan tata cara pemeliharaan secara tradisional sehingga hanya merupakan penghasilan tambahan, dimana jumlahnya belum memenuhi standar nasional.

Di Kabupaten Dairi Perkembangan luas lahan pertanaman cokelat tiap tahun mengalami peningkatan. Potensi yang ada di Kabupaten Dairi seharusnya dikembangkan sehingga mampu meningkatkan produksi,dimana perkembangan luas lahan tanaman cokelat Kabupaten Dairi tahun 2004, 2005,2006 dan 2007


(19)

masing-masing hanya sebesar 102 Ha,152 Ha, 349 Ha dan 398,8 Ha (Dairi Dalam Angka 2008). Ini menggambarkan adanya keinginan masyarakat Dairi untuk mengembangkan perkebunan rakyat melalui pertanaman cokelat. Komoditi cokelat di Kabupaten Dairi, adalah merupakan salah satu unggulan subsektor perkebunan. Komoditi cokelat ini memegang peranan dalam memberikan sumbangan atau kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Meskipun secara umum terus terjadi fluktasi jumlah produksi tetapi perkebunan cokelat ini masih menjadi subsektor unggulan yang diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dairi di masa yang akan datang.

Kabupaten Dairi terletak di wilayah pantai barat Sumatera Utara yaitu pada 98º00´ - 98º38´ Bujur Timur (BT) dan 2º15´-3º10´ Lintang Utara (LU) dengan ketinggian rata-rata 700 s/d 1.250 m di atas permukaan laut dengan iklim hujan tropis dan mempunyai luas daerah 191.625 Ha dengan jumlah penduduk sebanyak 268.780 jiwa (BPS Kabupaten Dairi, Dairi dalam Angka, 2008).

Wilayah Kabupaten Dairi sebagian besar merupakan dataran tinggi yang dirinci sebagai berikut.

Ketinggian sampai 500 meter : 53.978,40 Ha = 28% Ketinggian antara 500-1.000 meter : 88.678,80 Ha = 46% Ketinggian > 1.000 meter : 48.967,80 Ha = 26

Keadaan lereng atau kemiringan tanah dapat dirinci sebagai berikut.

Datar (00 – 80) : 2.581 Ha = 1,34%


(20)

Bergelombang (150-250) : 26.724 Ha = 13,86%

Curam (250-400) : 27.824 Ha = 14,43%

Terjal ke atas (>400) : 111.480 Ha = 58,18%

Iklim tropis pada daerah ketinggian kurang dari 500 meter dpl, iklim subtropis pada daerah dengan ketinggian 500-1000 meter dpl dan iklim dingin pada daerah ketinggian di atas 1000 meter dpl.

Secara administrasi pemerintahan, Kabupaten Dairi terdiri dari lima belas (15) kecamatan (8 kelurahan dan 148 desa), yaitu Kecamatan Sidikalang, Sitinjo, Berampu, Parbuluan, Sumbul, Silahisabungan, Silima Pungga-pungga, Lae Parira, Siempat Nempu, Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu Hilir, Tigalingga, Gunung Sitember, Pegagan Hilir, dan Kecamatan Tanah Pinem. Potensi yang ada di Kabupaten Dairi adalah pengembangan usaha pertanian dalam arti luas.

Adapun sumber daya alam terdiri dari lahan pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan dengan kondisi kesuburan tanah yang berbeda tetapi pada umumnya adalah Podsolik dan Podsolik Merah Kuning. Berdasarkan kondisi sumber daya alam wilayah Kabupaten Dairi sangat cocok untuk usaha-usaha pertanian perkebunan seperti cokelat,kopi, gambir, nilam, kemenyan dan jenis komoditi perkebunan lainnya. Di samping usaha-usaha pertanian juga terdapat tenaga Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pariwisata yang kini mulai dioptimalkan.

Berdasarkan keadaan alam dan topografi tersebut menggambarkan bahwa tanaman cokelat merupakan tanaman perkebunan rakyat yang prospektif juga selain tanaman kopi di Kabupaten Dairi, artinya di samping relatif mudah dibudidayakan


(21)

juga tumbuh hampir di semua wilayah Kabupaten Dairi, dan untuk komoditi cokelat di Kabupaten Dairi sebagian besar diusahakan oleh petani dalam bentuk perkebunan rakyat dengan teknologi budidaya terbatas.

Untuk Mengetahui Jumlah Petani, Luas Lahan, Produksi coklat menurut Kecamatan di Kabupaten Dairi Tahun 2007 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 1.1. Luas Lahan, Produksi dan Jumlah Petani Cokelat menurut Kecamatan di Kabupaten Dairi

Cokelat

No Kecamatan Luas Lahan

(Ha) Produksi (Ton) Petani (KK) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Sidikalang Sitinjo Berampu Parbuluan Sumbul Silahisabungan Silima Pungga-pungga Lae Parira Siempat Nempu Siempat Nempu Hulu Siempat Nempu Hilir Tigalingga Gunung Sitember Pegagan Hilir Tanah Pinem 0,8 - 11 - - - 60 18 38 72 29 58 21 19 72 0,4 - 3 - - - 20,8 5 13,9 20,8 9,45 27 11.5 5,2 37 9 - 15 - - - 160 36 82 184 66 138 41 51 162

Jumlah 398,8 154,05 944

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Dairi Tahun 2008

Berdasarkan Tabel 1.1 di atas diketahui bahwa luas lahan tersebar hampir di semua kecamatan dengan beberapa jumlah petani dan produksi yang berbeda.


(22)

Berdasarkan gambaran tersebut dapat diketahui bahwa perlu adanya pengembangan usaha tani coklat agar hasil produksi juga maksimal.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis mencoba untuk mengangkat judul tesis ini “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Cokelat di Kabupaten Dairi“.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang diatas, permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh luas lahan terhadap produksi cokelat di Kabupaten Dairi.

2. Bagaimana pengaruh jumlah waktu kerja terhadap produksi cokelat di Kabupaten Dairi

3. Bagaimana pengaruh jumlah pemakaian pupuk terhadap produksi cokelat di Kabupaten Dairi.

4. Bagaimana pengaruh jumlah pemakaian pestisida terhadap produksi cokelat di Kabupaten Dairi.

5. Bagaimana pengaruh umur tanaman terhadap produksi cokelat di

Kabupaten Dairi.

1.3 Tujuan Penelitian


(23)

1. Menganalisis pengaruh luas lahan terhadap produksi cokelat di Kabupaten Dairi.

2. Menganalisis pengaruh jumlah waktu kerja terhadap produksi cokelat di Kabupaten Dairi

3. Menganalisis pengaruh jumlah pemaakian pupuk terhadap produksi cokelat di Kabupaten Dairi.

4. Menganalisis pengaruh jumlah pemakaian pestisida terhadap produksi cokelat di Kabupaten Dairi.

5. Menganalisis pengaruh umur tanaman terhadap produksi cokelat di Kabupaten Dairi.

1.4 Manfaat penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah, dalam merumuskan perencanaan pembangunan daerah khususnya yang berkaitan dengan pengembangan perkebunan cokelat di Kabupaten Dairi.

2. Bagi penulis dalam memperluas pengetahuan dan wawasan tentang

pengembangan perkebunan cokelat di Kabupaten Dairi.

3. Sebagai bahan acuan untuk peneliti selanjutnya terutama yang berminat untuk meneliti mengenai sektor tanaman perkebunan umumnya dan cokelat khususnya.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Produksi

Dalam proses produksi pertanian, seorang petani modern menggunakan faktor produksi (input) seperti tanah, tenaga kerja, mesin dan pupuk. Input tersebut dipergunakan selama musim tanam, dan pada musim panen petani tersebut mengambil hasil (output) tanamnya. Petani selalu berusaha keras untuk melakukan produksi secara efisien atau dengan biaya yang paling rendah, dengan demikian petani selalu berusaha untuk memproduksi tingkat output maksimum dengan menggunakan suatu dosis input tertentu, dan menghindarkan pemborosan sekecil mungkin, selanjutnya petani tersebut dianggap berusaha memaksimumkan laba ekonomis.

Miler dan Miner (1999) menyatakan produksi merupakan konsep arus.Apa yang dimaksud konsep arus (flow concept) disini adalah produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkat-tingkat output per unit periode/waktu. Sedangkan outputnyan sendiri senantiasa diasumsikan konstan kualitasnya. Jadi bila kita berbicara mengenai peningkatan produksi, itu berarti peningkatan output dengan mengasumsikan faktor – faktor yang lain yang sekiranya berpengaruh tidak berubah sama sekali (konstan).

Konsep produksi analisis produksi berfokus pada penggunaan masukan input yang efesien untuk menciptakan output. menyatakan bahwa produksi barang dan jasa


(25)

dengan sasaran menetapkan cara yang optimal menggabungkan input untuk meminimumkan biaya. Untuk menjelaskan konsep produksi, perlu dikaji lebih jauh tentang konsep hubungan antara input dan output yang disebut dengan fungsi produksi (production function)

Joesron dan Fathorrozi (2003) menyatakan produksi merupakan hasil akhir dalam proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mekombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output.

