Perkembangan pertanian organik di Indonesia masih terbilang lambat, hal ini dikarenakan perubahan dari penggunaan pupuk kimia menjadi pupuk organik
tidak akan meningkatkan produksi dan pendapatan secara instan. Perlu waktu sekitar 2-3 tahun setelah beralih menggunakan pupuk organik, setelah itu produksi
padinya meningkat. Selain itu, pasar padi organik juga belum berkembang, sehingga penjualan padiberas organik mungkin tidak lancar seperti beras
konvensional. Ditemukan beberapa permasalahan yang terkait dengan budidaya, sarana produksi, pengolahan hasil, pemasaran, sumber daya manusia,
kelembagaan dan regulasi Sugiyanto, 2011.
2.1.3 Sistem Agribisnis
Dalam usaha meningkatkan produksi beras organik, pengembangan sistem agribisnis merupakan alternatif kebijaksanaan yang tepat. Saragih 2001,
menjelaskan bahwa sistem agribisnis merupakan sistem usaha pertanian dalam arti luas tidak hanya dilaksanakan secara subsistem melainkan dalam satu sistem dan
agribisnis adalah suatu usaha tani dalam bidang usaha bisnis pertanian dengan orientasi keuntungan. Salah satu upaya yang dapat ditempuh agar dapat
meningkatkan pendapatan usahatani padi organik adalah dengan penerapan konsep pengembangan sistem agribisnis beras organik secara terpadu yaitu sistem
agribisnis yang terdiri dari subsistem penyediaan sarana produksi, subsistem produksi, subsistem pengolahan, subsistem pemasaran dan subsistem lembaga
pendukung yang meliputi lembaga keuangan, transportasi, penyuluhan, layanan informasi agribisnis penelitian dan pengembangan, kebijakan pemerintah,
koperasi dan lain – lain.
Universitas Sumatera Utara
Secara skematis konsep agribisnis ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Sistem Agribisnis, Saragih, 2001 Dalam Standar Prosedur Operasional SPO padi organik yang ditetapkan oleh
Departemen Pertanian 2007, pada subsistem pengadaan sarana produksi pertanian pelaku kegiatan ini adalah perorangan, perusahaan swasta, pemerintah
dan koperasi. Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi pada subsistem pengadaan sarana produksi pertanian antara lain :
1. Benih organik, yaitu apabila benih tersebut bukanlah hasil rekayasa genetika,
ataupun berasal dari proses produksi kimia, sudah melalui proses adaptasi dan sudah teruji minimal 3 kali musim tanam dan diutamakan benih lokal.
2. Pestisida organik, yaitu pestisida yang berasal dari bahan-bahan alami bukan
berasal dari bahan kimia sintetis.
Subsistem Penyediaan
Saprodi
Subsistem Produksi
Subsistem Pemasaran
Subsistem Pendukung
Lembaga Keuangan
Transprotasi
Penyuluhan
Layanan Informasi Agribisnis
Penelitian dan Pengembangan
Kebijakan Pemerintah
Koperasi, Bank dll Subsistem
Pengolahan
Universitas Sumatera Utara
3. Pupuk organik, yaitu pupuk yang berasal dari hasil komposiasi atau berasal
dari kotoran ternak dan bukan berasal dari bahan kimia sintetis atau pabrikan, serta pupuk cair dari bahan alami.
Subsistem produksi usahatani adalah kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang dihasilkan oleh subsistem penyediaan saprodi untuk menghasilkan
produk pertanian organik. Dalam budidaya usahatani secara organik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu, pengelolaan lahan harus dilakukan secara
bertahap dan tidak merusak lingkungan, adanya program rotasi tanaman yang sesuai, penggunaan pupuk dan pestisida organik, pemeliharaan dalam hal
pemberantasan hama ataupun penyakit dilakukan secara mekanik dan tanpa menggunakan zat kimia sintetis. Sehingga terciptanya usahatani yang intensif dan
sustainable lestari, artinya meningkatkan produktivitas lahan semaksimal mungkin dengan cara intensifikasi tanpa meninggalkan kaidah-kaidah pelestarian
sumber daya alam. Subsistem pengolahan hasil, lingkup kegiatan ini tidak hanya pada aktivitas
pengolahan sederhana di tingkat petani, tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pasca panen produk pertanian sampai pada tingkat
pengolahan lanjutan dengan maksud untuk menambah nilai tambah value added dari produksi primer tersebut. Dalam kegiatan pengolahan hasil dalam sistem
pertanian organik harus memperhatikan kontaminasi terhadap bahan kimia atau penggunaan bahan pengawet sehingga harus ditekankan adanya pembatasan
pengolahan dan sanitasi yang baik dalam prosesnya serta kemungkinan tercampur dengan produk yang anorganik.
Universitas Sumatera Utara
Dalam subsistem pemasaran, dimana berlangsung kegiatan mulai dari pengemasan, penggudangan, pengangkutan, penyimpanan, memasarkan hasil-
hasil pertanian dan sebagainya. Pengembangan pertanian organik mendasarkan pada proses transaksi perdagangan yang adil fair dan setara dengan pihak lain
serta kebijakan penetapan harga pada produk organik berdasarkan biaya produksi sesuai daerah setempat dan menjadi pengikat persaudaraan antara produsen dan
konsumen. Integritas produk-produk organik harus dipertahankan sejak dari lahan sampai tiba dikonsumen. Standar Pertanian Organik Indonesia, 2005.
Pada subsistem agribisnis yang terakhir adalah subsistem penunjang agribisnis yakni seluruh kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis, seperti lembaga
keuangan, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga transportasi, lembaga pendidikan serta adanya regulasi pemerintah yang mendukung petani dan lain
sebagainya. Subsistem–subsistem tersebut dikembangkan melalui manajemen agribisnis yang baik dan dalam satu sistem yang utuh dan terkait Saragih, 2000.
2.1.4 Penelitian Terdahulu