Efek Ekstrak Nigella Sativa Terhadap Kontraktilitas Otot Polos Kandung Kemih Guinea Pig In Vitro

(1)

KONTRAKTILITAS OTOT POLOS KANDUNG

KEMIH GUINEA PIG IN VITRO

Laporan Penelitian

ditulis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Muhammad Hazmi Anzhari

NIM : 1110103000094

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat

Allah SWT yang senantiasa melimpahkan nikmat Islam, nikmat sehat, dan nikmat ilmu sehingga peneliti diberi kemudahan dalam menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat-Nya ke dalam jaman yang diterangi oleh nikmat Islam.

Judul penelitian ini adalah “Efek Ekstrak Nigella Sativa Terhadap Kontraktilitas Otot Polos Kandung Kemih Guinea Pig In Vitro”.

Peneliti ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Prof. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjudin, SpAnd. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK. selaku Kepala Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Nouval Shahab, SpU, Ph.D, FICS, FACS. dan Ibu Endah Wulandari, M.Biomed. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan segenap waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu peneliti menyelesaikan penelitian ini.

4. dr. H. M. Djauhari Widjajakusumah, AIF, PFK. dan ibu Ratna Pelawati, M.Biomed. selaku penguji sidang laporan penelitian ini.

5. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D. selaku penanggung jawab modul riset PSPD 2010.

6. Seluruh dosen dan segenap Civitas Akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya dan mendukung peneliti dalam menyelesaikan penelititan ini.

7. Orangtua peneliti Ir. H. Untung Lusianto, MSi dan Almh. drg. Wilandari yang telah memberikan dukungan moral dan material yang membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.


(6)

vi

9. Teman-teman kelompok penelitian yaitu Erwanda Desire Budiman, Muhammad Hafif Kusasi, Muhammad Ichsan Pribadi, dan Yesinta Diandra yang telah berjuang bersama-sama dari awal hingga peneliti mampu menyelesaikan penelitian ini.

10.Mutia Oktavia yang telah memberikan semangat, keceriaan, ilmu dan kepercayaan diri bagi peneliti sehingga dapat dengan baik menyelesaikan pendidikan preklinik dan penelitian ini.

11.Pihak LIPI dan BALITRO yang telah membantu peneliti dalam pembuatan ekstrak.

12.Ibu Lilis dan Ibu Ai selaku laboran yang senantiasa membantu di Laboratorium Multiguna dan Laboratorium Biokimia FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

13.Petugas keamanan dan kebersihan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang senantiasa membuka pagar dan menunggu peneliti saat penelitian di hari libur.

14.Kakak-kakak dan adik kelas mahasiswa PSPD angkatan 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2011, dan 2012 yang selalu memberi dukungan kepada peneliti

15.Keluarga PSPD 2010 yang telah menemani peneliti dalam membangun kepercayaan diri dan tekad kuat sehingga peneliti mampu menyelesaikan pendidikan preklinik dan penelitian ini.

Ciputat, 10 September 2013


(7)

vii

Muhammad Hazmi Anzhari. Program Studi Pendidikan Dokter. Efek Ekstrak Nigella Sativa Terhadap Kontraktilitas Otot Polos Kandung Kemih Guinea Pig In Vitro. 2013.

Nigella sativa atau jintan hitam biasa disebut habatussauda merupakan tanaman yang dipergunakan sebagai pilihan obat alternatif di Asia khususnya Asia Tengah. Nigella sativa memiliki banyak manfaat diantaranya efek antibiotik, anti-tumor, anti-inflamasi, analgesik, hipoglikemik, imunostimulan, dan relaksasi otot polos. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak Nigella sativa terhadap kontraktilitas otot polos kandung kemih guinea pig in vitro dengan alat organ bath. Tegangan strip otot polos pada pemberian ekstrak Nigella sativa dibandingkan dengan tegangan yang ditimbulkan oleh kontrol (pelarut ekstrak) yang terlebih dahulu dikontraksikan dengan carbachol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak Nigella sativa menurunkan kontraktilitas otot polos kandung kemih guinea pig secara signifikan (p<0,05) pada konsentrasi 5x10-6 %, 5x10-5 %, 5x10-4 %, 5x10-3 %, dan 5x10-2 %.

Kata Kunci : otot polos, kandung kemih, ekstrak Nigella sativa, organ bath

ABSTRACT

Muhammad Hazmi Anzhari. Medical Education Study Program. Effect of Nigella sativa

Extract on the Smooth Muscle of the Guinea PigVesica Urinaria In Vitro. 2013.

Nigella sativa or jintan hitam also called habatussauda is a plant used as an alternative therapy in Asia especially in Middle Asia. Nigella sativa has many use, such as an antibiotic, anti-tumor, anti-inflammation, analgesic, hypoglicemic, citotoxic, and relaxation of smooth muscle. The aim of this study was to determine the effect of Nigella sativa extract on urinary bladder smooth muscle contractility in vitro using organ bath instrument. The effects of Nigella sativa extract on carbachol-induced detrusor smooth muscle contraction were compared with those of control (DMSO). The result of this study showed that extract of Nigella sativa relaxed smooth muscle of guinea pig urinary bladder significantly (p<0,05) at concentration 5x10-6 %, 5x10-5 %, 5x10-4 %, 5x10-3 %, dan 5x10-2 %.


(8)

viii

LEMBAR JUDUL... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PENGESAHAN... iv

KATA PENGANTAR... v

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR SINGKATAN... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1Latar Belakang... 1 1.2Rumusan Masalah... 2

1.3Hipotesis... 2

1.4Tujuan Penelitian... 2

1.5Manfaat Penelitian... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1.Kandung kemih... 4

2.2.Kontraksi Otot Polos... 7

2.3.Nigella sativa... 11

2.4.Organ Bath... 13

2.5.Kerangka Teori... 14

2.6.Kerangka Konsep... 14

2.7.Definisi Operasional... 15

BAB 3 METODE PENELITIAN... 16

3.1 Desain Penelitian... 16

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 16

3.3 Bahan yang Diuji,,... 16

3.4 Identifikasi Variabel... 17

3.5 Alur Penelitian ... 17

3.6 Cara Kerja Penelitian... 18

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN... 21

4.1 Efek Carbachol terhadap Kontraktilitas Otot Polos... 21

4.2 Efek Ekstrak Nigella sativa dan DMSO terhadap Kontraktilitas Otot Polos... 21

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN... 25

5.1 Simpulan... 25

5.2 Saran... 25

DAFTAR PUSTAKA... 26


(9)

ix

Gambar 2.1 Kandung kemih normal manusia... 4

Gambar 2.2 Kandung kemih anterior dengan potongan pada bagian apeks………... 5

Gambar 2.3 Penampang histologi kandung kemih... 5

Gambar 2.4 Proses berkemih normal... 6

Gambar 2.5 Proses kontraksi otot polos... 9

Gambar 2.6 Biji Nigella sativa... 11

Gambar 2.7 Kerangka teori... 14

Gambar 2.8 Kerangka konsep... 14

Gambar 3.1 Cara kerja pemberian carbachol... 19

Gambar 3.2 Cara kerja pemberian ekstrak Nigella sativa... 19

Gambar 3.3 Cara kerja pemberian kontrol (DMSO) ... 20

Gambar 4.1 Grafik perbandingan kontraksi otot polos kandung kemih guinea pig pada pemberian ekstrak Nigella sativa dengan konsentrasi 5x10-6 %, 5x10-5 %, 5x10-4 %, 5x10-3 %, dan 5x10-2 % dan DMSO sebanyak 5 kali... 22

Gambar 6.1 Surat hasil determinasi tumbuhan... 29

Gambar 6.2 Surat pengujian ekstrak... 30

Gambar 6.3 Alur pembuatan ekstrak... 31

Gambar 6.4 Surat peminjaman laboratorium multiguna... 32

Gambar 6.5 Proses mematikan hewan uji... 39

Gambar 6.6 Proses pembedahan untuk mengambil kandung kemih hewan uji………... 39 Gambar 6.7 Kandung kemih hewan uji yang telah diambil... 39

Gambar 6.8 Alat-alat untuk membuat strip otot polos... 39

Gambar 6.9 Proses diseksi strip otot polos... 39

Gambar 6.10 Proses pengikatan strip otot polos... 39

Gambar 6.11 Proses pengikatan strip otot polos pada transducer... 40

Gambar 6.12 Penyesuaian resting tension pada strip otot polos... 40

Gambar 6.13 Proses pengujian dengan ekstrak Nigella sativa... 40

Gambar 6.14 Perekaman pada software Labchart... 40

Gambar 6.15 Organ Bath... 41

Gambar 6.16 Water heater ... 41

Gambar 6.17 Water jacketed chamber... 40

Gambar 6.18 Ekstrak Nigella sativa... 41


(10)

x

Tabel 2.1 Komposisi Nigella sativa ... 12 Tabel 3.1 Komposisi larutan Krebs-Henseleit... 17 Tabel 6.1 Persentase Kontraksi Strip Otot Polos dengan Pemberian

