Efek Ekstrak Minyak Cengkeh (Syzygium aromaticum) terhadap Kontraktilitas Otot Polos Kandung Kemih Guinea Pig In Vitro

(1)

POLOS KANDUNG KEMIH

GUINEA PIG

IN VITRO

Laporan Penelitian

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

Oleh:

Muhammad Hafif

NIM: 1110103000101

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1434 H / 2013 M


(2)

(3)

(4)

(5)

v

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan nikmat-Nya yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan baik dan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW berserta keluarga dan sahabatnya.

Dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan penelitian, peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak akan terlaksana tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Atas doa restu, bimbingan, dorongan serta saran dari berbagai pihak akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini. Dengan segala hormat, peneliti mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Prof. Dr (hc). dr. M.K Tadjudin, SpAnd, dr. M. Djauhari Widjajakusumah, DR. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes, Dra. Farida Hamid, MA selaku Dekan dan Pembantu Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter atas bimbingan yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan di PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Nouval Shahab, Sp.U, Ph.D, FICS, FACS., selaku pembimbing 1 penelitian, yang telah banyak mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam melaksanakan penelitian dan menyusun laporan penelitian.

4. Endah Wulandari, M. Biomed, selaku pembimbing 2 penelitian, yang telah memberikan bimbingan, waktu dan kesediaan untuk membantu penulis menyelesaikan laporan penelitian.

5. Kedua orang tua Ir. Hermansyah Kusasi dan Elize Nurbarliani serta adik tersayang Nurhasna Isnaini Kusasi, atas limpahan kasih sayang yang telah diberikan, pengorbanan dan doa yang terus dipanjatkan, serta segala dukungan moral maupun materil yang telah diberikan tanpa pamrih sampai penulis menjadi dewasa.


(6)

vi

6. M. Hazmi Anzhari, M. Ichsan Pribadi, Erwanda Desire dan Yesinta Diandra, atas kerjasama, dukungan dan semangat yang terus mengalir selama penelitian berlangsung sampai selesai.

7. dr. Surya Pratama, Safira Indriakasia, dan Ratu Nadia Entus Nasrudin atas segala inspirasi, dukungan, serta doa yang dipanjatkan sampai penulis dapat menyelesaikan penelitian.

8. Center for Indonesian Medical Students Activities (CIMSA), atas segala pengalaman, pelajaran hidup, penambahan wawasan dalam pengembangan dan pembentukan diri penulis menjadi seseorang yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar

9. Mbak Lilis, Mbak Ayi, dan laboran-laboran lain serta Bapak Satpam atas perizinan dan penggunaan laboratorium yang telah membantu penulis dalam pengambilan data penelitian.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.Demikian laporan penelitian ini penulis susun, semoga bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan.

Ciputat, 10 September 2013


(7)

vii

(Syzygium aromaticum) terhadap Kontraktilitas Otot Polos Kandung Kemih Guinea Pig In Vitro. 2013

Cengkeh (Syzygium aromaticum) banyak digunakan dalam bidang industri dan juga dalam bidang farmasi. Bagian dari tanaman cengkeh sudah banyak dimanfaatkan, salah satunya minyak cengkeh yang didapatkan dari bunga, tangkai dan daun cengkeh. Minyak cengkeh mempunyai komponen eugenol dalam jumlah besar (60-90%) yang mempunyai kegunaan sebagai anastetik lokal, stimulan, antiemetik, antiseptik dan antispasmodik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek kontraktilitas yang dihasilkan dari pemberian ekstrak minyak cengkeh terhadap otot polos kandung kemih guinea pig secara

in vitro menggunakan instrumenorgan bath. Strip otot polos diberikan induksi karbakol, kemudian diberikan ekstrak minyak cengkeh dengan konsentrasi 10-6%, 10-5%, 10-4%, 10

-3

% dan 10-2%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak minyak cengkeh dapat memberikan efek kontraktilitas berupa relaksasi secara signifikan (p<0,05) pada konsentrasi 10-2%.