Ahyari (2004) menyatakan Produksi diartikan sebagai kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaat dan penciptaan faedah baru. Faedah atau manfaat tersebut dapat terdiri dari beberapa macam,misalnya faedah bentuk, faedah waktu, faedah tempat, serta kombinasi dari faedah-faedah tersebut di atas.Apabila terdapat suatu kegiatan yang dapat menimbulkan manfaat baru atau mengadakan penambahan dari manfaat yang sudah ada maka kegiatan tersebut disebut sebagai kegiatan produksi.

Pindyck dan Rubinfield (2001) menyatakan bahwa hubungan input dan output untuk setiap sistem produksi adalah fungsi dari karakteristik teknologi. Selagi teknologi dapat ditingkatkan dan fungsi produksi berubah, sebuah perusahaan dapat memperoleh lebih banyak output untuk serangkaian input tertentu.Produktivitas faktor adalah kunci untuk mendapatkan kombinasi atau proporsi input yang optimal yang harus dipergunakan untuk menghasilakan satu produk yang mengacu pada the


(26)

law of variable proportion faktor memberikan dasar untuk penggunaan sumber daya yang efesien dalam sebuah sistem produksi.

2.2 Fungsi produksi

Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output, sehingga nilai barang tersebut bertambah. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat output dan tingkat penggunaan input-input

(Boediono, 2002).

Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat output dan tingkat penggunaan input-input.Setiap produsen dalam teori dianggap mempunyai suatu fungsi produksi, yaitu :

Q = f (X1,X2,X3…Xn)

Q = Tingkat produksi (output)

X1,X2,X3,..Xn = Berbagai input yang digunakan

Fungsi produksi menggambarkan kombinasi penggunaan input yang dipakai oleh suatu perusahaan. Pada keadaan teknologi tertentu, hubungan antara input dan output tercermin pada fungsi produksinya.Suatu fungsi produksi menggambarkan kombinasi input yang dipakai dalam proses produksi, yang menghasilkan output tertentu dalam jumlah yang sama dapat digambarkan dengan kurva isoquant, yaitu kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi faktor produksi yang sama (Joesran dan Fathorrozi, 2003).


(27)

Tujuan setiap perusahaan (termasuk petani yang menggarap lahan dengan tenaganya sendiri) adalah mengubah input menjadi output sehingga tercipta

produktivitas. Untuk mendapatkan outputnya, perusahaan harus menggunakan berbagai jenis input yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam dan sebagainya. Karena input-input ini langka, sehingga mereka harus menggunakan ukuran biaya yang diasosiasikan dengan penggunaan input, seperti petani mengkombinasikan tenaga mereka dengan bibit, tanah, hujan, pupuk dan peralatan mesin untuk memperoleh hasil panen (Nicholson, 2002).

Boediono (1999) menyatakan bahwa meningkatkan output sebagai

konsekuensi pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan meningkatkan ketrampilan pekerja, penerapan sistem pembagian kerja yang tepat berdasarkan ketrampilan pekerja dan penggunaan mesin-mesin yang dapat memudahkan dan mempercepat serta meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

Lebih lanjut Boediono (1999) menggambarkan bahwa bentuk umum fungsi produksi yang bisa menampung berbagai kemungkinan substitusi antara kapital (K), tenaga kerja (L), Sumber daya (R) dan teknologi (T) adalah sebagai berikut :

Q = f (K, L, R, T) Keterangan :

Q = Output atau keluaran K = Stok Kapital atau modal L = Labor atau tenaga Kerja R= Resource /Sumber daya


(28)

T = Tingkat teknologi yang digunakan

Persamaan di atas menunjukkan bahwa stok kapital, tenaga kerja, penggunaan pupuk dan teknologi dapat meningkatkan output. Apabila output meningkat pada periode itu, maka sebagian kenaikan output akan diinvestasikan sehingga stok kapital

akan bertambah besar sebesar output yang diinvestasikan. Proses pertumbuhan output

ini akan terus berulang pada periode berikutnya, sampai pada batas penggunaan sumber daya alam dan sumber daya tenaga kerja mencapai tingkat yang optimal.

Dari persamaan tersebut berarti bahwa besar kecilnya tingkat produksi suatu barang tergantung kepada jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam dan tingkat produksi yang digunakan. Jumlah produksi yang berbeda – beda tentunya memerlukan faktor produksi yang berbeda pula. Tetapi ada juga bahwa jumlah produksi yang tidak sama akan dihasilkan oleh faktor produksi yang dianggap tetap, biasanya adalah faktor produksi seperti modal, mesin, peralatannya serta bangunan perusahaan. Sedangkan faktor produksi yang mengalami perubahan adalah tenaga kerja. Berkaitan dengan periode produksi, situasi produksi dimana perusahaan tidak dapat mengubah outputnya disebut jangka waktu yang sangat pendek sedangkan situasi produksi dimana output dapat dirubah namun demikian ada sebagian faktor produksi yang bersifat tetap atau input tetap dan sebagian lagi faktor produksinya dapat dirubah atau input variabel disebut produksi jangka pendek dan produksi jangka panjang yaitu suatu produksi tidak hanya output dapat berubah tetapi mungkin semua input dapat diubah dan hanya teknologi dasar produksi yang tidak mengalami perubahan.


(29)

Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa

input. Dalam pembahasan teori ekonomi produksi, maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini. Hal tersebut disebabkan karena beberapa hal, antara lain:

1. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti,

2. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara variabel yang dijelaskan (dependent variable) Y, dan variabel yang menjelaskan (independent variable) X, serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel penjelas. Secara matematis, hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Y = f (X1, X2, ..., X3, ...Xn)

Dengan fungsi produksi seperti tersebut di atas, maka hubungan Y dan X dapat diketahui dan sekaligus hubungan X1...Xn dan X lainnya juga dapat diketahui.

Menurut Pappas (2003) fungsi produksi adalah suatu pernyataan deskriptif yang mengkaitkan masukan dengan keluaran. Fungsi produksi menyatakan jumlah maksimum yang dapat di produksi dengan sejumlah masukan tertentu atau alternatif lain, jumlah maksimum masukan yang diperlukan untuk memproduksi satu tingkat keluaran tertentu. Fungsi ditetapkan oleh teknologi yang tersedia yaitu hubungan


(30)

masukan/keluaran untuk setiap produksi adalah karakteristik teknologi, peralatatan, tenaga kerja, bahan dan sebagainya yang dipergunakan perusahaan.

Selanjutnya, Widayat (2001) menjelaskan bahwa proses produksi pada umumnya membutuhkan berbagai macam faktor produksi, misalnya tenaga kerja, modal dan berbagai bahan mentah. Pada setiap proses produksi, faktor-faktor produksi tersebut digunakan dalam kombinasi tertentu. Misalnya dari faktor-faktor produksi yang digunakan itu input X1, penggunaan terus ditambah sedangkan input

yang lain tetap, maka fungsi produksi dianggap tunduk pada hukum yang disebut The Law of Diminishing Returns. Hukum ini mengatakan bahwa “Bila satu macam input

penggunaannya terus ditambah sedang input-input yang lain penggunaannya tidak berubah, maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input

yang ditambahkan tadi mula-mula menaik akan tetapi kemudian menurun bila input

tersebut ditambah.Untuk selanjutnya, input yang berubah itu dinamakan input variabel. Tambahan output yang diperoleh karena adanya tambahan satu unit input

tersebut dinamakan Marginal Physical Product (MPP).

Kalau hubungan antara output dan input variabel digambarkan dalam suatu grafik maka akan didapat suatu kurva yang dinamakan kurva Total Physical Product (TPP). Kurva Total Physical Product (TPP) ini didefinisikan sebagai kurva yang menunjukkan tingkat produksi total (Q) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan input lainnya dianggap tetap, sehingga:


(31)

Kurva lain yang dapat diturunkan dari kurva Total Physical Product (TPP)

adalah kurva Marginal Physical Product (MPP) dan kurva Average Physical Product (APP). Kurva Marginal Physical Product (MPP) adalah kurva yang menunjukkan tambahan Total Physical Product (TPP) karena adanya tambahan penggunaan satu

input variabel. Secara matematis dapat ditulis: MPP = ∂TPP = ∂Q = ∂f(X) ∂X ∂X ∂X

Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-rata per unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut, dan ditulis secara matematis:

APP = TPP = Q = f(X) X X X

Hubungan antara Marginal Physical Product (MPP) dan Average Physical Product (APP) di atas selanjutnya dapat menjelaskan tentang elastisitas produksi. Dengan elastisitas produksi yang berbeda-beda, maka dapat diketahui apakah pertanian tersebut dalam keadaan increasing atau decreasing. Apabila nilai elastisitas produksi lebih besar dari satu, bila produksi total menaik maka pertanian ada pada daerah increasing, dan sebaliknya bila nilai elastisitas produksi lebih besar dari nol tetapi lebih kecil dari satu, maka pertanian tersebut ada pada daerah decreasing. Elastisitas produksi (Ep) adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari persentase perubahan dari input. Ep ini dapat dituliskan melalui rumus sebagai berikut (Soekartawi, 2003) :