DMSO... 33 Tabel 6.2 Persentase Kontraksi Strip Otot Polos dengan Pemberian

Ekstrak Nigella sativa... 34 Tabel 6.3 Uji normalitas data kontraksi strip otot polos dengan

pemberian ekstrak Nigella sativa 5 x 10-6 %... 35 Tabel 6.4 Uji normalitas data kontraksi strip otot polos dengan

pemberian ekstrak Nigella sativa 5 x 10-5 %... 35 Tabel 6.5 Uji normalitas data kontraksi strip otot polos dengan

pemberian ekstrak Nigella sativa 5 x 10-4 %... 35 Tabel 6.6 Uji normalitas data kontraksi strip otot polos dengan

pemberian ekstrak Nigella sativa 5 x 10-3 %... 36 Tabel 6.7 Uji normalitas data kontraksi strip otot polos dengan

pemberian ekstrak Nigella sativa 5 x 10-2 %... 36 Tabel 6.8 Uji normalitas data kontraksi strip otot polos dengan

pemberian DMSO pertama... 36 Tabel 6.9 Uji normalitas data kontraksi strip otot polos dengan

pemberian DMSO kedua... 37 Tabel 6.10 Uji normalitas data kontraksi strip otot polos dengan

pemberian DMSO ketiga... 37 Tabel 6.11 Uji normalitas data kontraksi strip otot polos dengan

pemberian DMSO keempat... 37 Tabel 6.12 Uji normalitas data kontraksi strip otot polos dengan

pemberian DMSO kelima... 37 Tabel 6.13 Uji Independent-Samples t Test... 38


(11)

xi

ADP : Adenosine diphosphate ATP : Adenosine triphosphate ATPase : Adenosine triphosphatase Ca2+ : Calcium

cAMP : Cyclic adenosine monophosphate CICR : Ca2+-induced Ca2+ release

cm : Centimeter CO2 : Carbon dioxide DAG : Diacylglycerol DMSO : Dimethyl sulfoxide IP3 : Inositol triphosphate

IP3R : Inositol triphosphate receptor Kg : Kilogram

MAP : Mitogen activated protein Mdet : Milidetik

Mg : Miligram

MLCK : Myosin light chain kinase MLCP : Myosin light chain phosphatase Mm : Milimeter

mV : Milivolt O2 : Oxygen

PIP2 : Phosphoinositide PKC : Protein kinase C PLC : Phospholipase-C RyR : Ryanodine receptor

M : Mikro Molar µL : Mikro Liter


(12)

xii

Lampiran 1 Surat hasil determinasi tumbuhan... 29

Lampiran 2 Surat pengujian ekstrak... 30

Lampiran 3 Cara pembuatan ekstrak... 31

Lampiran 4 Surat peminjaman laboratorium multiguna... 32

Lampiran 5 Data persentase kontraksi strip otot polos dengan pemberian DMSO... 33

Lampiran 6 Data persentase kontraksi strip otot polos denganpemberian ekstrak Nigella sativa... 34

Lampiran 7 Uji normalitas data... 35

Lampiran 8 Uji Independent-Samples t Test... 38

Lampiran 9 Proses penelitian... 39


(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat dapat dipengaruhi oleh aspek lingkungan, host, dan agen penyebab penyakit. Ketidakseimbangan dari ketiga aspek tersebut dapat menimbulkan penyakit. Manusia perlu berupaya guna meningkatkan taraf kesehatan agar terhindar dari penyakit. Salah satu caranya adalah dengan pencegahan dan pengobatan. Pengobatan yang dilakukan dapat melalui obat-obatan sintesis dan melalui herbal, namun bergesernya pandangan masyarakat dari obat sintesis karena dianggap memiliki efek samping yang lebih besar daripada pemakaian obat herbal.1

Salah satu obat herbal yang semakin digemari masyarakat saat ini adalah Nigella sativa. Di Asia, khususnya di bagian timur tengah pun, Nigella sativa sudah dipakai sebagai obat herbal yang bertujuan sebagai terapi berbagai penyakit.1 Nigella sativa yang biasa disebut Habatussauda telah lama menjadi pilihan terapi terutama di negara Iran.2 Seiring dengan berjalannya waktu, pengobatan-pengobatan alternatif banyak menjadi pilihan masyarakat. Salah satu yang banyak dipercayai masyarakat adalah pengobatan cara Nabi atau Tibb al-Nabawi yang menyebutkan 3 aspek besar dalam kesehatan. Pertama, promosi kesehatan, lalu pencegahan penyakit (al-tibb al-wiqa’i) dan juga penyembuhan penyakit (al-tibb al-‘ilaji).3

Diriwayatkan dari Aisyah r.a., ia berkata: Saya pernah mendengar Nabi

Saw. bersabda, “Habbah sauda’ ini untuk obat segala penyakit, kecuali sam.

“Aisyah bertanya: “apa sam itu?” Rasulullah SAW. bersabda: “Kematian” (hadis ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari, nomor hadis: 5687).4

Nigella sativa saat ini diduga memiliki sifat antibiotik spektrum luas, anti-tumor, anti-inflamasi, analgesik, relaksasi otot polos. Nigella sativa juga memberi efek hipoglikemik, sitotoksik, dan imunostimulan.2 Pada penelitian sebelumnya didapatkan ekstrak Nigella sativa memberikan efek relaksasi otot polos pada trakea guinea pig dan jejunum kelinci karena adanya penghambatan kanal kalsium.5


(14)

Peningkatan kalsium dapat disebabkan oleh pengeluaran kalsium dari retikulum sarkoplasma, Ca2+-induced Ca2+ release (CICR), dan influks kalsium melalui voltage-gated channel. Ikatan kalsium dengan calmodulin akan memfosforilasi myosin light chain kinase (MLCK) yang akan meningkatkan aktivitas ATPase. ATPase dapat memecah ATP menjadi ADP dan menghasilkan power stroke untuk memulai kontraksi otot polos. Kontraksi juga dapat meningkat akibat aktivasi Rho dan protein kinase C (PKC).6

Sampai saat ini, belum ada penelitian yang menunjukkan efek relaksasi dari pemberian ekstrak Nigella sativa pada otot polos kandung kemih, karena itu peneliti ingin meneliti efek relaksasi otot polos kandung kemih setelah pemberian ekstrak Nigella sativa.6

Penelitian ini dilakukan secara in vitro dengan menggunakan alat organ bath. Organ bath digunakan pada penelitian ini karena mampu memberikan lingkungan fisiologis kepada jaringan otot polos.7 Organ bath merupakan sebuah alat berupa tabung 2 lapis yang membentuk sebuah water-jacketed organ bath. Digunakan cairan Krebs-Henseleit dalam suhu 37,5 ºC serta oksigenasi oleh O2 95% dan CO2 5% untuk menghasilkan lingkungan yang fisiologis bagi jaringan.8 Penelitian ini menggunakan kandung kemih guinea pig sebagai hewan uji.

1.2 Perumusan Masalah

Bagaimana efek ekstrak Nigella sativa terhadap kontraktilitas otot polos kandung kemih guinea pig?

1.3 Hipotesis

Ekstrak Nigella sativa akan memberikan efek penurunan kontraktilitas terhadap otot polos kandung kemih guinea pig.

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek ekstrak Nigella sativa terhadap kontraktilitas otot polos kandung kemih guinea pig.


(15)

1.4.2 Tujuan Khusus

 Menilai efek ekstrak Nigella sativa terhadap kontraktilitas otot polos kandung kemih guinea pig.

 Mengukur berapa kadar ekstrak Nigella sativa yang dapat memberikan efek terhadap kontraktilitasotot polos kandung kemih.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Peneliti

 Penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian.

 Penelitian ini merupakan media aplikasi ilmu dalam menentukan permasalahan di masyarakat serta merumuskan permasalahan tersebut.  Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai efek ekstrak

Nigella sativa terhadap kontraktilitas otot polos kandung kemih guinea pig.

 Penelitian ini sebagai syarat untuk menyelesaikan studi pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.5.2 Bagi Institusi

 Penelitian ini merupakan pelaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi atau tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.

 Penelitian ini memberikan data awal bagi penelitian-penelitian selanjutnya atau intervensi yang akan dilakukan.

1.5.3 Bagi Masyarakat

 Penelitian ini memberikan informasi bahwa Nigella sativa mungkin dapat digunakan oleh masyarakat secara luas sebagai tatalaksana pada gangguan berkemih setelah menjalani pengujian klinis.