Kata kunci:ekstrakminyak cengkeh, eugenol, kontraktilitas otot polos, kandung kemih,

organ bath.

ABSTRACT

Muhammad Hafif. Medical Education Study Program. Effects of Clove Oil (Syzygium aromaticum) on Contractility of Guinea Pig’s Urinary Bladder Smooth Muscle in Vitro. 2013

Cloves (Syzygium aromaticum) are widely used in industry and also pharmacy. Part of the cloves has been used, one of them are clove oil which can obtained from clove buds also from stem and leaf. Clove oil has a large component of eugenol (60-90%) which has utility as a local anesthetic, a stimulant, antiemetic, antiseptic and antispasmodic. This study aimed to determine the effect of clove oil extract on urinary bladder smooth muscle contractility in vitro using organ bath instrument. Smooth muscle strips induced by carbachol, then given clove oil extract with a concentration of 10-6%, 10-5%, 10-4%, 10-3% and 10-2%. The result of this study showed that clove oil extract can provide relaxing effect significantly (p<0,05) at a concentration of 10-2%.

Keywords:clove oil extract, eugenol, smooth muscle contractility, urinary bladder, organ bath.


(8)

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL... i

LEMBAR PERNYATAAN... ii

LEMBAR PERSETUJUAN... iii

LEMBAR PENGESAHAN... iv

KATA PENGANTAR... v

ABSTRAK... ABSTRACT... vii vii DAFTAR ISI... viii

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... xi xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii

DAFTAR SINGKATAN... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 2

1.3 Hipotesis... 2

1.4 Tujuan Penelitian... 2

1.4.1 Tujuan Umum... 2

1.4.2 Tujuan Khusus... 2

1.5 Manfaat Penelitian... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1 Otot Polos……... 4

2.1.1 Anatomi Mikroskopis dari Otot Polos... 4

2.1.2 Jenis Otot Polos... 5

2.1.3 Fisiologi Otot Polos... 6

2.2 Kandung Kemih... 9

2.2.1. Anatomi dan Histologi... 2.2.2. Fisiologi... 9 11 2.3 Cengkeh... 12

2.4 Organ Bath... 2.5 Kerangka Teori... 2.6 Kerangka Konsep... 2.7 Definisi Operasional... 14 16 16 17 BAB 3 METODE PENELITIAN... 18

3.1 Desain Penelitian... 18

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian... 18

3.3 Alat dan Bahan Penelitian... 18

3.4 Identifikasi Variabel... 19

3.4.1 Variabel Bebas... 19

3.4.2 Variabel Terikat... 19


(9)

ix

3.6.1.2 Persiapan Strip Jaringan... 20

3.6.2 Tahap Pengujian... 21

3.7 Pengolahan Data... 23

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN... 24

4.1 Pengukuran Efek Kontraktilitas Otot Polos Kandung Kemih pada Pemberian Karbakol... 24 4.2 Pengukuran Efek Kontraktilitas Otot Polos Kandung Kemih pada Pemberian Minyak Cengkeh dan Etanol... 25 BAB 5KESIMPULAN DAN SARAN…... 29

5.1 Kesimpulan... 29

5.2 Saran... 29

DAFTAR PUSTAKA... 30


(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Anatomi mikroskopis sel otot polos... 5

Gambar 2.2. Kontraksi dan relaksasi otot polos... 7

Gambar 2.3. Anatomi kandung kemih pria dan wanita... 9

Gambar 2.4. Histologi kandung kemih... 10

Gambar 2.5. Bunga cengkeh... 13

Gambar 2.6. Organ bath... 15

Gambar 2.7. Kerangka teori... 16

Gambar 2.8. Kerangka konsep... 16

Gambar 3.1. Skema Organ Bath... 21

Gambar 3.2. Skema kontraksi otot polos pada pemberian karbakol... 22

Gambar 3.3. Skema kontraksi otot polos pada pemberian ekstrak minyak cengkeh... 22

