2.6 Otot Polos
Otot polos terdiri dari tiga filamen, yaitu filament miosin tebal, filamen aktin tipis yang memiliki tropomiosin dan sedikit troponin, dan filamen intermediet.
27
Pada otot polos gambaran serat-lintang tidak terdapat karena susunan dari filamen-filamennya
tidak teratur. Hal tersebut berbeda dari otot rangka dan jantung. Kontraksi pada otot polos yang bersifat tonik bergantung dari pergeseran filamen aktin dan miosin II satu sama lain.
9
Retikulum sarkoplasma pada otot polos tidak dapat berkembang dengan baik dan jumlah dari mitokondria hanya sedikit, sehingga untuk memenuhi kebutuhan
metabolismenya kebanyakan dari proses glikolisis.
13
Otot polos di dalam tubuh memiliki struktur, fungsi dan letak yang berbeda- beda.Oleh karena itu terdapat beberapa jenis otot polos. Jenis yang pertama adalah otot
polos viseral atau unitary berbentuk seperti lembaran yang luas, mempunyai banyak jembatan taut taut-celah yang berresistensi rendah dalam menghubungkan tiap sel otot.
Jembatan taut-celah tersebut dapat berfungsi sebagai sinsitium untuk dapat menyebarluaskan kontraksi pada otot polos viseral.
14
2.7 Mekanisme kontraksi dan relaksasi otot polos
Persarafan otot polos kandung kemih mendapatkan berasal dari inervasi saraf parasimpatis postganglion. Saraf parasimpatis terminal mensekresi asetilkolin yang
berikatan dengan reseptornya yaitu M
3
. Kemudian reseptor M
3
akan mengaktifkan protein G. Setelah itu protein G mengaktifkan enzim phospholipase-C PLC. PLC menghasilkan
inositol triphosphate IP
3
dan diasilgliserol DAG dari membran phosphoinositides PIP
2
.Kemudian IP
3
dapat mengeluarkan kalsium dari tempat penyimpanan di dalam retikulum sarkoplasma intraseluler, sedangkan DAG memasukan kalsium melalui
nifedipine-sensitive L-type Ca
2+
channels dan juga dapat mengaktifkan protein kinase- C.Selain itukalsium yang masuk dari ekstrasel dapat menginduksi pengeluaran kalsium
dari retikulum sarkoplasma melalui reseptor rianodin.
14
Selain itu ATP melalui reseptor P2X purinergik yang merupakan non selective cation channels pada membrane, hal ini menyebabkan depolarisasi sehingga voltage
sensitive Ca
2+
channels terbuka. Hal tersebut menyebabkan lebih banyak lagi kalsium yang akan ada di sitoplasma dan merangsang otot polos untuk berkontraksi.
15
Peningkatan jumlah kalsium di dalam sel akan berikatan dengan calmodulin menjadi Ca
2+
calmodulin complex dan mengaktivasi MLCK yang merupakan enzim spesifik untuk memfosforilasi MLC menjadi MLC terfosforilasi yang aktif. Kemudian
MLCp dapat mengaktivasi miosin ATPase. Sehingga miosin dapat berinteraksi dengan aktin dan menimbulkan kontraksi.
16
Protein G
mengaktivasi Rho.Selanjutnya
Rho dapat
bekerja sebagai
Ca
2+
sensitization.Kemudian Ca
2+
sensitization dapat menghambat MLCP. MLCP menjadi tidak dapat mendefosforilasi MLC terfosforilasi, sehingga MLC terfosforilasi tidak dapat
menjadi MLC. Oleh karena itu teraktivasinya Rho secara tidak langsung mendukung proses kontraksi otot polos.
16
Saraf simpatis terminal mensekresi NE yang berikatan dengan reseptornya yaitu M2. Reseptor M2 berikatan dengan protein Gi.
17
Gambar 2.7. Mekanisme kontraksi otot polos.
21
2.8 Organ bath