 Penelitian ini meningkatkan keimanan terhadap Sunah Nabi yang menganjurkan untuk mengkonsumsi Nigella sativa sebagai obat.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kandung Kemih

2.3.1.Anatomi Kandung kemih

Kandung kemih merupakan sebuah organ dengan otot polos yang berfungsi untuk kontraksi saat proses miksi.9 Kandung kemih terletak di dalam rongga pelvis dan berada di belakang tulang pubis. Pada orang dewasa, kandung kemih dapat menampung sekitar 500 ml urin.10

Kandung kemih terdiri dari beberapa bagian yaitu apeks, basis, kolum, fasies superior dan dua buah fasies inferolateralis. Kandung kemih akan berbentuk sebuah piramid apabila dalam keadaan kosong.10

Gambar 2.1 Kandung kemih normal manusia

Sumber: Drake RL, 2007

Apeks merupakan bagian ujung dari kandung kemih yang mengarah ke depan di belakang simfisis pubis. Apeks kandung kemih menggantung dan terikat kepada umbilikus oleh ligamentum umbilicae medianum.10

Basis diibaratkan sebagai bidang segitiga yang merupakan dasar dari piramida namun mengarah ke posterior. Muara dari 2 ureter dari ginjal berada pada sudut atas dari basis (sudut superolateralis) dan urethra keluar dari kandung kemih dari sudut bawah basis (sudut inferior).10

4


(17)

Gambar 2.2 Kandung kemih anterior dengan potongan pada bagian apeks

Sumber: Drake RL, 2007

Terjadi perubahan posisi dan batas dari fasies superior apabila kandung kemih dalam keadaan terisi yaitu bentuknya menjadi lonjong dan naik ke atas, masuk ke dalam kavitas abdomen. Sedangkan fasies posterior dan kolum kandung kemih yang letaknya berada di inferior kandung kemih letaknya relatif tidak berubah.10

Kandung kemih terdiri atas lapisan serosa, lapisan otot, lapisan submukosa, dan lapisan mukosa.8 Lapisan mukosa merupakan lapisan berlipat-lipat yang meliputi permukaan dalam kandung kemih. Pada trigonum vesika lapisan mukosa yang melapisinya menempel sangat erat dengan lapisan otot dibawahnya. Lapisan otot kandung kemih merupakan otot polos dengan tiga lapisan yang saling berhubungan dan membentuk musculus detrusor vesika.10

Gambar 2.3 Penampang histologi kandung kemih


(18)

2.3.2. Fisiologi Berkemih

Proses berkemih terjadi dengan keterlibatan dari struktur dan fungsi saluran kemih bawah, kognitif, fisik, motivasi dan juga lingkungan yang terbagi menjadi dua fase yaitu penyimpanan dan pengosongan.13

Terdapat dua persarafan, otonom dan volunter, yang mengendalikan proses berkemih yaitu saraf pudendal yang mengendalikan sfingter uretra ekstrernal dan otot dasar panggul secara volunter dan sistem saraf otonom yang mengendalikan otot detrusor kandung kemih dan sfingter uretra internal.13

Gambar 2.4. Proses berkemih normal

Sumber: Setiati S, 2009

Gabungan fungsi dari otot detrusor, saraf pelvis, medula spinalis segmen sakral, dan pusat saraf pengontrol proses berkemih merupakan mekanisme detrusor. Urin yang dihasilkan dari ginjal akan mengisi kandung kemih dan menghasilkan rangsang yang dilanjutkan ke pusat saraf kortikal dan subkortikal (pada ganglia basal dan serebelum) yang menyebabkan relaksasi kandung kemih sehingga dapat terisi urin tanpa keinginan untuk berkemih. Pada saat kandung kemih mulai penuh pusat kortikal (pada lobus frontal) juga akan menghambat pengeluaran urin. Persarafan simpatik akan menyebabkan menghambat tonus


(19)

parasimpatis, merelaksasi kandung kemih, dan menimbulkan kontraksi leher kandung kemih dan uretra.13

Asetilkolin yang bersifat merangsang kontraksi otot destrusor kandung kemih dikeluarkan dari saraf pelvis apabila sudah terjadi desakan berkemih. Saraf parasimpatik kolinergik akan menyebabkan kontraksi otot detrusor kandung kemih. Kontraksi dari otot destrusor akan menyebabkan pengosongan kandung kemih.13

Kontraksi otot destrusor kandung kemih dapat dihambat oleh obat yang menghambat kerja asetilkolin, kalsium, dan prostaglandin.13

2.2. Kontraksi Otot Polos 2.2.1. Morfologi

Sama seperti otot jantung dan otot rangka yang memiliki protein aktin dan miosin, otot polos juga memiliki struktur tersebut namun aktin dan miosin pada otot polos tidak teratur sehingga tidak tampak gambaran serat-serat yang melintang pada otot jantung dan otot rangka. Aktin dan miosin otot polos yang tidak teratur membuat garis khayal Z tidak terlihat pada otot polos. Namun terdapat sebuah struktur tempat perikatan aktin yang terletak di sitoplasma dan menempel pada membran sel yang disebut dense bodies.14 Filamen aktin dapat

digambarkan “keluar” dari dense bodies. Filamen miosin otot polos juga memiliki ciri khas yaitu salah satu ujung dari miosin yang menempel akan memiliki arah kontraksi menuju tempat perlekatannya namun ujung lain pada sisi yang berlawanan juga memiliki arah kontraksi menuju sisinya. Hal ini menyebabkan kontraksi yang dihasilkan oleh otot polos lebih maksimal.15

Pada otot jantung dan otot rangka kalsium disimpan didalam retikulum sarkoplasma dan apabila terdapat rangsangan kalsium akan dikeluarkan untuk memulai proses kontraksi. Pada otot polos, retikulum sarkoplasma berkembang kurang sempurna, sehingga menyebabkan perbedaan proses kontraksi dibandingkan dengan otot jantung dan otot rangka. Perbedaan lain pada otot polos adalah jumlah mitokondria yang relatif sedikit. Glikolisis sangat penting untuk memenuhi kebutuhan metabolisme otot polos.14


(20)

2.2.2. Perbedaan Kontraksi Otot Polos dan Otot Rangka

Aktivitas ATPase pada filamen miosin otot polos lebih sedikit dibandingkan pada otot rangka. Energi yang dapat digunakan juga berkurang, hal ini menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu siklus kontraksi sangat lambat. Pada otot polos dibutuhkan waktu 300 mdet sedangkan pada otot rangka hanya 10 mdet. Namun hal ini juga memberi keuntungan yaitu kontraksi pada otot polos lebih besar karena ikatan antara aktin dan miosin lebih lama.15

Dibutuhkan energi lebih sedikit untuk melakukan satu siklus kontraksi pada otot polos dibandingkan dengan pada otot rangka. Hal ini sangat menguntungkan tubuh karena organ-organ viseral terus-menerus berkontraksi sehingga tubuh dapat menyimpan energi lebih banyak.15

2.2.3. Jenis Otot Polos

Otot polos memiliki struktur dan fungsi yang beragam pada tubuh maka otot polos secara umum dapat dibagi menjadi otot polos viseral dan otot polos multi-unit. Otot polos viseral merupakan gabungan dari ratusan hingga ribuan serat otot polos yang membran selnya saling menempel sehingga mampu melakukan fungsinya bersama-sama sebagai satu unit.15 Otot polos viseral memiliki sebuah struktur bernama sinsitium merupakan gap junction yang dapat menyebarkan rangsang syaraf dari satu end passant. Otot polos multi-unit tidak memiliki sinsitum atau jembatan penghubung sehingga tersusun dari unit-unit tersendiri dan dilengkapi dengan end passant di setiap unit. Salah satu yang membedakan otot polos multi-uint dengan otot polos viseral adalah kemampuan setiap serat otot untuk berkontraksi sendiri dengan rangsangan dari rangsang saraf.15 Otot polos viseral dapat ditemukan pada organ-organ viseral seperti otot dinding duodenum dan uterus. Otot polos multi-unit dapat ditemukan seperti pada iris mata.14

2.2.4. Aktivasi Listrik dan Mekanik

Pada otot polos terdapat sebuah keadaan potensial membran yang tidak stabil yang menimbulkan kontraksi tak teratur namun terjadi secara terus-menerus. Potensial membran otot polos tidak benar-benar mempunyai potensial istirahat. Namun rerata apabila dihitung saat potensial membran relatif tenang adalah -50 mV.14


(21)