Gambar 4.2. Kontraksi otot polos kandung kemih guinea pig pada pemberian ekstrak minyak cengkeh... 25

Gambar 4.3. Kontraksi otot polos kandung kemih guinea pig pada pemberian pelarut etanol absolut... 26


(11)

xi


(12)

xii

DAFTAR GRAFIK

Grafik4.1. Grafik perbandingan persentase kontraksi strip otot polos kelompok perlakuan (ekstrak minyak cengkeh) dan kelompok kontrol (etanol absolut) ... 26


(13)

xiii

Lampiran 2 Analisis eugenol minyak cengkeh 33

Lampiran 3 Data kontraktilitas strip otot polos dengan minyak cengkeh 36 Lampiran 4 Data kontraktilitas strip otot plos dengan etanol 37

Lampiran 5 Uji normalitas data minyak cengkeh 38

Lampiran 6 Uji normalitas data etanol 39

Lampiran 7 Hasil data uji Mann-Whitney 40

Lampiran 8 Alat dan bahan penelitian 41


(14)

xiv

DAFTAR SINGKATAN

ATP : Adenosine triphosphate CaM : Calcium calmodulin complex

Cch : Carbachol

CO2 : Carbon dioxide

IP3R : Inositol triphosphate receptor

MLCK : Myosin light chain kinase MLCP : Myosin light chain phosphatase

O2 : Oxygen

PIP2 : Phosphoinositide

PKC : Protein kinase C PLC : Phospholipase-C RyR : Ryanodine receptor


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & L.M. Perry) merupakan tanaman rempah yang termasuk dalam komoditas sektor perkebunan dengan peranan cukup penting di Indonesia.1 Cengkeh banyak digunakan dalam bidang industri dan juga dalam bidang farmasi.2 Bagian utama dari tanaman cengkeh yang memiliki nilai jual adalah bunganya yang sebagian besar digunakan sebagai bahan pokok industri rokok dan sebagian kecil digunakan dalam industri makanan. Namun, bagian lain dari tanaman cengkeh juga sudah banyak dimanfaatkan, seperti daun dan tangkai bunganya sebagai sumber minyak cengkeh yang digunakan dalam industri farmasi, kosmetik dan lain-lain.1

Minyak cengkeh mempunyai komponen eugenol dalam jumlah besar (60-90%) yang mempunyai kegunaan sebagai anastetik lokal, stimulan, antiemetik, antiseptik dan antispasmodik.2 Penelitian yang sudah dilakukan secara in vitro

menggunakan alat organ bath memberikan hasil bahwa eugenol dapat menurunkan kontraksi otot polos saluran pencernaan tikus. Eugenol juga terbukti dapat memberikan efek relaksasi pada otot polos pembuluh darah dengan cara menghambat kanal ion kalsium.3

Peningkatan konsentrasi Ca2+ pada sitosol dapat menginisiasi kontraksi otot polos, sama halnya seperti pada otot lurik.4 Ca2+tersebut akan berikatan dengan kalmodulin, kemudian kompleks Ca2+ dan kalmodulin ini akan mengaktifkan MLCK (myosin light chain kinase), yang selanjutnya menggunakan ATP untuk menambahkan gugus fosfat ke bagian kepala miosin. Setelah grup fosfat melekat, kepala miosin dapat berikatan dengan aktin dan kemudian terjadilah kontraksi.4

Kandung kemih merupakan organ berongga yang berfungsi sebagai penampungan sementara dari urin, yang tersusun atas otot polos dan berperan penting dalam proses mikturisi.4 Kontraksi dari otot polos kandung kemih (otot detrusor) merupakan mekanisme utama dalam proses mikturisi.5

Organ bath merupakan sebuah instrumen yang biasa digunakan dalam penelitian menggunakan organ manusia atau hewan. Organ bath mampu menilai


(16)

