Dalam subsistem pemasaran, dimana berlangsung kegiatan mulai dari pengemasan, penggudangan, pengangkutan, penyimpanan, memasarkan hasil-
hasil pertanian dan sebagainya. Pengembangan pertanian organik mendasarkan pada proses transaksi perdagangan yang adil fair dan setara dengan pihak lain
serta kebijakan penetapan harga pada produk organik berdasarkan biaya produksi sesuai daerah setempat dan menjadi pengikat persaudaraan antara produsen dan
konsumen. Integritas produk-produk organik harus dipertahankan sejak dari lahan sampai tiba dikonsumen. Standar Pertanian Organik Indonesia, 2005.
Pada subsistem agribisnis yang terakhir adalah subsistem penunjang agribisnis yakni seluruh kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis, seperti lembaga
keuangan, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga transportasi, lembaga pendidikan serta adanya regulasi pemerintah yang mendukung petani dan lain
sebagainya. Subsistem–subsistem tersebut dikembangkan melalui manajemen agribisnis yang baik dan dalam satu sistem yang utuh dan terkait Saragih, 2000.
2.1.4 Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Dudiagunoviani 2009 tentang strategi pengembangan usahatani beras organik di Kota Bogor menunjukkan ada enam strategi yang disarankan,
yaitu : 1 memperluas jaringan pasar, 2 meningkatkan kualitas produk melalui kemasan, 3 meningkatkan promosi mengenai beras organik kepada masyarakat
melalui penyuluhan ataupun media lain, 4 mengembangkan produksi dengan menggunakan bibit organik unggul, 5 memperkuat modal melalui
pengembangan kerjasama dengan pihak swasta, pemerintah atau masyarakat setempat, dan 6 perbaikan sistem manajemen. Strategi memperluas jaringan
Universitas Sumatera Utara
pasar adalah sebagai strategi prioritas dalam pengembangan usahatani beras organik Kelompok Tani Cibeureum. Oleh karena itu, kelompok tani harus lebih
agresif lagi melihat pasar yang tersedia sehingga produk yang dihasilkan dapat masuk dan berkembang pada segmentasi pasar yang telah ditetapkan sesuai
dengan peluang-peluang yang ada serta kekuatan-kakuatan yang dimiliki oleh kelompok tani tersebut.
Hasil Penelitian Siahaan 2009 mengenai strategi pengembangan padi organik di Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara menunjukkan ada delapan strategi
dalam pengembangan padi organik pada Kelompok Tani Sisandi yaitu, mengembangkan produk padi organik dengan optimalisasi sumber daya yang ada,
mengembangkan pasar dengan mempertahankan hubungan yang baik dengan Dinas Pertanian dan menjalin kerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat
yang peduli pada sektor pertanian, mengembangkan padi organik dengan meningkatkan permodalan melalui menjalin kerjasama dengan lembaga swadaya
masyarakat, mengembangkan produk dengan cara meningkatkan keahlian budidaya padi organik dilakukan melalui menjalin kerja sama baik dengan Dinas
Pertanian dan konsultan pertanian, penguatan kelembagaan kelompok tani, pengembangan produk dengan adanya sertifikasi organik, mengembangkan
produk dengan adanya pemahaman pentingnya sektor pertanian untuk menyangga ekonomi keluarga, menjalin kerjasama dengan para ahli teknologi baik dari
institusi pendidikan maupun instansi terkait untuk mendapatkan teknologi yang sehat, cepat dan tepat guna.
Hasil penelitian Nafis 2011 mengenai usahatani padi organik dan tata niaga beras organik di Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat menunjukkan adanya
Universitas Sumatera Utara
keterkaitan antara subsistem on-farm dan subsistem off-farm dalam sistem agribisnis beras organik. Subsistem off-farm terutama subsistem tataniaga yang
dilakukan oleh perusahan swasta yang pertama kali mengenalkan pengembangan sistem agribisnis beras organik di Kabupaten Tasikmalaya dan berperan dalam
memasarkan beras organik dari Kabupaten Tasikmalaya tidak hanya ditujukan pada pasar domestik namun juga pada pasar internasional ekspor. Kerjasama
antara Gapoktan Simpatik dengan perusahaan swasta tersebut dalam tataniaga beras organik dapat dikatakan akan menjadi kerjasama yang saling
menguntungkan antara keduanya dalam jangka waktu yang panjang.
2.2 Landasan Teori