Retikulum sarkoplasma yang tidak berkembang sempurna menyebabkan otot polos sangat bergantung pada influks Ca2+ dari cairan ekstra sel untuk memulai proses kontraksi. Ca2+ juga bisa didapatkan dari retikulum sarkoplasma.6 Pada otot detrusor kandung kemih terdapat reseptor M3 dan M2 yang akan menerima rangsang dari saraf parasimpatis terminal. Namun reseptor M3 dianggap lebih berperan dalam kontraksi otot detrusor kandung kemih. Enzim phospholipase-C (PLC) yang diaktifkan oleh reseptor M3 yang berpasangan dengan G-protein akan mengubah dari phosphoinositides (PIP2) menjadi bentuk inositol triphosphate (IP3) dan diacylglycerol (DAG).6

Retikulum sarkoplasma yang menyimpan cadangan Ca2+ akan mengeluarkan Ca2+ karena adanya IP3. Retikulum sarkoplasma juga akan mengeluarkan Ca2+ melalui mekanisme lain yaitu Ca2+-induced Ca2+ release (CICR) yang disebabkan karena aktivasi reseptor ryanodine pada retikulum sarkoplasma. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan kadar Ca2+.6

Reseptor purinergic P2X merupakan kanal kation non selektif yang dapat terbuka akibat aktivasi oleh ATP sehingga terjadi influks Ca2+kedalam

sitoplasma.6

Gambar 2.5 Proses kontraksi otot polos

Sumber: Yoshimura N, 2011

Pada otot rangka, kehadiran Ca2+ akan memulai proses kontraksi dengan berikatan dengan troponin C, namun pada otot polos, miosin ATPase harus


(22)

terlebih dahulu diaktivasi agar dapat memecah ATP menjadi ADP untuk menghasilkan tenaga. Ikatan antara Ca2+ dengan kalmodulin akan membentuk sebuah kompleks yang dapat mengaktifkan miosin kinase rantai ringan yang bergantung pada kalmodulin (calmodulin-dependent myosin light chain kinase) atau disingkat MLCK. Fosforilasi yang dikatalisis oleh miosin yang telah terfosforilasi akan meningkatkan aktivitas ATPase.14

Miosin yang telah mengalami fosforilasi akan mengalami defosforilasi sehingga ikatan antara Ca2+-kalmodulin akan terdisosiasi sehingga otot polos kembali dalam keadaan relaksasi. Defosforilasi dilakukan oleh miosin fosfatase rantai ringan (myosin light chain phospatase) atau disebut juga MLCP. Namun relaksasi tidak hanya terjadi akibat defosforilasi oleh MLCP. Mekanisme lain dapat menyebabkan relaksasi juga. Salah satunya adalah mekanisme latch bridge. Latch bridge menyebabkan kontraksi dapat bertahan lebih lama dengan penggunaan energi yang sedikit walaupun konsentrasi Ca2+ menurun diakibatkan miosin tetap berikatan dengan aktin. Hal ini sangat bermanfaat bagi otot polos yang kontraksinya terjadi terus-menerus. Mekanisme lain yang dapat menyebabkan relaksasi otot polos adalah peningkatan kadar cAMP yang akan mengaktivasi PKA yang mampu memfosforilasi MLCK. Kerja MLCP juga dapat dihambat oleh DAG yang mengaktifkan protein kinase-C (PKC). PKC dapat memfosforilasi MLCP sehingga kontraksi dapat meningkat akibat penurunan fungsi MLCP yang dapat memicu relaksasi otot polos.6

Kontraksi otot polos dapat terjadi walaupun tanpa adanya rangsangan ekstrinsik. Peningkatan kontraksi dapat terjadi apabila terjadi peregangan pada otot polos. Peregangan dapat menurunkan potensial membran, meningkatkan frekuensi spike, dan meningkatkan tonus secara umum. Apabila dilakukan penelitian untuk merekam potensial intrasel secara in vitro dengan menggunakan otot polos usus halus maka akan didapatkan hasil peningkatan potensial membran, penurunan frekuensi spike, dan relaksasi otot. Efek yang berlawanan akan dihasilkan apabila sediaan otot polos tersebut diberikan asetilkolin.14

Otot polos lebih mirip kepada sebuah masa yang bersifat kental dan tidak kaku karena apabila otot polos diregangkan maka akan terjadi peningkatan tegangan yang akan diikuti dengan penurunan tegangan apabila peregangan


(23)

dilanjutkan. Penurunan tegangan setelah peregangan dapat sampat di bawah tingkat tegangan otot saat sebelum diregangkan. Karena sifat otot polos ini maka pengukuran terhadap panjang dan tegangan otot polos sulit dilakukan. Sifat otot polos ini disebut plastisitas otot polos.14

2.3. Nigella sativa

2.3.1.Morfologi Nigella sativa

Nigella sativa atau biasa disebut jintan hitam memiliki batang tegak, berwarnan hijau kemerahan, dan berbulu kasar. Tanaman Nigella sativa dapat tumbuh setinggi 40 hingga 70 cm. Nigella sativa dapat ditemukan di semak-semak. Nigella sativa tergolong tanaman dengan akar tunggang. Daun tanaman Nigella sativa berbentuk lonjong dan runcing pada ujung dan pangkal berwarna hijau serta ditunjang dengan rangka tulang menyirip dengan tiga tulang daun. Biji Nigella sativa digunakan untuk budidaya tanaman yang bertujuan memperbanyak populasinya. Biji Nigella sativa berbentuk bulat dan agak kerucut berwarna hitam dengan ukuran panjang 3 mm.1

Gambar 2.6 Biji Nigella sativa

Sumber: Rostika N, 2006

2.3.2.Komposisi Kimia Biji Nigella sativa

Identifikasi dari komposisi kimia yang terkandung di dalam biji Nigella sativa terangkum dalam tabel dibawah.


(24)

Tabel 2.1 Komposisi Nigella sativa

Constituent % Range

Oil 31-35,5 Protein 16-19,9 Carbohydrates 33-34

Fibre 4,5-6,5 Ash 3,7-7 Saponins 0,013 Moisture 5-7

Sumber: El-Din K, 2006

Nigella sativa tumbuh di banyak negara misal Mesir, Sudan, Ethiopia, India, Turki dan Syria namun tidak ditemukan perbedaan yang signifikan terhadap variasi dari komposisi kimianya. Nigella sativa memiliki bahan aktif thymoquinone (27,8 %), carvacrol (5,8 – 11,6 %), p-cymene (15,5 – 31,7 %), alpha-pinene (9,3 %), 4-terpineol (2 – 6,6 %), longifolene (1 - 8 %), dan t-anethole (0,25 – 2,3 %).17

Nigella sativa dapat diberikan dalam berbagai bentuk misal, biji Nigella sativa dapat dihancurkan secara langsung, ekstraksi dengan pelarut air, ekstraksi dengan pelarut etanol, ekstraksi dengan pelarut methanol, ekstraksi dengan pelarut minyak eter, ekstraksi dengan pelarut hexane, atau dibentuk menjadi volatile oil.17

Pemberian ekstrak Nigella sativa dengan etanol pada jejunum kelinci yang dilakukan secara in vitro menunjukkan terdapat sebuah aktivitas spasmolitik yang dikarenakan tertutupnya kanal Ca2+.17

Efek spasmolitik dan bronkodilatasi ditemukan pada pemberian ekstrak Nigella sativa dengan minyak eter secara in vitro pada jejunum kelinci dan trakea guinea pig.17

Pemberian dosis sebesar 200 µl/kg pada guinea pig dan anjing memberikan hasil bronkokonstriksi dan memicu bronkodilatasi. Melalui sebuah mekanisme penghambatan kanal Ca2+ didapatkan efek relaksasi pada otot polos trakea guinea pig.17

Thymoquinone memberikan efek berupa peningkatan tekanan intra-trakeal dan dapat menimbulkan bronkokonstriksi yang dipicu histamin. Hasil ini didapatkan dari pemberian secara intravena pada guinea pig dengan dosis 1,6 – 6,4 mg/kg.17


(25)

Minyak Nigella sativa yang tidak mengandung thymoquinone tidak menimbulkan efek bronkokonstriksi.17

Nigellone merupakan bentuk dimer dari thymoquinone yang terbentuk dari proses dimerisasi. Pemberian nigellone dapat melindungi dari bronkokonstriksi yang dipicu histamin dan tekanan dari asma bronkial anak.17

2.4. Organ Bath

Organ bath merupakan sebuah alat berupa tabung 2 lapis yang membentuk sebuah water-jacketed organ bath. Penelitian dilakukan dalam sebuah chamber berisi 50 mL cairan Krebs-Henseleit yang berada pada suhu 37,5 ºC dan harus dioksigenasi dengan komposisi O2 95 % dan CO2 5 %. Organ bath dapat digunakan untuk studi pada otot polos kandung kemih dengan alasan mampu menciptakan lingkungan yang fisiologis bagi jaringan.8