2

berbagai jaringan dan respon yang akan diobservasi, seperti perubahan gaya, tekanan, aliran, penggunaan oksigen atau berbagai respon yang mungkin dihasilkan oleh jaringan dan diinginkan peneliti. Dalam hal ini organ bath mampu menilai kontraktilitas otot polos terhadap berbagai respon, dengan cara memberikan lingkungan fisiologis pada otot polos agar tetap memiliki fungsi kontraktilitas yang normal.3

Sampai saat ini penelitian efek kontraktilitas dari minyak cengkeh terhadap otot polos kandung kemih belum pernah diteliti. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis terdorong untuk melakukan penelitian tentang efek ekstrak minyak cengkeh terhadap kontraktilitas otot polos kandung kemih guinea pig in vitro menggunakan organ bath.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini adalah:

Apakah ekstrak minyak cengkeh (Syzygium aromaticum) dapat memberikan efek terhadap kontraktilitas pada otot polos kandung kemih guinea pig?

1.3 Hipotesis

Ekstrak minyak cengkeh (Syzygium aromaticum) dapat memberikan efek kontraktilitas berupa relaksasi pada otot polos kandung kemih guinea pig.

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui ekstrak minyak cengkeh dapat memberikan efek kontraktilitas berupa relaksasi pada otot polos kandung kemih guinea pig in vitro

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Menilai efek kontraktilitas dari ekstrak minyak cengkeh terhadap otot polos kandung kemih guinea pig.

2. Mengetahui kadar ekstrak minyak cengkeh yang dapat menimbulkan relaksasi otot polos kandung kemih guinea pigin vitro.


(17)

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Peneliti

1. Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan serta kemampuan peneliti dalam mengaplikasikan teori yang telah dipelajari. 2. Penelitian ini merupakan salah satu syarat kelulusan dari pendidikan

preklinik fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan program studi pendidikan dokter universitas islam negeri syarif hidayatullah Jakarta.

1.5.2 Bagi Institusi

1. Penelitian ini dapat meningkatkan nilai aspek penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah, serta hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar untuk mengembangkan ilmu tentang pengobatan alternatif menggunakan minyak cengkeh pada penderita gangguan berkemih, khususnya overactive bladder.

1.5.3 Bagi Masyarakat

1. Masyarakat dapat memperoleh informasi dan pengetahuan tentang penggunaan minyak cengkeh dalam dunia medis


(18)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Otot Polos

Jaringan otot polos terletak pada dinding organ dalam yang berongga, seperti pembuluh darah, saluran napas, saluran napas, saluran pencernaan dan banyak terdapat pada organ dalam ruang abdominal. Kontraksi otot polos membantu vasokontriksi atau vasodilatasi pembuluh darah, menggerakkan makanan sepanjang saluran pencernaan, atau mengeluarkan hasil pencernaan saat defekasi.4 Secara anatomis otot polos tidak seperti otot lurik dan otot jantung karena tidak memperlihatkan gambaran serat-lintang.5

Kerja otot polos biasanya secara involunter, dan pada beberapa jaringan otot polos, seperti otot polos yang menggerakkan makanan pada saluran pencernaan, memiliki sifat autoritmik.4 Otot polos diatur oleh persarafan yang merupakan bagian dari sistem saraf otonom yang bersifat involunter.9 Perbedaan utama antara otot polos dengan otot rangka meliputi perbedaan pada excitation-contraction coupling, kontrol proses kontraktil oleh ion kalsium, durasi dari kontraksi dan jumlah energi yang dibutuhkan untuk kontraksi.5

2.1.1. Anatomi Mikroskopis dari Otot Polos

Satu serabut otot polos dalam keadaan relaksasi memiliki panjang 30-200

μm dengan struktur yang lebih tebal pada bagian tengahnya (3-8 μm) dan meruncing pada masing-masing ujungnya. Setiap serabut otot polos memiliki satu nukleus berbentuk oval dan terletak di tengah. Sarkoplasma dari serabut otot polos terdiri dari filamen tebal (miosin) dan filamen tipis (aktin), dengan rasio antara 1 : 10 dan 1 : 15, selain itu serabut otot polos juga mempunyai filamen intermediet. Karena filamen-filamen tersebut tidak tertata dalam susunan yang teratur, hal ini membuat serabut otot polos tidak memperlihatkan gambaran serat-lintang.4