(32)

Ep = ∆Y ∆X Y X Ep = ∆ Y . X

∆ X Y

Di mana : Y adalah hasil produksi (output) X adalah faktor produksi (input) maka, MPP = YÚ X

APP = YÚX Ep = MPPÚAPP

Akan tetapi karena besarnya koefisien elastisitas produksi dapat diketahui dari hasil fungsi produksi Cobb Douglas (hasil analisis OLS) dan besarnya Average Physical Product (APP) dapat dihitung berdasarkan data yang tersedia, maka

Marginal Physical Product (MPP) juga dapat dihitung dengan menggunakan koefisien elastisitas produksi sebagai berikut :

MPPxi = Ep (YÚXi)

= ai (YÚXi)

= ai . APP

2.3 Hukum Kenaikan Hasil yang Semakin Berkurang

Hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang menerangkan arah umum dan tingkat perubahan umum output perusahaan bila salah satu sumber yang digunakan


(33)

berubah – ubah jumlahnya. Hukum ini menerangkan jika salah satu input ditambah secara terus – menerus maka produksi total akan semakin meningkat sampai pada suatu tingkat tertentu ( titik maksimum ) dan apabila sudah pada tingkat maksimum tersebut faktor produksinya terus ditambah maka produksi total akan semakin menurun.


(34)

Keterangan :

TP = Total produksi Titik A = MP maksimum L = Tenaga kerja Titik B = AP maksimum MPl = Marginal produk tenaga kerja L Titik C = MP = 0

APl = Produksi rata-rata tenaga kerja L

Produksi Total (total product) banyaknya produksi yang dihasilkan dari penggunaan total faktor produksi. Produksi Marginal (marginal product) adalah tambahan produksi karena penambahan penggunaan satu unit faktor produksi. Produksi rata-rata (average product) adalah rata-rata output yang dihasilkan perunit faktor produksi.

Dimana :

Total Produksi (TP) : f(K,L)

Secara matematis TP akan maksimum apabila turunan pertama dari fungsi nilainya sama dengan nol. Turunan pertama TP adalah MP, maka TP maksimum pada saaat MP sama dengan nol.

Produksi marjinal (MP) = ∂ TP ∂ L

Perusahaan dapat terus menambah tenaga kerja selama MP > 0. Jika MP sudah < 0 penambahan tenaga kerja justru mengurangi produksi total. Penurunan nilai

MP merupakan indikasi telah terjadinya hukum Pertambahan Hasil Yang Semakin Berkurang atau the Law of Diminishing Return (LDR).


(35)

Produksi Rata-rata (AP) = TP L

AP akan maksimum bila turunan pertama fungsi AP adalah 0 (AP = 0). Dengan penjelasan matematis, AP maksimum tercapai pada saat AP = MP, dan MP akan memotong AP pada saat Nilai AP maksimum.

Gambar 2.1 menunjukkan tiga tahap Produksi (the htree stages of production) yaitu sebagai berikut :

1. Tahap I, penmbahan tenaga kerja akan meningkatkan produksi total maupun produksi rata-rata. Karena itu hasil yang diperoleh dari tenaga kerja masih jauh lebih besar dari tambahan upah yang harus dibayarkan. Perusahaan rugi jika berhenti produksi pada tahap ini. Elastisitas produksi lebih besar dari satu dicapai pada waktu kurva produksi marjinal berada diatas kurva produksi rata-rata. Ini merupakan skala usaha yang menunjukkan kenaikan hasil yang bertambah. Setiap penambahan 1% input (tetap dan variabel) dalam perbandingan tetap akan menyebabkan kenaikan output yang lebih besar dari 1%. Oleh karena itu pada daerah increasing return to scale, keuntungan perusahaan akan selalu bisa ditingkatkan dengan cara menambah input dalam proporsi yang tetap.

Jadi bila pengusaha bertujuan mendapatkan keuntungan yang maksimum, pengusaha tersebut harus membayar usahanya dengan cara menambah input yang digunakannya. Bila tidak pengusaha tersebut dikatakan sebagai pengusaha yang tidak rasional, dengan demikian daerah increasing return to scale disebut dengan daerah yang tidak rasional.


(36)

2. Tahap II, berlakunya the Law of Diminishing Return (LDR), produksi marjinal maupun produksi rata-rata mengalami penurunan. Namun demikian keduanya masih positif. Penambahan tenaga kerja akan akan tetap menambah produksi sampai mencapai nilai maksimum. Elastisitas produksi yang berada diantara non dan satu merupakan skala usaha yang berada diantara AP maksimum dan MP sama dengan nol. Di daerah ini kenaikan 1% input tetap dan input variabel dalam proporsi yang tetap akan menghasilkan kenaikan output diantara 0% sampai 1%. Bila kita perhitungkan penerimaan dan biaya produksi, di daerah decreasing return scale pengusaha bisa untung dan bisa rugi. Jadi pengusaha harus memilih skala usaha setepat-tepatnya untuk mencapai keuntugan maksimum. Oleh karena itu pengusaha yang berusaha di daerah ini haruslah pengusaha-pengusaha rasional. 3. Tahap III, pengusaha tidak mungkin melanjutkan produksi, karena penambahan

tenaga kerja justru menurunkan produksi total. Perusahaan mengalami kerugian, dengan demikian perusahaan sebaiknya berproduksi pada tahap II,secara matematis perusahaan kan berhenti menambah tenaga kerja pada saat tambahan

biaya (maginal cost) yang harus dibayar adalah sama dengan tambahan

pendapatan (marginal revenue) yang diterima. Elastisitas produksi lebih kecil dari nol dicapai pada waktu produk marjinalnya negatif. Didaerah ini kenaikan 1% input dan variabel dalam proporsi yang tetap akan menghasilkan kenaikan output yang negatif. Dengan demikian, pengusaha yang berusaha pada skala usaha ini

merupakan pengusaha yang irrasioanl, karena selalu menderita kerugian. ( Prathama et al, 2002).


(37)

2.4 Faktor Produksi dan Pendapatan 2.4.1 Faktor Produksi

Faktor produksi disebut juga korbanan produksi, karena faktor produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan produksi. Macam faktor produksi atau input ini berikut jumlah dan kualitasnya perlu diketahui oleh seorang produsen. Oleh karena itu, untuk menghasilkan suatu produk, maka diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output). (Soekartawi, 2003).

Setiap usaha yang dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja. Oleh karena itu dalam analisa ketenaga kerjaan dibidang bisnis/perusahaan penggunan tenaga kerja dinyatakan oleh besrnya curahan tenaga kerja, Skala usaha akan memepengaruhi besar kecilnya tenaga kerja yang dibutuhkan dan membutuhkan tenga kerja yang mempunyai keahlian. Biasanya perusahan kecil akan membutuhkan tenaga kerja yang sedikit, dan sebaliknya perusahaan skala besar lebih banyak membutuhkan tenaga kerja dan mempunyai keahlian. Dalam perusahaan, hal ini sangat penting untuk melihat sebaran pengguna tenaga kerja selama proses produlsi sehingga dengan demikian kelebihan tenaga kerja pada kegiatan tetentu dapat dihindarkan (Soekartawi, 2002).

Faktor produksi dibedakan menjadi faktor produksi tetap (fixed input) dan faktor produksi variabel (variable input). Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yang jumlah penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi. Ada tidaknya kegiatan produksi, faktor produksi harus tetap tersedia. Mesin-mesin pabrik adalah salah satu contoh. Sampai tingkat interval produksi tertentu jumlah mesin


(38)

perlu ditambah. Tapi jika tingkat produksi menurun bahkan sampai nol unit (tidak berproduksi), jumlah mesin tidak bisa dikurangi. Jumlah penggunaan faktor produksi variabel tergantung pada tingkat produksinya. Makin besar tingkat produksi, makin banyak faktor produksi variabel yang digunakan. Begitu juga sebaliknya. Sebagai contoh, buruh harian lepas dipabrik rokok. Jika perusahaan ingin meningkatkan produksi, maka jumlah buruh ditambah. Sebaliknya jika ingin mengurangi produksi, buruh dapat dikurangi. ( Prathama et al, 2002).

Cepat atau tidaknya inovasi mengadopsi inovasi oleh petani sangat tergantung dari faktor extern dan intern. Faktor intern itu sendiri terdiri dari faktor sosial dan ekonomi. Faktor sosial itu diantaranya : umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani dan kepemilikan lahan.Sedangkan faktor ekonomi diantaranya adalah jumlah tanggungan keluarga, luas lahan dan ada tidaknya usaha tani lain yang dimiliki petani. (Soekartawi, 2002).