Hewan uji dimatikan dengan cara melakukan hentakan keras pada kepala yang mengakibatkan terjadinya dislokasi servikal.18 Kandung kemih diambil lalu dipotong dari bagian apeks melewati fasies superior hingga bagian kolum kandung kemih. Strip otot polos dipotong memanjang dengan ukuran lebar 5mm dengan panjang 10 mm. Daerah yang memberikan respon spontan dengan stabil adalah pada daerah fasies superior.19 Lapisan mukosa di bagian dalam rongga kandung kemih dipisahkan dari lapisan muskularis. Jaringan-jaringan ikat yang tersisa juga dipisahkan sehingga hanya menyisakan jaringan muskularis yang menempel dengan jaringan serosa.7

Strip otot polos diikat dengan menggunakan benang disetiap ujung jaringan. Strip otot polos digantungkan pada sebuah transducer pengukur tekanan isometrik yang tersambung dengan amplifier sehingga mampu mengubah tekanan yang diterima menjadi data digital yang dapat dilihat di software organ bath.20 Tegangan yang diberikan pada strip otot polos diatur terlebih dahulu yaitu sebesar 0,5 gram 21, agar terjadi sebuah keadaan yang setimbang maka strip otot polos tersebut dibiarkan selama 60 menit.20


(26)

2.5. Kerangka Teori

Gambar 2.7 Kerangka teori

2.6. Kerangka Konsep

Gambar 2.8 Kerangka konsep Strip otot polos

kandung kemih Induksi

kontraksi oleh carbachol

Kontraksi menurun Kontraksi tetap

Kontraksi meningkat

Kontraksi

Kontrol (Pelarut DMSO)

Ekstrak Nigella sativa


(27)

2.7. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala Pengukuran 1 Kontraksi

strip otot polos kandung kemih Peningkatan tegangan otot dengan atau tanpa pemendekan.22

Transducer Tegangan otot (gram)

Numerik

2 Kadar larutan Ekstrak Nigella sativa Konsentrasi dari ekstrak yang dihasilkan dari serbuk biji Nigella sativa dengan menggunakan pelarut etanol 70%. 23


(28)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Penelitian dilakukan pada sajian otot polos detrusor kandung kemih guinea pig dengan menguji efek ekstrak Nigella sativa terhadap kontraktilitas otot polos kandung kemih guinea secara in vitro dengan menggunakan alat organ bath.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2013 s.d. September 2013 di Ruang Multiguna Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini telah diajukan melalui Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.3 Bahan Yang Diuji

Penelitian ini menggunakan Nigella sativa sebanyak 1 kg yang telah diekstraksi dengan pelarut etanol 70 % pada Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITRO). Penelitian ini menggunakan otot polos kandung kemih guinea pig berjenis kelamin jantan dan betina dengan berat badan 500 – 700 gram dan umur 6 bulan. Sajian diambil dari bagian anterolateral kandung kemih guinea pig dan dipisahkan lapisan muskularis dari lapisan serosa dan mukosanya.

Adapun bahan-bahan yang dibutuhkan adalah guinea pig, larutan ekstrak Nigella sativa, dimethyl-sulfidoxide (DMSO), aquades, carbachol, gas karbogen (O2 97 %, CO2 3 %), dan larutan Krebs-Henseleit yang dibuat dalam 500 ml aquades dengan komposisi seperti pada tabel dibawah.


(29)

Tabel 3.1 Komposisi larutan Krebs-Henseleit

No. Komposisi Molaritas

1. NaCl 121,6 mmol/L 2. KCl 4,7 mmol/L 3. NaHCO3 15,4 mmol/L

4. KH2PO4 1,2 mmol/L

5. MgCl2 1,2 mmol/L

6. D-(+)-Glucose 11,5 mmol/L 7. CaCl2 2,5 mmol/L

Dalam melaksanakan penelitian ini alat-alat yang dibutuhkan adalah organ bath, water heater, cawan petri plastik, alat bedah minor, lup, papan bedah,baskom, benang dan pengaitnya, gunting, spidol board marker, kain lap, water container, kulkas, tip pipet hisap, appendorf, pipet hisap, tissue, corong, laptop, papan bedah, sendok, alcohol swab.

3.4 Identifikasi variabel 3.4.1.Variabel bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah kadar konsentrasi ekstrak Nigella sativa.

3.4.2.Variabel terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah persentase kontraksi otot polos kandung kemih guinea pig.

3.5 Alur Penelitian

3.6 Cara Kerja

3.6.1. Tahap Persiapan Bahan dan Sampel

Bahan yang diuji adalah ekstrak dari biji Nigella sativa yang didapatkan dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITRO). Selanjutnya dilakukan determinasi tanaman sampel penelitian di Lembaga Ilmu Pengetahuan

Persiapan ekstrak Nigella sativa

Persiapan alat dan bahan penelitian

Pembuatan strip otot polos kandung kemih Guinea pig

Pengujian kontraktilitas strip otot polos dengan organ bath Pengamatan dan

pengukuran kontraksi Pengolahan


(30)

Indonesia (LIPI). Lalu dilakukan ekstraksi bahan uji penelitian di BALITRO. Proses selanjutnya adalah membuat stock solution dengan DMSO 50 % dan dilakukan pengenceran stock solution menjadi berbagai konsentrasi dengan DMSO 10 %. Sebelum melakukan pembedahan pada hewan uji, karbogen dengan komposisi 97 % oksigen dan 3 % karbondioksida disiapkan untuk perfusi kandung kemih pada cawan diseksi.

Cawan diseksi lalu diisi dengan larutan Krebs-Henseleit bersuhu 4oC, memilih hewan sesuai dengan kriteria yang telah disepakati yaitu guinea pig jantan dan betina dengan berat badan 500 sampai dengan 700 gram dan usia 6 bulan. Guinea pig dibuat tidak sadar dengan melakukan benturan pada bagian belakang kepala lalu segera disembelih untuk membunuh hewan uji. Proses pengambilan kandung kemih harus dilakukan tanpa penarikan yang berlebihan untuk mencegah kerusakan jaringan. Lalu kandung kemih dipindahkan ke dalam cawan diseksi. Setelah itu lapisan otot dipisahkan dari lapisan mukosa dan serosa dengan menggunakan alat bedah minor dan dibantu dengan kaca pembesar. Kemudian kandung kemih dipotong pada bagian anterolateral dan dibentuk strip sebanyak 3 - 4 dengan ukuran ± 0.5 x 1 cm.

Ujung preparat diikat dengan tali pada kedua sisinya. Salah satu ujung tali diikatkan pada besi pengait yang berhubungan dengan transducer dan ujung lainnya dikaitkan pada bagian bawah chamber sehingga preparat menggantung vertikal dan diusahakan tidak menempel pada dinding chamber. Larutan Krebs-Henseleit dimasukkan kedalam chamber organ bath sehingga merendam strip otot polos dan ditunggu selama 60 menit dengan tujuan agar strip otot polos dapat beradaptasi terhadap lingkungan yang baru dan resting tension sebesar 0,5 gram.

3.6.2. Tahap Pengujian

Setelah strip otot polos melewati waktu 60 menit maka dilakukan pemberian carbachol 1 M dan efek kontraksinya ditetapkan sebagai 100% kontraksi. Strip otot polos kemudian diistirahatkan kembali dengan mengganti cairan sebelumnya dengan cairan Krebs-Henseleit yang baru selama 60 menit yang kemudian dilakukan pemberian carbachol dalam beberapa konsentrasi yaitu 0,01 M, 0,1 M, 1 M, 10 M, dan 100 M. Kontraksi yang dihasilkan dihitung


(31)

dalam persen relatif terhadap kontraksi yang ditimbulkan oleh carbachol 1 M. Hasil kontraktilitas strip otot polos direkam pada software Labchart.

Gambar 3.1 Cara kerja pemberian carbachol

Setelah itu dilakukan pengujian menggunakan ekstrak Nigella sativa yang telah dilarutkan dalam DMSO. Dilakukan pemberian 1 M carbachol lalu setelah mencapai kontraksi yang stabil (100%) dimasukkan ekstrak Nigella sativa dimulai dari konsentrasi 5x10-6 % hingga 5x10-2 %. Kontraksi yang diperoleh dari pemberian ekstrak Nigella sativa dihitung dalam persen relatif terhadap kontraksi yang dihasilkan setelah pemberian carbachol 1 M. Kontraktilitas strip otot polos direkam pada software Labchart.

Car a hol

1

µ

Nigella

x - %

Nigella

x - %

Nigella

x - %

Nigella

x - %

Nigella

x %


(32)

Gambar 3.2 Cara kerja pemberian ekstrak Nigella sativa

Setelah itu dilakukan pengujian dengan kontrol yaitu DMSO yang digunakan sebagai pelarut ekstrak Nigella sativa. Pengujian dilakukan dengan terlebih dahulu memasukkan 1 M carbachol pada chamber yang diikuti dengan pemberian DMSO setelah kontraksi stabil kedalam setiap chamber sebagai kontrol untuk tiap-tiap konsentrasi ekstrak Nigella sativa yang diuji. Hasil kontraktilitas strip otot polos direkam pada software Labchart.