Kekurangan atau kelebihan unsur khusus dalam tanah akan mengganggu keseimbangan unsur unsur hara dan bisa mengakibatkan penyakit pada tanaman. Penyebab ketidakseimbangan semacam itu harus dianalisis, mungkin karena keracunan Fe atau Al ( dalam pH-nya rendah), pemakian pupuk anorganik jangka panjang yang menyebabkan kerusakan pada tanah secara alami, maka penting untuk memeperbaiki unsur hara tertentu dengan pemanfaatan pupuk organik yang seimbang dapat memeperbaiki keseimbangan tanah, pH dan ketersedian unsur hara. Penambahan unsur hara dalam tanah dapat menghasilkan peningkatan produksi tanaman baik kualitas dan kuantitasnya.(Reijnntjes et al, 1999).


(39)

2.4.2 Pendapatan

Bagi rumah tangga pedesaan hanya menguasai faktor produksi tenaga kerja, pendapatan mereka ditentukan oleh besarnya kesempatan kerja yang dapat dimanfaatkan dan tingkat upah yang diterima. Kedua faktor ini merupakan fenomena dari pasar tenaga kerja pedesaan. Kesempatan kerja pedesaan ditentukan oleh pola produksi pertanian, produksi pertanian, produk barang dan jasa non pertanian di pedesaan. Pertumbuhan angkatan kerja dan mobilitas tenaga kerja pedesaan. Di sektor pertanian, besarnya kesempatan kerja di pengaruhi oleh luas lahan pertanian, produktivitas lahan, intensitas dan pola tanam, serta teknologi yang di terapkan. Di sektor non pertanian kesempatan kerja ditentukan oleh volume produksi, teknologi dan tingkat harga komoditi (Kasryno, 2000).

Sukirno (2006) menyatakan pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode, baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan.Beberapa klasifikasi pendapatan antara lain : 1. Pendapatan pribadi yaitu semua jenis pendapata yang diperoleh tanpa memberikan

suatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu negara.

2. Pendapatan dipossibel yaitu pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel.

3. Pendapatan nasional yaitu nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksikan oleh suatu negara dalam satu tahun.


(40)

Pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan (TR) dan semua biaya (TC). Jadi Pd = TR – TC. Penerimaan usaha tani (TR) adalah perkalian antara produksi yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py). Biaya usaha tani biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, contohnya biaya tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka (TC) = FC + VC. ( Soekartawi., 2002).

2.5 Penelitian Terdahulu

Situmorang (2006) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa adanya hubungan yang positif peningkatan luas lahan dan tenaga kerja terhadap produksi kemenyan di Kabupaten Humbang Hasundutan,kondisinya constant to scale

Tetty (2006) melakukan penelitian tentang efisiensi faktor-faktor produksi dalam usaha tani bawang merah.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi lahan, bibit, pupuk buatan, pestisida dan tenaga kerja pada usahatani bawang merah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penggunaan faktor produksi lahan, pestisida dan pupuk buatan masih belum efisien, dan penggunaannya perlu ditambah untuk memperoleh tingkat efisiensi yang lebih tinggi, (2) faktor produksi bibit dan tenaga kerja penggunaannya telah melampaui batas efisiensi, sehingga perlu dikurangi untuk memperoleh tingkat efisiensi yang


(41)

lebih tinggi, dan (3) Pergerakan usahatani di daerah penelitian berada pada skala usahatani menguntungkan dengan jumlah koefisien regresi sebesar 1,093.

Dewi et al (2004) melakukan penelitian tentang pengaruh faktor produksi pada usaha tani lada di Sulawesi Tenggara. Untuk membedakan teknologi produksi digunakan dummy variable pada analisa gabungan teknologi, selanjutnya semua teknologi dianalisa secara terpisah. Hasil analisis regresi fungsi produksi memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara teknologi lada secara monokultur dengan teknologi lada yang diintegrasikan dengan ternak kambing pada tahun pertama percobaan. Upaya untuk meningkatkan produksi pada teknologi integrasi adalah dengan memperluas areal pertanaman, sedangkan pada teknologi petani dengan menggunakan atau menambah pupuk kandang. Di samping itu penambahan tenaga kerja masih perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas.

Kebede (2005) melakukan penelitian tentang usaha tani padi sawah di Nepal. Memberikan penjelasan bahwa variabel tenaga kerja, luas lahan dan benih berpengaruh secara nyata dan signifikan terhadap produksi padi sawah, sedangkan variabel lainnya yaitu tenaga ternak dan pupuk tidak berpengaruh secara nyata dan signifikan terhadap produksi padi sawah tersebut pada taraf kepercayaan 5 persen.

Nurhayatin (2004) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi nilam di kecamatan Padang Jaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk Urea, TSP dan pestisida Decis serta tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi daun nilam kering sedangkan luas lahan, jumlah benih, pupuk KCl dan pestisida Sevin berpengaruh tidak nyata terhadap


(42)

produksi nilan kering. Pada industri penyulingan minyak nilam diketahui bahwa jumlah bahan baku, jumlah bahan bakar, jumlah tenaga kerja, dan lama penyulingan berpengaruh nyata terhadap hasil minyak nilam, sedangkan pengalaman menyuling berpengaruh tidak nyata

2.6 Kerangka Pemikiran

Dalam kerangka pemikiran pemikiran perlu dijelaskan secara teoritis hubungan antara variabel dependent dengan variabel independen.

JUMLAH WAKTU KERJA

JUMLAH PESTISIDA JUMLAH PUPUK

UMUR TANAMAN LUAS LAHAN

PRODUKSI COKELAT

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Cokelat di Kabupaten Dairi


(43)

2.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian empiris sebelumnya, maka hipotesis yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut.

1. Luas lahan berpengaruh positif terhadap produksi cokelat di Kabupaten Dairi, ceteris paribus

2. Jumlah waktu kerja berpengaruh positif terhadap produksi cokelat di Kabupaten Dairi, ceteris paribus

3. Jumlah pemakaian pupuk berpengaruh positif terhadap produksi cokelat di Kabupaten Dairi, ceteris paribus

4. Jumlah pemakaian pestisida berpengaruh positif terhadap produksi cokelat di Kabupaten Dairi, ceteris paribus

5. Umur tanaman berpengaruh positif terhadap produksi cokelat di Kabupaten Dairi, ceteris paribus


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup dan Lokasi Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada faktor – faktor yang mempengaruhi produksi cokelat di Kabupaten Dairi. Penelitian ini difokuskan pada sisi produksi, yaitu Luas lahan, jumlah waktu kerja, jumlah penggunaan pupuk, jumlah penggunaan pestisida dan umur tanaman cokelat. Penelitian ini dilaksanakan dengan memusatkan perhatian pada seluruh usaha tani cokelat yang ada di Kabupaten Dairi.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh usaha tani cokelat yang terdapat di Kabupaten Dairi. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini secara acak sederhana (Simple Randon Sampling).

Menurut Gay dalam Kuncoro (2003) jumlah sampel yang diambil untuk penelitian adalah minimal 10 %, dengan demikian akan ditetapkan total sampel yang dinilai cukup representatif sebesar 10 % dari total populasi petani cokelat yang terdapat pada masing-masing kecamatan sampel. Secara rinci ukuran sampel (sample size) yang diambil dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1. dibawah


(45)

Tabel 3.1. Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian

No Kecamatan Populasi

(KK)

Sampel Size (KK)

1 Sidikalang 9 1

2 Berampu 15 2

3 Silima Pungga-pungga 160 16

4 Laeparira 36 4

5 Siempat Nempu 82 8

6 Siempat Nempu Hulu 184 18

7 Siempat Nempu Hilir 66 7

8 Tigalingga 138 14

9 Gunung Sitember 41 4

10 Pegagan Hilir 51 5

11 Tanah Pinem 162 16

944 95

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Dairi Tahun 2008

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data penelitian adalah data primer yang diperoleh dari petani melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder yang berhubungan dengan tanaman cokelat diperoleh dari Dinas Perkebunan dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdiri dari dua variabel, yaitu:

1. variabel bebas atau variabel independent, terdiri dari lima variabel, yaitu : luas lahan, jumlah waktu kerja, jumlah pupuk, jumlah pestisida dan umur


(46)

2. variabel terikat atau variabel dependent adalah produksi cokelat.

3.5 Model dan Metoda Analisis

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cokelat di Kabupaten Dairi digunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Adapun alat bantu yang digunakan untuk mengolah data tersebut adalah Program Eviews 4.1

Analisis regresi digunakan untuk memprediksi hubungan sebab akibat antara variabel independen dengan variabel dependen. Dalam analisis regresi tersebut, selain mengukur kekuatan hubungan juga menunjukkan arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen (Kuncoro, 2001).

Selain itu, alasan dipakainya analisis regresi adalah bahwa antara satu petani dengan petani lainnya dalam mengelola usahatani cokelat berbeda-beda dalam jumlah penggunaan input baik dalam luas lahan, jumlah bibit/tanaman, pupuk (organik / anorganik), pestisida dan waktu kerja, tenaga kerja maupun umur tanaman cokelat petani. Selanjutnya dengan analisis regresi dapat digunakan untuk membentuk suatu model fungsi produksi. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi cokelat, digunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least Square). Model dasar teori produksi Cobb-Douglass, yaitu persamaan:


(47)

Dengan memecah variabel K dan L dalam bentuk yang lebih spesifik, yaitu variabel-variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini, maka fungsi produksi menjadi:

Y= f (X1,X2,X3,X4,X5)………..3.2

Dengan memasukkan seluruh variabel independent penelitian ini maka dalam fungsi Cobb-Douglas menurut Gujarati (2003) menjelaskan bahwa fungsi produksi Cobb-Douglas diformulasikan sebagai berikut :

Y = A X1 1 X2 2 X3 3 X4 4 X5 5 ………3.3

Selanjutnya untuk mendapatkan model penelitian ini dilakukan log terhadap

variabel yang digunakan. Untuk menguji pengaruh antara veriabel independent terhadap produksi cokelat. Adapun spesifikasi model penelitian ini

sebagai berikut:

LogY= A+ 1logX1+ 2 logX2+ 3log X3+ 4 logX4+ 5 logX5 + µ………3.4

Keterangan :

Y = Produksi cokelat (kg/ha/tahun ) X1 = Luas lahan (ha)

X2 = Waktu kerja (jam/tahun)

X3 = Penggunaan pupuk (kg/ha/tahun) X4 = Penggunaan pestisida (liter/ha/tahun) X5 = Umur tanaman cokelat (tahun)

A = Konstanta


(48)

µ = Kesalahan Pengganggu

Dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS), dari analisis regresi linier akan diperoleh koefisien regresi pada masing-masing variabel independen dan juga berapa besar hubungan dari faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut secara bersama-sama mempengaruhi produksi cokelat.

3.6 Uji Kesesuaian ( Test Goodness of Fit )

Estimasi terhadap model dilakukan dengan mengguanakan metode yang tersedia pada program statistik Eviews versi 4.1. Koefisien yang dihasilkan dapat dilihat pada output regresi berdasarkan data yang di analisis untuk kemudian diinterpretasikan serta dilihat siginifikansi tiap-tiap variabel yang diteliti

a. R² (koefisien determinasi) bertujuan untuk mengetahui kekuatan variabel bebas (independent variable) menjelaskan variabel terikat (dependent variable)

b. Uji serempak (F-test), dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara serempak. Jika Fhit > Ftabel, maka H0 ditolak dan H1

diterima.

c. Uji parsial (t-test), dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara parsial. Jika thit > ttabel, maka H0 ditolak dan H1


(49)

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Setelah dilakukan pengujian regresi, maka dilakukan evaluasi. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah penggunaan model regresi linier berganda dalam menganalisis telah memenuhi asumsi klasik yang dipersyaratkan.

Asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut : 3.7.1 Uji Normalitas

Asumsi model regresi linier klasik adalah faktor pengganggu µ mempunyai nilai rata-rata yang sama dengan nol, tidak berkorelasi dan mempunyai varian yang konstan. Dengan asumsi ini, OLS estimator atau penaksir akan memenuhi sifat-sifat yang diiniginkan, seperti ketidakbiasan dan mempunyai varian yang minimum. Untuk mengetahui normal tidaknya faktor pengganggu µdilakukan dengan Jarque-Bera Test (J-B Test). Uji ini menggunakan hasil estimasi residual dan X² probability distribution, yaitu dengan membandingkan nilai JBhitung atau X²hitung dengan X²tabel.

Kriteria keputusan sebagai berikut :

1. Jika nilai JBhitung > X²tabel maka hipotesis yang menyatakan bahwa residual ui

berdistribusi normal ditolak

2. Jika nilai JBhitung < X²tabel maka hipotesis yang menyatakan bahwa residual ui

berdistribusi normal diterima

3. Tahap uji Jarque Bera dengan menggunakan Eviews secara ringkas adalah sebagai berikut :

a. Formulasi hipotesis


(50)

HA : distribusi ut tidak normal

b. Menentukan tingkat signifikansi ( ) c. Menentukan kriteria pengujian

H0 ditolak jika prob. JB < , H0diterima jika prob. JB >

d. Kesimpulan 3.7.2 Uji Multikolinieritas

Multikolnieritas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linear diantara veriebel-veriabel dalam model regresi. Interprestasi dari persamaan regresi linier secara emplisit bergantung bahwa variabel-variabel beda dalam perasamaan tidak saling berkorelasi. Bila variabel-variabel bebas berkorelasi dengan sempurna, maka di sebut multikolinieritas sempurna. Multikolineritas dapat dideteksi dengan besaran-besaran regresi yang didapat yaitu :

1. Variasi besar (dari taksiran OLS)

2. Interval kepercayaan lebar (karena variasi besar,maka standar error besar sehingga interval kepercayaan lebar)

3. Uji-t tidak signifikan. Suatu variable bebas secara subtansi maupun secara statistic jika dibuat regresi sederhana bias tidak signifikankarena variasi besar akibat kolinieritas. Bila standar error terlalu besar pula kemungkinan taksiran koefisien regresi tidak signifikan.

4. R² tinggi tetapi tidak banyak variable yang signifikan dari t-test.

5. Terkadang nilai taksiran koefisien yang didapat akan mempunyai nilai yang tidak sesuai dengan substansi sehingga dapat menyesatkan interprestasi.


(51)

3.7.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas adalah variasi residual yang tidak sama untuk semua pengamatan. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui terjadinya penyimpangan model karena varian gangguan berbeda antara satu observasi ke observasi yang lain. Dalam model regresi linier berganda juga harus bebas dari heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini, digunakan metode uji white atau white’s general heteroscedasticity test

(Gujarati, 2003)

Tahap uji white dengan menggunakan Eviews secara ringkas adalah sebagai berikut :

a. Formulasi hipotesis

H0 : distribusi bebas masalah heterokedastisitas

HA : distribusi terdapat masalah heterokedastisitas

b. Menentukan tingkat signifikansi ( ) c. Menentukan kriteria pengujian

H0 ditolak jika prob Obs R Square <

H0diterima jika prob Obs R Square >

e. Kesimpulan

3.8 Definisi Operasional

Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini perlu diberikan batasan operasinal sebagai berikut :


(52)

1. Produksi adalah jumlah produksi biji cokelat dalam bentuk kering yang diperoleh petani dari hasil panen per satuan hektar diukur dalam satuan kilogram per tahun

2. Luas lahan adalah total luas tanah yang digunakan oleh petani untuk tanaman cokelat di ukur dalam satuan hektar.

3. Waktu kerja adalah jumlah jam kerja yang digunakan oleh petani untuk mengelola tanaman cokelat diukur dalam per tahun

4. Pupuk adalah jumlah pupuk organik yang digunakan dalam proses produksi dalam per satuan hektar diukur dalam satuan kilogram per tahun 5. Pestisida adalah obat yang dipakai dalam pengendalian gulma maupun

hama penyakit pada tanaman cokelat dalam per satuan hektar diukur dalam satuan liter/tahun.

6. Umur tanaman cokelat adalah lama tanaman cokelat yang sudah berproduksi diukur dalam satuan tahun.


(53)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian

Daerah Kabupaten Dairi mempunyai Luas 191.625 Hektaryaitu sekitar 2,68 % dari luas Propinsi Sumatera Utara (7.160.000 Hektar) dimana Kabupaten Dairi terletak sebelah Barat Laut Propinsi Sumatera Utara.Kabupaten Dairi sebagian besar terdiri dari dataran tinggi dan berbukit-bukit yang terletak antara 98000' – 98030'dan

2015'-30 00'LU. Sebagian besar tanahnya didapati gunung-gunung dan bukit-bukit

dengan kemiringan bervariasi sehingga terjadi iklim hujan tropis.

Kota Sidikalang adalah ibukota Kabupaten Dairi berada pada ketinggian 1.066 meter diatas permukaan laut. Pada umumnya Kabupaten Dairi berada pada ketinggian rata-rata 700 s/d 1.250 m diatas permukaan laut. Sedangkan Kecamatan Tigalingga, Kec. Siempat Nempu dan Kecamatan Silima Pungga-Pungga terletak pada keting-gian antara 400 – 1.360 m diatas permukaan laut. Kecamatan Sumbul, Sidikalang Kec.Tanah Pinem berada pada ketinggian 700 - 1.600 meter diatas permukaan laut.Musim hujan yang paling berpengaruh biasanya pada bulan Januari, April, Mei, September, Nopember, dan Desember setiap tahunnya. Angin laut berhembus kencang dari arah barat menuju timur sewaktu menjelang musim dingin yang mengakibatkan terjadinyan musim hujan. Angin barat berhembus dengan kecepatan sedang dari arah timur menuju arah barat sewaktu menjelang musim kering.