Gambar 3.3 Cara kerja pemberian kontrol (DMSO)

Apabila strip otot polos akan diuji dengan bahan lain maka dilakukan washing dengan cara mengeluarkan cairan yang ada di dalam chamber dan menggantinya dengan cairan yang baru (larutan Krebs-Hanseleit dan bahan yang akan diuji). Strip otot polos harus ditunggu selama 60 menit sebelum bisa diuji lagi.

3.6.3. Tahap Pengolahan

Hasil yang telah terekam di program LabChart 7 v7.1 diambil dan dianalisis dengan program SPSS 16.0. Pengujian normalitas data menggunakan Shapiro-Wilk karena data yang diuji kurang dari 50. Analisis data menggunakan cara Independent-Samples t Test bila distribusi sampel homogen dan Mann-Withney bila distribusi sampel tidak homogen.


(33)

(34)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan guinea pig dengan rerata berat sebesar 587,62 ± 14,52 gram.

4.1. Efek Carbachol terhadap Kontraktilitas Otot Polos

Induksi kontraksi dilakukan dengan cara memberikan carbachol dengan konsentrasi 0,01 M, 0,1 M, 1 M, 10 M, 100 M. Hal ini bertujuan untuk menilai apakah terjadi relaksasi atau kontraksi setelah strip otot polos diberikan ekstrak Nigella sativa.

Pengujian dilakukan dengan anggapan bahwa kosentrasi carbachol sebesar 1 M sebagai nilai 100 % dari kontraksi strip otot polos. Lalu hasil pemberian carbachol dengan konsentrasi yang berbeda dibandingkan dengan nilai kontraksi strip otot polos dengan pemberian 1 M. Maka didapatkan hasil kontraksi strip otot polos dengan pemberian carbachol 0,01 M, 0,1 M, 1 M, 10 M, 100 M berturut-turut adalah 0,81 % ± 0,47 %, 10,56 ± 6,09 %, 102,39 ± 5,47 %, 112,63 ± 10,55 %, dan 65,32 ± 9,89 %.

4.2. Efek Ekstrak Nigella sativa dan DMSO Terhadap Kontraktilitas Otot Polos

Penelitian ini menggunakan ekstrak Nigella sativa yang telah dibuat menjadi beberapa konsentrasi yaitu, 5x10-6 %, 5x10-5 %, 5x10-4 %, 5x10-3 %, dan 5x10-2 %. Penurunan kontraksi sudah dapat dilihat dari pemberian konsentrasi 5x10-6 % dan selanjutnya tidak terlalu mencolok. Hasil kontraksi didapatkan dengan membandingkan nilai induksi kontraksi oleh carbachol 1 M dengan hasil kontraksi dari pemberian ekstrak Nigella sativa. Maka didapatkan hasil kontraksi strip otot polos dengan pemberian ekstrak Nigella sativa berturut-turut adalah 59,2573±5,42 %, 40,0358±3,82 %, 33,2701±3,35 %, 28,903±2,97 %, dan 23,0274±2,78 %.


(35)

Dalam melakukan pengenceran, ekstrak Nigella sativa dicampurkan dengan DMSO agar mencapai konsentrasi yang diinginkan. Untuk membuktikan bahwa tidak ada efek relaksasi yang bermakna dari DMSO yang mempengaruhi penurunan kontraksi yang diperlihatkan pada pemberian ekstrak Nigella sativa maka harus dibandingkan dengan pemberian DMSO saja pada otot polos kandung kemih guinea pig. Maka didapatkan hasil kontraksi strip otot polos dengan pemberian DMSO berturut-turut adalah 80,0003±3,35 %, 57,007±3,04 %, 50,9441±2,68 %, 44,1126±3,53 %, 40,6004± 3,47 %.

Data grafik dibawah didapat dari rerata pemberian ekstrak Nigella sativa dan DMSO. Dapat dilihat bahwa efek relaksasi yang ditimbulkan oleh ekstrak Nigella sativa lebih besar daripada oleh DMSO. Hal ini membuktikan bahwa efek relaksasi oleh ekstrak Nigella sativa tidak atau sedikit dipengaruhi oleh efek relaksasi oleh DMSO.

Gambar 4.1. Grafik perbandingan kontraksi otot polos kandung kemih guinea pig pada pemberian ekstrak Nigella sativa dengan konsentrasi 5x10-6 %, 5x10-5 %, 5x10-4 %, 5x10-3 %, dan 5x10-2 % dan DMSO sebanyak 5 kali


(36)

Penelitian ini menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok perlakuan dengan Nigella sativa dan kelompok kontrol dengan DMSO. Data yang didapatkan berupa numerik. Untuk data numerik dari dua kelompok maka data tersebut harus diuji dengan Independent-Samples t Test dan didapatkan perbedaan bermakna (* = p < 0,05) dalam efek relaksasi otot polos kandung kemih guinea pig.

Pada penelitian ini, peneliti ingin melihat penurunan kontraksi otot polos kandung kemih guinea pig yang timbul atas pengaruh pemberian ekstrak Nigella sativa. Strip otot polos harus diinduksi untuk mencapai kontraksi maksimal dengan pemberian carbachol yang mampu menginduksi sensitisasi Ca2+ dan meningkatkan fosforilasi MLCK.24 Agar dapat melihat pengaruh apa yang diberikan oleh ekstrak Nigella sativa, induksi kontraksi oleh carbachol tidak diberikan pada konsentrasi maksimalnya yaitu 10 µM namun pada konsentrasi yang memberikan kontraksi setengah dari nilai maksimal kontraksi yaitu 1 µM. Menurut penelitian sebelumnya, pemberian ekstrak Nigella sativa pada otot polos dapat menyebabkan penurunan nilai kontraksi.17 Namun apabila induksi kontraksi oleh carbachol diberikan pada konsentrasi maksimal, peneliti tidak dapat melihat kemungkinan terjadinya peningkatan kontraksi.

Pemberian ekstrak Nigella sativa dengan pelarut etanol pada jejunum kelinci yang dilakukan secara in vitro menunjukkan terdapat sebuah aktivitas spasmolitik yang dikarenakan tertutupnya kanal Ca2+. Pada pemberian ekstrak Nigella sativa yang dilarutkan dalam etanol seperti pada penelitian ini ditemukan efek relaksasi pada misal pada jejunum kelinci, aorta kelinci, dan trakea guinea pig.17

Ekstrak Nigella sativa memiliki beberapa bahan aktif salah satunya adalah thymoquinone yang dapat menimbulkan efek bronkokonstriksi dan peningkatan tekanan intra-trakeal. Namun Apabila thymoquinone tersebut dihilangkan dari ekstrak Nigella sativa, efek bronkokonstriksi yang ditimbulkannya hilang.17 Diduga thymoquinone memiliki reseptor yang spesifik pada bronkus sehingga efek peningkatan kontraksi hanya terjadi pada bronkus. Hal ini menunjukkan bahwa thymoquinone tidak menimbulkan efek kontraksi pada kandung kemih. Namun bahan aktif yang dapat menurunkan kontraksi belum diketahui.


(37)

Ekstrak Nigella sativa melakukan blokade pada kanal Ca2+ sehingga otot polos tidak dapat berkontraksi.5 Mekanisme kontraksi otot polos didahului oleh ikatan antara Ca2+ dan calmodulin. Sumber Ca2+ didapatkan dari intrasel yaitu cadangan Ca2+ di retikulum sarkoplasma dan dari ekstrasel melalui L-type channel yang merupakan voltage-gated channel. Namun L-type channel harus diaktivasi melalui depolarisasi atau oleh DAG. Maka sumber utama Ca2+ adalah dari retikulum sarkoplasma.6

Maka penurunan kontraksi yang ditimbulkan oleh ekstrak Nigella sativa tidak langsung terlihat namun terjadi secara perlahan-lahan.

Ekstrak Nigella sativa bukan merupakan antagonis Ca2+ ataupun agonis relaksasi melainkan menghambat kanal Ca2+ sehingga menurunkan kadar Ca2+ saat terjadinya kontraksi. Maka untuk melihat efek relaksasinya perlu dilakukan induksi kontraksi yaitu oleh carbachol.