(54)

Pertanian merupakan sektor utama yang mendukung perekonomian masyarakat Kabupaten Dairi, karena sebagian besar penduduknya adalah berusaha pada sektor ini. Sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar dalam Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Dairi, yaitu sebesar 68,67 persen (BPS Kabupaten Dairi, 2008). Dalam pengelompokan sektor ekonomi, sektor

pertanian terdiri dari subsektor tanaman pangan, perikanan, peternakan, kehutanan dan perkebunan.

Daerah penelitian adalah terdiri dari 11 kecamatan dari 15 kecamatan yang

ada di Kabupten Dairi, yaitu Kecamatan Sidikalang, Berampu, Silima Pungga-Pungga, Laeparira, Siempat Nempu, Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu

Hilir, Tigalingga, Gunung Sitember, Pegagan Hilir dan Tanah Pinem yang semuanya merupakan daerah penghasil cokelat di Kabupaten Dairi.

4.2 Karakteristik Responden

 Adapun  karakteristik  responden  dibagi  menurut  katagori  umur/usia,  tingkat  pendidikan, umur tanaman cokelat, status kepemilikan tanah, luas lahan ,yang digunakan  dalam mengelola usahataninya Berikut ini Tabel karakteristik responden : 

       


(55)

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat umur Petani Cokelat di Kabupaten Dairi

No Umur Frekuensi Persentase (%)

1 < 36 7 7,37

2 36 – 45 27 28,42

3 46 – 55 26 27,37

4 56 – 65 30 31,58

5 > 65 5 5,26

Total 95 100

Sumber : Data primer, diolah, 2009

Dari Tabel 4.1. diatas dapat dilihat, mayoritas petani cokelat di Kabupaten Dairi yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah berada pada interval umur di bawah 36 tahun sebanyak 7 orang atau 7,37 persen, interval umur antara 36 - 45

tahun sebanyak 27 orang atau 28,42 persen, interval umur 46 - 55 tahun sebanyak 26 orang atau 27,37 persen, interval umur 56-65 tahun sebanyak 30 orang atau 31,58

persen. Diikuti dengan jumlah sampel terkecil interval umur di atas 65 tahun sebanyak 5 orang atau 5,26 persen.

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petani Cokelat di Kabupaten Dairi

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1 Tamat SD 14 14,74

2 Tamat SLTP 36 37,89

3 Tamat SLTA 43 45,26

4 Tamat S1 2 2,11

Total 95 100

Sumber : Data primer, diolah, 2009

Dari Tabel 4.2. diatas dapat dilihat, petani cokelat di Kabupaten Dairi didominasi oleh lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), yaitu sebanyak 43


(56)

orang atau 45,26 persen. Lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) merupakan tingkat pendidikan mayoritas kedua dari responden penelitian, yaitu sebanyak 36 orang atau 37,89 persen. Mayoritas berikutnya adalah responden dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 14 orang atau 14,74 persen. Responden penelitian yang paling sedikit adalah yang memiliki tingkat pendidikan Strata Satu (S1), yaitu sebanyak 2 orang atau 2,11 persen.

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Tanaman Cokelat yang diusahakan petani di Kabupaten Dairi

No Umur Tanaman Cokelat Frekuensi Persentase (%)

1 3 – 4 Tahun 22 23,16

2 5 – 6 Tahun 40 42,10

3 7 – 8 Tahun 22 23,16

4 9 – 10 Tahun 7 7.37

5 > 10 Tahun 4 4,21

Total 95 100

Sumber : Data primer, diolah, 2009

Dari Tabel 4.3. diatas dapat dilihat mayoritas umur tanaman cokelat yang diusahakan petani cokelat di Kabupaten Dairi yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah berada pada interval umur tanaman antara 5 - 6 tahun sebanyak 40 orang atau 42,10 persen. Mayoritas kedua adalah berada pada interval umur tanaman 3 - 4 tahun dan 7 -8 tahun masing-masing 22 orang atau 23,16 persen. Mayoritas ketiga adalah berada pada interval umur 9 -10 tahun, yaitu 7 orang atau 7,37 persen. Diikuti dengan jumlah sampel terkecil interval umur di atas 10 tahun sebanyak 4 orang atau 4,21 persen.


(57)

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan luas lahan yang di usahai

No Luas Lahan ( Ha) Frekuensi Persentase (%)

1 < 0,5 25 26,31

2 0,5 – 1 60 63,16

3 > 1 10 10,53

Total 95 100

Sumber : Data primer, diolah, 2009

Dari Tabel 4.4 diatas dapat dilihat Luas lahan yang diusahai/dimiliki oleh para petani cokelat di Kabupaten Dairi bervariasi dari < 0,5 ha hingga > 1 ha.

diketahui bahwa mayoritas petani cokelat memiliki lahan berada pada interval 0,5 - 1 ha, yaitu sebanyak 60 orang atau 63,16 persen. Mayoritas kedua berada pada

interval luas lahan dibawah 0,5 ha, yaitu sebanyak 25 orang atau 26,31 persen. Paling sedikit berada pada interval luas lahan diatas 1 ha, yaitu 10 orang atau 10,53 persen.

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan

No Status KepemilikanTanah Frekunsi Persentase (%)

1 Milik sendiri 95 100

Total 95 100

Sumber : Data primer, diolah, 2009

Dari Tabel 4.5. diatas diketahui bahwa keseluruhan responden penelitian ini, memiliki lahan pertanian cokelat dengan status milik sendiri, yaitu sebanyak 95 orang atau 100 persen.


(58)

4.3 Tingkat Produksi Cokelat dan variabel yang mempengaruhinya

Tabel 4.6. dibawah ini menunjukkan komposisi tingkat produksi serta faktor yang mempengaruhinya.

Tabel 4.6. Tingkat produksi cokelat dan variabel yang mempengaruhinya

No Variabel N Minimum Maksimum

1 Produksi (kg) 95 96 2.400

2 Luas Lahan (ha) 95 0,12 2,5

2 Waktu Kerja (jam) 95 336 1848

3 Pupuk (kg) 95 50 3.000

4 Pestisida (liter) 95 0,25 10

5 Umur tanaman (tahun) 95 3 15

Sumber : Data primer,diolah, 2009

Dari Tabel 4.6. di atas dapat dilihat, tingkat produksi cokelat yang maksimum dihasilkan petani cokelat di Kabupaten Dairi adalah 2.400 kg per tahun. Produksi paling sedikit adalah 96 kg. Tingkat produksi cokelat sangat tergantung pada luas lahan dan juga variabel-variabel lain yang mempengaruhinya. Dilihat dari luas lahan yang terluas adalah 2,5 ha dan yang paling sempit 0,12 ha.

Selain luas lahan, faktor yang mempengaruhi produksi lainnya adalah waktu kerja yang digunakan untuk berusahatani cokelat, banyaknya waktu kerja petani tergantung dari luas lahan petani cokelat tersebut, hasil observasi dijumpai waktu yang paling banyak digunakan 1848 jam per tahun, sedangkan yang paling sedikit 336 jam per tahun.

Selain waktu kerja, faktor yang mempengaruhi poduksi lainnya adalah penggunaan pupuk, pestisida dan umur tanaman. Penggunaan pupuk dan pestisida


(59)

dipengaruhi luas lahan,iklim,tekstur tanah,dan kondisi lingkungan lainnya, hasil observasi dilapangan dijumpai penggunaan pupuk dan pestisida yang terbanyak masing-masing 3000 kg dan 10 liter per tahun, sedangkan petani yang paling sedikit menggunakan pupuk dan pestisida masing-masing adalah digunakan adalah 50 kg dan 0,25 liter. Disamping pupuk dan pestisida produksi juga dipengaruhi oleh umur tanaman, dari observasi di lapangan dapat dilihat umur tanaman cokelat yang di usahakan oleh petani cokelat di Kabupaten Dairi yang paling tinggi pada umur 15 tahun dan paling rendah pada umur 3 tahun.

4.4 Uji Kesesuaian ( Test Goodness of Fit )

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi (Y) tanaman cokelat, maka dengan menggunakan sejumlah data yang telah dikumpulkan langsung dari petani responden dilakukan pengolahan data dengan metode Ordinary Least Square yang menggunakan alat bantu program Evieews Versi 4.1.

Dari hasil pengolahan data tersebut diperoleh model persamaan pada Tabel 4.7. berikut ini :

Tabel 4.7. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi

Tanaman Cokelat di Kabupaten Dairi

LogY = 0,670 + 0.203 logX1 + 0.607 logX2 + 0.048 logX3 + 0.160 logX4 + 0.668 logX5

Std. Error (0,112) (0,142) (0,066) (0,070) (0,118) t-stat (1,813)* (4.259)*** (0,729) (2.260) ** (5,641)***

R² = 0,828 F-Stat = 85,766 Sumber: Lampiran 1


(60)

Keterangan : *** signifikan pada 1%

** signifikan pada 5%

* signifikan pada 10%

Dari hasil estimasi pada Tabel 4.7. diatas diperoleh nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 0,828 yang berarti variasi veriabel bebas (luas lahan, waktu kerja, pupuk,pestisida dan umur tanaman cokelat) mampu menjelaskan variasi produksi tanaman cokelat di Kabupaten Dairi sebesar 82,8 persen dan sisanya sebesar 17,2 persen dijelaskan oleh veriabel lain yang tidak terdapat dalam model estimasi.

Selanjutnya dengan menganalisis lebih mendalam, maka secara simultan (bersamaan) pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat (produksi cokelat) adalah berpengaruh cukup signifikan secara statistik pada tingkat kepercayaan 99 persen. Hal ini dapat dilihat dari hasil estimasi F stat sebesar 85,766 yang lebih besar

dari F tabel sebesar (3,34) pada tingkat 1 persen (F0,01) (Fstat 85,766 > Ftabel 3,34).

Kemudian menguji secara parsial (uji t-satistik), maka pengaruh masing-masing variabel bebas yakni luas lahan, waktu kerja, pupuk, pestisida dan umur tanaman cokelat terhadap variabel terikat yakni produksi cokelat di Kabupaten Dairi sebagai berikut :

Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa koefisien luas lahan (X1) yang positif sebesar 0,203 menunjukkan jika luas lahan tanaman cokelat meningkat 1 persen maka produksi cokelat meningkat 0,203 persen, ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan teori bahwa luas lahan memiliki pengaruh yang positif terhadap produksi cokelat.


(61)

Variabel luas lahan memiliki nilai t-hitung sebesar 1,813 > nilai t–tabel 1,296 maka hipotesis diterima. Hal ini berarti bahwa luas lahan berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap produksi cokelat di Kabupaten Dairi pada tingkat kepercayaan 90 persen. Dari nilai koefisien luas lahan menunjukkan tingkat elastisitas terhadap produksi cokelat bersifat inelastis. Kesimpulan ini mendukung hasil penelitian Kebede (2005) yang menyatakan bahwa variabel luas lahan berpengaruh signifikan terhadap produksi padi sawah di Nepal. Tingkat produksi cokelat dikabupaten Dairi tergantung dari luas lahan dan juga veriabel pendukung lainnya. Dengan demikian penerimaan petani cokelat tergantung dari produksi cokelat tersebut.

Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa koefisien waktu kerja (X2) yang positif sebesar 0,607 menunjukkan jika waktu kerja berusaha tani tanaman cokelat meningkat 1 persen maka produksi cokelat meningkat 0,607, persen ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan teori bahwa waktu kerja memiliki pengaruh yang positif terhadap produksi cokelat.

Variabel waktu kerja memiliki nilai t-hitung sebesar 4,259 > nilai t–tabel 1,296 maka hipotesis diterima. Hal ini berarti bahwa waktu kerja berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap produksi cokelat di Kabupaten Dairi pada tingkat kepercayaan 99 persen. Dari nilai koefisien waktu kerja menunjukkan tingkat elastisitas terhadap produksi cokelat bersifat inelastis. Kesimpulan ini mendukung hasil penelitian Panjaitan (2007) yang menyatakan bahwa variabel waktu kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi kopi di Kabupaten Dairi.


(62)

Sehingga pertanian cokelat di Kabupaten Dairi merupakan usaha yang padat karya. Semakin besar waktu kerja yang digunakan untuk mengelola tanaman cokelat maka produksi akan semakin meningkat, secara otomatis penerimaan petani akan semakin besar pula.

Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa koefisien pupuk (X3) yang positif sebesar 0,048 menunjukkan jika penggunaan pupuk untuk berusaha tani tanaman cokelat meningkat 1 persen maka produksi cokelat meningkat 0,048, persen

ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan teori dimana pupuk memiliki pengaruh yang positif terhadap produksi cokelat.

Variabel pupuk memiliki nilai t-hitung sebesar 0,729 < nilai t–tabel 1,296 . Hal ini berarti bahwa pupuk berpengaruh positif dan tidak signifikan secara parsial terhadap produksi cokelat di Kabupaten Dairi. Dari nilai koefisien pupuk menunjukkan tingkat elastisitas terhadap produksi cokelat bersifat inelastis. Hal ini disebabkan karena petani belum melakukan pemakaian pupuk yang tepat waktu dan tepat sasaran atau belum melakukan pemakaian dosis pupuk yang seimbang. Hal ini dapat dilihat dari data tabulasi penelitian bahwa petani cokelat memberikan pupuk organik (pupuk kandang) yang masih kecil rata-rata 694,84 kg /ha, yang seharusnya 2 ton /ha. Akibat dari kurangnya pemakian pupuk tersebut maka produksi cokelat maupun penerimaan petanipun menjadi kecil. Kesimpulan ini mendukung hasil penelitian Kebede (2005) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi padi sawah di Nepal.


(63)

Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa koefisien pestisida (X4) yang positif sebesar 0, 160 menunjukkan jika penggunaan pestisida untuk berusaha tani tanaman cokelat meningkat 1 persen maka produksi cokelat meningkat 0,160, persen

ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pestisida memiliki pengaruh yang positif terhadap produksi cokelat.

Variabel pestisida memiliki nilai t-hitung sebesar 2,260 > nilai t–tabel 1,296 maka hipotesis diterima. Hal ini berarti bahwa pestisida berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap produksi cokelat di Kabupaten Dairi pada tingkat kepercayaan 95 persen. Dari nilai koefisien pestisida menunjukkan tingkat elastisitas terhadap produksi cokelat bersifat inelastis. Dalam hal ini disebabkan karena petani telah melakukan pengendalian organisme pengganggu tanaman berupa gulma, hama dan penyakit tanaman yang dapat memepengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman dengan baik, secara otomatis dapat mempengaruhi produksi cokelat. Besar kecilnya produksi cokelat mempengaruhi penerimaan petani cokelat.

Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa koefisien umur tanaman (X5)

yang positif sebesar 0,668 menunjukkan jika umur tanaman cokelat meningkat 1 persen maka produksi cokelat meningkat 0,668 persen, ceteris paribus. Hal ini

sesuai dengan teori bahwa umur tanaman memiliki pengaruh yang positif terhadap produksi cokelat.

Variabel umur tanaman memiliki nilai t-hitung sebesar 5,641 > nilai t–tabel 1,296 maka hipotesis diterima. Hal ini berarti bahwa umur tanaman berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap produksi cokelat di Kabupaten Dairi


(64)

pada tingkat kepercayaan 99 persen. Dari nilai koefisien umur tanaman menunjukkan tingkat elastisitas terhadap produksi cokelat bersifat inelastis. Dilihat dari data tabulasi penelitian bahwa umur tanaman cokelat di Kabupaten Dairi rata-rata 6 tahun, yang merupakan tingkatan yang tepat untuk mencapai produksi yang tinggi.

Penerimaan petani cokelat di Kabupaten Dairi dipengaruhi oleh harga cokelat.

Jika dilihat tingkatan harga cokelat di Kabupaten Dairi, yang masih rendah sebesar Rp18.500, per kilogram.Yang memainkan peranan harga adalah pedangang

pengumpul. Bargaining power dari petani cokelat sendiri sangat lemah, sehingga mau mau tidak mau harga cokelat sangat ditentukan oleh pedagang pengumpul. Lemahnya

Bargaining power petani cokelat disebabkan lemahnya kelompok-kelopok peteni dan juga tidak berjalanya koperasi dengan baik.

Berdasarkan analisis parsial, maka dapat diketahui bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat produksi cokelat secara signifikan adalah luas lahan (X1) pada tingkat keyakin an 90% variabel waktu kerja (X2) signifikan pada tingkat keyakinan 99%, variabel pupuk (X3) tidak signifikan, veriabel pestisida (X4) signifikan pada tingkat keyakinan 95%, veriabel umur tanaman (X5) signifikan pada tingkat keyakinan 99%

Berdasarkan hasil estimasi tingkat produksi cokelat di Kabupaten Dairi di peroleh hasil bahwa fungsi produksi berada pada kondisi Increasing Return to Scale jika dijumlahkan koefisien X1 + X2 + X3 + X4 + X5 lebih besar dari 1. Increasing Return to Scale = 0,203 + 0,607 + 0,048 + 0.160 + 0,668 = 1,686. Increasing Return to Scale yang berarti bahwa persentase pertambahan kuantitas produksi lebih besar


(65)

dengan pertambahan kuantitas faktor produksi luas lahan, waktu kerja, pupuk, pestisida dan umur tanaman. Elastisitas produksi lebih besar dari satu dicapai pada waktu kurva produksi marjinal berada diatas kurva produksi rata-rata. Ini merupakan skala usaha yang menunjukkan kenaikan hasil yang bertambah. Setiap penambahan 1% input citeris paribus akan menyebabkan kenaikan output yang lebih besar dari 1%. Oleh karena itu pada daerah increasing return to scale, keuntungan petani akan selalu bisa ditingkatkan dengan cara menambah input dalam proporsi yang tetap.