Saat ini diketahui 30 % dari total responden sebanyak 2369 yang ada di Asia adalah menderita overactive bladder. Sedangkan di Indonesia dari 242 responden ditemukan 43 % menderita overactive bladder.25 Pengobatan overactive bladder adalah dengan menggunakan antimuskarinik dengan tujuan mengurangi kontraksi otot detrusor kandung kemih.9

Penelitian ini membuktikan bahwa ekstrak Nigella sativa dapat menurunkan kontraksi otot polos kandung kemih. Apabila dilakukan pengujian farmakodinamik dan farmakokinetik, ekstrak Nigella sativa mungkin dapat digunakan sebagai tatalaksana pada gangguan berkemih, misal overactive bladder. Rasulullah SAW dalam hadisnya juga menegaskan bahwa Nigella sativa atau habatussauda merupakan obat dari segala penyakit.4

Di Asia pengobatan gejala overactive bladder masih tergolong lebih rendah daripada negara-negara barat.25 Padahal Nigella sativa sudah lama digunakan sebagai pengobatan alternatif berbagai penyakit di Asia khususnya bagian timur tengah.1 Maka hal ini mendorong penggunaan Nigella sativa sebagai terapi alternatif terhadap gangguan berkemih, misal overactive bladder.


(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian ini didapatkan adanya perbedaan yang bermakna secara statistik (p < 0,05) antara rerata persentase kontraksi strip otot polos kandung kemih guinea pig yang diberikan ekstrak Nigella sativa yang dilarutkan dalam DMSO dengan konsentrasi 5x10-6 %, 5x10-5 %, 5x10-4 %, 5x10-3 %, dan 5x10-2 %. Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak Nigella sativa terbukti memberikan efek relaksasi pada otot polos kandung kemih guinea pig.

5.2 Saran

Bagi peneliti berikutnya:

 Dilakukan pengujian otot polos kandung kemih dengan bahan aktif yang terkandung dalam ekstrak Nigella sativa.

 Dilakukan pengujian ekstrak Nigella sativa pada otot polos di organ lain.  Dilakukan pengujian ekstrak Nigella sativa pada otot polos kandung kemih

dari model hewan abnormal.

 Dilakukan pengujian klinis terhadap ekstrak Nigella sativa untuk menilai farmakodinamik dan farmakokinetiknya.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

1. Rostika N. Pengaruh Pemberian Ekstrak Minyak Nigella sativa (Nigella sativa) Terhadap Gambaran Histologi Organ Lambung Dan Usus Halus Pada Mencit (Mus musculus). [Skripsi] Bogor: Institut Pertanian Bogor. 2006 2. Nickavar B, Mojab F, Javidnia K, Amoli MAR. Chemical Composition of the

Fixed and Volatile Oils of Nigella sativa L. from Iran. Z. Naturforsch 2003; 629-631

3. Deuraseh N. The Book of Medicine (KITAB AL-TIBB) of Sahihal-Bukhari Prevention Of Illness And Preservation of Health Perspectives. JBMS 2008; 20(2)

4. Az-Zabidi. Ringkasan Hadis Shahih Al-Bukhari. Jakarta: Pustaka Amani; 2002

5. Paarakh PM. Nigella sativa Linn. A Comprehensive Review. Indian J Of Nat Products And Resources 2010; 1(4): 409-429

6. Fry CH, Meng E, Young JS. The Physiological Function of Lower Urinary Tract Smooth Muscle. Autonomic Neuroscience: Basic and Clinical 2010; 154: 3-13

7. Hashitani H, Brading AF. Electrical Properties of Detrusor Smooth Muscle from The Pig and Human Urinary Bladder. Br J of Pharmacol 2003; 140: 146-158

8. Endoh M, Blinks JR. Actions of Sympathomimetic Amines on the Ca2+ Transients and Contractions of Rabbit Myocardium: Reciprocal Changes in Myofibrillar Responsiveness to Ca2+ Mediated Through alpha – and beta – Adrenoreceptors. Journal of The Am Heart Assoc 1988; 62:247-265

9. Finney SM, Andersson KE, Gillespie JI, Stewart LH. Antimuscarinic Drugs in Detrusor Overactivity and the Overactive Bladder Syndrome: Motor or Sensory Actions?. BJU Internat 2006; 98: 503-507

10. Snell RS. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Klinik. Edisi 5. Jakarta: EGC; 2006

11. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Gray’s Anatomy for Students. Elsevier; 2007

12. Mescher AL, Junqueira's Basic Histology. 20 Ed. USA: The McGraw-Hill; 2010


(40)

13. Setiati S, Pramantara DP. Inkontinensia urin dan kandung kemih hiperaktif dalam Sudoyo AW,dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing; 2009. Hal. 866-7

14. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC; 2005 15. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:

EGC; 2008

16. Yoshimura N, Chancellor MB. Physiology and Pharmacology of the Bladder and Urethra in Physiology and Pharmacology of the Bladder and Urethra. 10th Ed. Saunders; 2011. Page. 1814

17. El-Din K, El-Tahir H, Bakeet DM. The Black Seed Nigella sativa Linnaeus – A Mine for Multi Cures: A Plea for Urgent Clinical Evaluation of its Volatile Oil. JTU Med Sc 2006; 1 (1): 1-19

18. Vial C, Evans RJ. P2X Receptor Expression in Mouse Urinary Bladder and the Requirement of P2X1 Receptors for Functional P2X Receptor Responses in the Mouse Urinary Bladder Smooth Muscle. Br J Pharmacol 2000; 131: 1489-1495

19. Buckner SA, Milicic I, Daza AV, Coghlan MJ, Gopalarishnan M. Spontaneous Phasic Activity of the Pig urinary Bladder Smooth Muscle: Characteristics and Sensitivity to Potassium Channel Modulators. Br J Pharmacol 2002; 135: 639-648

20. Hashitani H, Brading AF, Suzuki H. Correlation Between Spontaneous Electrical, Calcium andMechanical Activity in Detrusor Smooth Muscle of the Guinea-Pig Bladder. Br J Pharmacol 2004; 141: 183-193

21. Yamamoto M, Harm SC, Grasser WA, Thiede MA. Parathyroid Hormone-related Protein in the Rat Urinary Bladder: A Smooth Muscle Relaxant Produced Locally in Response to Mechanical Stretch. USA. Proc Natl Acad Sci 1992; 89: 5326-5330

22. Newman WA. Dorland’s Illustrated Medical Dictionary. 31st. USA: Saunders Elsevier; 2007

23. Mahmudah TR. Efek Antihelmintik Ekstrak Biji Jintan Hitam (Nigella sativa) Terhadap Ascarissuum Goezein in vitro. [Skripsi] Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 2010

24. Somlyo AP, Somlyo AV. Signal tranduction by G-proteins, Rho-kinase and Protein Phospatase to Smooth Muscle and Non-muscle Myosin II. J Physiology 2000; 522(2): 177-185


(41)

25. Moorthy P, Lapitan MC, Quek PLC, Lim PHC. Prevalence of overactive bladder in Asian men: an epidemiological survey. BJUI 2004; 93: 528-531


(42)

Lampiran 1 Surat Hasil Determinasi Tumbuhan


(43)

Lampiran 2 Surat Pengujian Ekstrak


(44)

Lampiran 3 Cara Pembuatan Ekstrak

Gambar 6.3. Alur pembuatan ekstrak

Simplisia dijadikan serbuk

Serbuk simplisia

dicampur pelarut

Diaduk dengan stirer ± 3 jam

Mengendapkan selama 24 jam Ampas

Filtrat 1 Ditambah pelarut

Aduk selama 1 jam

Saring dengan kertas saring

Ampas

Filtrat 1

Ekstrak adalah filtrat 1 dicampur dengan filtrat 2

Simplisia dijadikan serbuk

Serbuk simplisia

dicampur pelarut

Diaduk dengan stirer ± 3 jam

Mengendapkan selama 24 jam Ampas

Filtrat 1 Ditambah pelarut

Aduk selama 1 jam

Saring dengan kertas saring


(45)

Lampiran 4 Surat Peminjaman Laboratorium Multiguna


(46)

Lampiran 5 Data Persentase Kontraksi Strip Otot Polos dengan Pemberian DMSO

Tabel 6.1. Persentase Kontraksi Strip Otot Polos dengan Pemberian DMSO

Carbachol 1uM

DMSO 1 DMSO 2 DMSO 3 DMSO 4 DMSO 5

Chamber 1 100 65,7996 51,7618 45,8162 35,7343 29,5590 Chamber 2 100 65,0296 47,3496 40,0073 25,6048 24,6535 Chamber 3 100 60,8085 45,7243 40,8501 26,0776 23,7850 Chamber 4 100 89,1190 65,5108 55,5189 43,2718 39,8042 Chamber 5 100 75,4318 50,9926 50,0451 42,4324 36,7636 Chamber 6 100 85,0535 45,1218 36,7843 32,3744 28,5756 Chamber 7 100 90,6938 67,1107 56,2733 54,2456 50,3648 Chamber 8 100 74,4900 44,9500 43,5341 42,0062 40,0338 Chamber 9 100 88,8161 62,8397 58,8666 58,2882 56,2011 Chamber 10 100 81,0459 61,0594 57,8579 54,1567 50,7331 Chamber 11 100 86,3036 66,0346 62,6389 57,9304 55,2349 Chamber 12 100 97,4121 75,6380 63,1369 57,2287 51,4967