Jadi bila petani bertujuan mendapatkan keuntungan yang maksimum, petani tersebut harus melakukan usaha taninya dengan cara menambah input yang digunakannya. Bila tidak petani tersebut dikatakan sebagai petani yang tidak rasional, dengan demikian daerah increasing return to scale disebut dengan daerah yang tidak rasional untuk berproduksi.

Untuk mengukur Marginal product (MP), Average Product (AP) dari

penelitian adalah sebagai berikut :

Average Product (AP) dan Marginal Product (MP)

1. Luas Lahan (X1)

a. Average Product (AP) APX1 = T P

X1

Dimana :

APX1 = Average Product X1 (Average Product luas lahan)


(66)

X1 = Luas Lahan

APX1 = T P = 74638 kg = 1.075,78 kg/ha

X1 69,38 ha

Nilai APX1 (Average Product Luas Lahan) sebesar 1.075,78 kg/ha berarti

apabila rata luas lahan bertambah 1ha maka akan meningkatkan produksi rata-rata sebesar 1.075,78 kg per tahun.

b. Marginal Product (MP) EpX1 = MPX1

APX1

MPX1 = EpX1 X APX1

Dimana :

MPX1 = Marginal Product X1 (Marginal Product luas lahan)

EpX1 = Elastisitas X1 (Elastisitas luas lahan)

APX1 = Average Product X1 (Average Product luas lahan)

MPX1 = EpX1 X APX1

= 0,203 x 1.075,78 kg/ha = 218,383 kg/ha

Nilai MPX1 (Marginal Product Luas Lahan) sebesar 218,383 kg/ha berarti

apabila perubahan pertambahan luas lahan sebesar 1ha maka akan meningkatkan perubahan pertambahan produksi sebesar 218,383 kg per tahun.

2. Waktu Kerja (X2)

a. Average Product (AP)


(67)

X2 106944 jam

Nilai APX2 (Average Product Waktu Kerja) sebesar 0,697 kg/jam berarti

apabila rata-rata waktu kerja bertambah 1 jam maka akan meningkatkan produksi rata-rata sebesar 0,697 kg.

b. Marginal Product (MP) EpX2 = MPX2

APX2

MPX2 = EpX2 X APX2

= 0,607 x 0,697 kg/jam = 0,423 kg/jam

ilai MPX2 (Marginal Product Waktu Kerja) sebesar 0,423 kg/jam berarti

apabila perubahan pertambahan waktu kerja sebesar 1 jam maka akan meningkatkan perubahan pertambahan produksi sebesar 0,423 kg.

3. Pupuk (X3)

a. Average Product (AP)

APX3 = TPL = 74638 kg = 1,131 kg/tahun

X3 66010

Nilai APX3 (Average Product Pupuk) sebesar 1,131 kg/tahun berarti apabila

rata-rata pupuk bertambah 1 kg maka akan meningkatkan rata-rata produksi sebesar 1,131 kg.

b. Marginal Product (MP) EpX3 = MPX3


(68)

MPX3 = EpX3 X APX3

= 0,048x 1,131 kg/tahun = 0,054 kg/tahun

Nilai MPX3 (Marginal Product Pupuk) sebesar 0,054 kg/tahun berarti apabila

perubahan pertambahaan pupuk sebesar 1 kg maka akan meningkatkan perubahan pertambahan produksi sebesar 0,054 kg.

4. Pestisida (X4)

a. Average Product (AP)

APX4 = T P = 74638 kg = 186,711 kg/ liter

X4 399,75 liter

Nilai APX4 (Average Product Pestisida) sebesar 186,711 kg/liter berarti

apabila rata pestisida bertambah 1 liter maka akan meningkatkan produksi rata-rata sebesar 186,711 kg

b. Marginal Product (MP) EpX4 = MPX4

APX4

MPX4 = EpX4 X APX4

= 0,160 x 186,711 kg/liter = 29,873 kg / liter

Nilai MPX4 (Marginal Product Pestisida) sebesar 29,873 kg/liter berarti

apabila perubahan pertambahan pestisida sebesar 1 liter maka akan meningkatkan perubahan pertambahan produksi sebesar 29,873 kg.


(1)

Lampiran 7. Uji Multikolinearitas Pupuk

Dependent Variable: LOG(X3) Method: Least Squares

Date: 08/06/09 Time: 09:58 Sample: 1 95

Included observations: 95 Variable Coefficien

t

Std. Error t-Statistic Prob.

C 3.989750 1.553806 2.567728 0.0119

LOG(X1) 0.881357 0.150346 5.862179 0.0000

LOG(X2) 0.206381 0.223795 0.922188 0.3589

LOG(X4) 0.250460 0.108695 2.304249 0.0235

LOG(X5) 0.453211 0.180676 2.508420 0.0139

R-squared 0.778522 Mean dependent var 6.044674

Adjusted R-squared 0.768678 S.D. dependent var 1.058159 S.E. of regression 0.508932 Akaike info criterion 1.538190 Sum squared resid 23.31102 Schwarz criterion 1.672604

Log likelihood -68.06400 F-statistic 79.09009


(2)

Lampiran 8. Uji Multikolinearitas Pestisida

Dependent Variable: LOG(X4) Method: Least Squares

Date: 08/06/09 Time: 09:58 Sample: 1 95

Included observations: 95 Variable Coefficien

t

Std. Error t-Statistic Prob.

C -4.649738 1.435592 -3.238900 0.0017

LOG(X1) 0.357441 0.162232 2.203273 0.0301

LOG(X2) 0.648741 0.200555 3.234737 0.0017

LOG(X3) 0.222425 0.096528 2.304249 0.0235

LOG(X5) 0.088029 0.175871 0.500535 0.6179

R-squared 0.703330 Mean dependent var 1.165511

Adjusted R-squared 0.690145 S.D. dependent var 0.861595 S.E. of regression 0.479604 Akaike info criterion 1.419484 Sum squared resid 20.70180 Schwarz criterion 1.553898

Log likelihood -62.42549 F-statistic 53.34185


(3)

Lampiran 9. Uji Multikolinearitas Umur Tanaman

Dependent Variable: LOG(X5) Method: Least Squares

Date: 08/06/09 Time: 09:59 Sample: 1 95

Included observations: 95 Variable Coefficien

t

Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.139072 0.907814 0.153195 0.8786

LOG(X1) -0.041665 0.099587 -0.418373 0.6767

LOG(X2) 0.097619 0.126404 0.772278 0.4420

LOG(X3) 0.144181 0.057479 2.508420 0.0139

LOG(X4) 0.031535 0.063002 0.500535 0.6179

R-squared 0.303147 Mean dependent var 1.746947

Adjusted R-squared 0.272176 S.D. dependent var 0.336473 S.E. of regression 0.287054 Akaike info criterion 0.392905 Sum squared resid 7.416012 Schwarz criterion 0.527319

Log likelihood -13.66298 F-statistic 9.788031


(4)

Lampiran 10.

DAFTAR KUESIONER

Angket ini diperlukan untuk mendukung penelitian yang berjudul :

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PRODUKSI COKELAT DI KABUPATEN DAIRI

OLEH

DOODY.S.TUMANGGOR NIM. 077018032

MAGISTER EKONOMI PEMBANGUNAN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009

I. DENTITAS RESPONDEN

1. Nama : ... 2. Kecamatan : ... 3. Desa : ... 4. Jenis kelamin : ...

5. Usia : ... tahun

6. Pendidikan terakhir : ………...


(5)

II. PERTANYAAN :

Produksi coklat 1. Produksi adalah jumlah produksi biji cokelat

bentuk kering yang diperoleh petani dari hasil panen per satuan hektar diukur dalam satuan kilogram per tahun

2. Hasil dijual kemana... a. Ke pasar

b. Pedagang pengumpul

3. Harga biji cokelat Rp.../kg

………..kg/ha/tahun

Luas lahan 4. Luas lahan adalah total luas tanah yang digunakan

oleh petani untuk pertanaman cokelat di ukur dalam satuan hektar

5. Bagaimana status lahan yang digunakan a. Milik sendiri

b. Menyewa

c. Bagi hasil d. Lain-lain

…………..……Hektar

Waktu kerja 6. Waktu kerja adalah jumlah jam kerja yang digunakan

petani untuk mengelola pertanaman cokelat diukur dalam per bulan


(6)

Pupuk 7. Pupuk adalah pupuk yang digunakan dalam

proses produksi baik pupuk organik maupun pupuk anorganik dalam persatuan hektar diukur dalam satuan kilogram/tahun

Urea...Kg/ha/tahun TSP...Kg/ha/tahun KCL...Kg/ha/tahun Kompos…...Kg/ha/tahun Lain – lain :

………... ... ... ...

PESTISIDA

8. Pestisida adalah obat yang dipakai dalam

pengendalian gulma maupun hama penyakit pada tanaman cokelat dalam persatuan hektar diukur

dalam satuan liter pertahun ...liter/ha/thn

UMUR COKLAT 9. Umur tanaman coklat adalah lama tanaman cokelat

yang berproduksi diukur dalam satuan tahun

………...tahun