(47)

Lampiran 6 Data Persentase Kontraksi Strip Otot Polos dengan Pemberian Ekstrak Nigella sativa

Tabel 6.2. Persentase Kontraksi Strip Otot Polos dengan Pemberian Ekstrak Nigella sativa

CCh Hab 5x10-6% Hab 5x10-5% Hab 5x10-4% Hab 5x10-3% Hab 5x10-2% Chamber 1 100 84,8882 62,3463 53,9330 46,8766 38,0852 Chamber 2 100 105,0986 77,71057 64,4687 57,6292 54,7143 Chamber 3 100 67,9868 55,1353 48,8405 36,7859 32,0608 Chamber 4 100 48,5021 36,9465 29,3427 24,8563 21,4559 Chamber 5 100 60,0519 42,4841 36,4529 33,2445 27,8570 Chamber 6 100 37,5420 28,7540 24,7431 23,5117 16,5590 Chamber 7 100 29,4357 25,7148 23,8648 20,7348 11,9240 Chamber 8 100 69,9836 62,3507 49,8648 44,8334 33,5439 Chamber 9 100 23,1423 10,6473 9,9969 6,64782 3,5977 Chamber 10 100 38,0336 29,6613 16,6325 13,0867 9,1827 Chamber 11 100 26,2523 19,0334 14,9203 13,0284 7,1059 Chamber 12 100 76,1775 47,0542 32,4692 24,0565 17,5032 Chamber 13 100 54,4498 30,2449 28,6723 26,1897 25,0656 Chamber 14 100 64,3088 25,6974 16,7652 14,8215 12,6846 Chamber 15 100 101,2796 46,1387 24,4227 26,0863 29,2177 Chamber 16 100 22,6053 18,3851 19,7949 19,0667 12,3130 Chamber 17 100 76,2802 55,1691 52,0558 48,3966 33,6798 Chamber 18 100 69,1041 44,0257 40,0812 32,4435 25,3021 Chamber 19 100 63,9271 36,7150 37,8403 32,0078 17,4317 Chamber 20 100 66,0961 46,5010 40,2399 33,7566 31,2640


(48)

Lampiran 7

Uji Normalitas Data

Tabel 6.3. Uji normalitas data kontraksi strip otot polos dengan pemberian ekstrak Nigella sativa 5 x 10-6 %

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. hab0_005 .126 20 .200* .950 20 .374

Tabel 6.4. Uji normalitas data kontraksi strip otot polos dengan pemberian ekstrak Nigella sativa 5 x 10-5 %

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. hab0_05 .116 20 .200* .978 20 .911

Tabel 6.5. Uji normalitas data kontraksi strip otot polos dengan pemberian ekstrak Nigella sativa 5 x 10-4 %

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. hab0_5 .115 20 .200* .964 20 .636


(49)

( Lanjutan )

Tabel 6.6. Uji normalitas data kontraksi strip otot polos dengan pemberian ekstrak Nigella sativa 5 x 10-3 %

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Hab5 .131 20 .200* .970 20 .753

Tabel 6.7. Uji normalitas data kontraksi strip otot polos dengan pemberian ekstrak Nigella sativa 5 x 10-2 %

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Hab50 .121 20 .200* .958 20 .503

Tabel 6.8. Uji normalitas data kontraksi strip otot polos dengan pemberian DMSO pertama

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.


(50)

( Lanjutan )

Tabel 6.9. Uji normalitas data kontraksi strip otot polos dengan pemberian DMSO kedua

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. DMSO2 .190 12 .200* .897 12 .145

Tabel 6.10. Uji normalitas data kontraksi strip otot polos dengan pemberian DMSO ketiga

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. DMSO3 .189 12 .200* .922 12 .304

Tabel 6.11. Uji normalitas data kontraksi strip otot polos dengan pemberian DMSO keempat

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. DMSO4 .210 12 .148 .893 12 .130

Tabel 6.12. Uji normalitas data kontraksi strip otot polos dengan pemberian DMSO kelima

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. DMSO5 .208 12 .160 .902 12 .170


(51)

Lampiran 8

Uji Independent-Samples t Test

Tabel 6.13 Uji Independent-Samples t Test

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper Hab

5x10-6

1 5.276 .029 -2.765 30 .010 -2.074300795E1 7.501246470 -3.606259701E1 -5.423418900 2 -3.252 29.006 .003 -2.074300795E1 6.378422134 -3.378822521E1 -7.697790699 Hab

5x10-5

1 2.406 .131 -3.091 30 .004 -1.697200528E1 5.490280193 -2.818465330E1 -5.759357265 2 -3.472 29.941 .002 -1.697200528E1 4.888890676 -2.695727769E1 -6.986732876 Hab

5x10-4

1 3.121 .087 -3.665 30 .001 -1.767403620E1 4.822249864 -2.752238427E1 -7.825688124 2 -4.113 29.933 .000 -1.767403620E1 4.296812213 -2.645012685E1 -8.897945543 Hab

5x10-3

1 .020 .887 -3.225 30 .003 -1.520956824E1 4.715653329 -2.484021714E1 -5.578919330 2 -3.293 24.835 .003 -1.520956824E1 4.618529492 -2.472482172E1 -5.694314751 Hab

5x10-2

1 .003 .960 -3.911 30 .000 -1.757302037E1 4.493303567 -2.674957048E1 -8.396470259 2 -3.946 23.957 .001 -1.757302037E1 4.453448823 -2.676535707E1 -8.380683670

1 : Equal variances assumed 2 : Equal variances not assumed


(52)

Lampiran 9 Proses Penelitian

Gambar 6.5 Proses mematikan hewan uji

Gambar 6.7 Kandung kemih hewan uji yang telah diambil

Gambar 6.9 Proses diseksi strip otot polos

Gambar 6.6 Proses pembedahan untuk mengambil kandung kemih hewan uji

Gambar 6.8 Alat-alat untuk membuat strip otot polos

Gambar 6.10 Proses pengikatan strip otot polos


(53)

Gambar 6.11 Proses pengikatan strip otot polos pada transducer

Gambar 6.13 Proses pengujian dengan ekstrak Nigella sativa

( Lanjutan )

Gambar 6.12 Penyesuaian resting tension pada strip otot polos

Gambar 6.14 Perekaman pada software Labchart


(54)

( Lanjutan )

Gambar 6.15 Organ Bath


(55)

( Lanjutan )

Gambar 6.18 Ekstrak Nigella sativa


(56)

Lampiran 10 Riwayat Penulis

Nama : Muhammad Hazmi Anzhari Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, tanggal lahir : Pontianak, 17 Januari 1993

Agama : Islam

Alamat : Perumahan Bumi Cibinong Endah Blok C3/19 003/009, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor

No. HP : 085710477522

Email : hazmi.anzhari@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. TK Tritunggal (1996-1998) 2. SD Muhammadiyah 2 Pontianak (1998-2001) 3. SDN Pajeleran 1 (2001-2004) 4. SMPN 2 Cibinong (2004-2007)

5. SMAN 1 Bogor (2007-2010)


(57)

(1)

Lampiran 9 Proses Penelitian

Gambar 6.5 Proses mematikan hewan uji

Gambar 6.7 Kandung kemih hewan uji yang telah diambil

Gambar 6.9 Proses diseksi strip otot polos

Gambar 6.6 Proses pembedahan untuk mengambil kandung kemih hewan uji

Gambar 6.8 Alat-alat untuk membuat strip otot polos

Gambar 6.10 Proses pengikatan strip otot polos


(2)

Gambar 6.11 Proses pengikatan strip otot polos pada transducer

Gambar 6.13 Proses pengujian dengan ekstrak Nigella sativa

( Lanjutan )

Gambar 6.12 Penyesuaian resting tension pada strip otot polos

Gambar 6.14 Perekaman pada software Labchart


(3)

( Lanjutan )

Gambar 6.15 Organ Bath


(4)

( Lanjutan )

Gambar 6.18 Ekstrak Nigella sativa


(5)

Lampiran 10 Riwayat Penulis

Nama : Muhammad Hazmi Anzhari

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, tanggal lahir : Pontianak, 17 Januari 1993

Agama : Islam

Alamat : Perumahan Bumi Cibinong Endah Blok C3/19 003/009,

Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor

No. HP : 085710477522

Email : hazmi.anzhari@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. TK Tritunggal (1996-1998)

2. SD Muhammadiyah 2 Pontianak (1998-2001)

3. SDN Pajeleran 1 (2001-2004)

4. SMPN 2 Cibinong (2004-2007)

5. SMAN 1 Bogor (2007-2010)


(6)