Pada serabut otot polos, filamen aktin melekat pada struktur yang dinamakan benda padat (dense bodies), yang memiliki fungsi serupa dengan garis Z pada serabut otot lurik.5 Beberapa benda padat tersebar di seluruh sarkoplasma, tetapi ada pula yang melekat pada sarkolema. Selama kontraksi, mekanisme


(19)

pergeseran filamen melibatkan filamen tebal dan filamen tipis menghasilkan tegangan yang ditransmisikan ke filamen intermediet.4 Sel otot polos yang berdekatan terikat bersama pada benda padat, sehingga dapat menyalurkan gaya kontraktil dari sel ke sel di seluruh jaringan.9

Gambar 2.1. Anatomi mikroskopis otot polos4

Sumber: Tortora, Gerard J. Principles of Anatomy and Physiology. 2009

Benda padat dan filamen intermediet terkait pada filamen tipis saat pergeseran terjadi antara filamen tipis dan filamen tebal yang membuat sel otot polos memendek. Benda padat tidak tersusun pada satu garis lurus, sehingga saat kontraksi terjadi, sel otot polos akan terpilin.9 Kemudian akan terputar pada arah sebaliknya saat sel otot polos relaksasi.4

2.1.2. Jenis Otot Polos

Struktur dan fungsi dari otot polos beragam di berbagai bagian organ tubuh. Secara umum, otot polos dapat terbagi menjadi dua tipe, yaitu otot polos viseral (unitary) dan otot polos multi-unit. Otot polos multi unit tersusun dari unit-unit otot polos yang terpisah dan berlainan tanpa jembatan penghubung, dimana setiap


(20)

6

unit otot polos bekerja secara independen dan seringkali dipersarafi oleh ujung saraf tunggal (single nerve ending), seperti halnya pada otot rangka. Karakteristik paling penting dari otot polos multi-unit adalah setiap serabut otot polos dapat berkontraksi secara independen dan tidak bergantung dengan serabut otot polos lainnya, serta dikontrol terutama oleh sinyal saraf. Beberapa contoh otot polos

multi-unit antara lain otot siliaris pada mata dan otot piloerector pada rambut.5 Otot polos viseral atau otot polos unitary terutama ditemukan terutama di dinding organ dalam yang berongga. Contohnya adalah jaringan otot polos dinding usus, uterus, ureter dan kandung kemih. Istilah unitary bukan berarti hanya terdapat satu serabut otot polos, melainkan itu berarti ratusan hingga ribuan dari serabut otot polos berkontraksi bersama sebagai satu kesatuan. Otot polos viseral terdapat dalam bentuk lembaran yang luas dan memiliki banyak jembatan taut-celah yang menghubungkan tiap-tiap sel otot polos, yang berfungsi sebagai sinsitium.5

2.1.3. Fisiologi Otot Polos

Meskipun memiliki prinsip-prinsip kontraksi yang sama, otot polos menunjukkan beberapa perbedaan fisiologis penting dari jaringan otot rangka dan otot jantung.4 Otot polos memiliki kecepatan siklus jembatan-silang yang jauh lebih lambat dibandingkan dengan otot rangka. Hal ini menyebabkan untuk setiap satu siklus hanya membutuhkan satu molekul ATP, dimana merupakan 1/10 sampai 1/300 dari jumlah energi yang dibutuhkan untuk membentuk tegangan kontraksi dari otot polos yang sama seperti pada otot rangka.5

Saat otot polos sudah mengalami kontraksi penuh, jumlah dari eksitasi berkelanjutan biasanya dapat diturunkan menjadi jauh lebih kecil dari tingkat awal.Selanjutnya, energi yang terpakai untuk menjaga kontraksi sangat kecil, hal ini dinamakan latch mechanism. Dimana dapat mempertahankan kontraksi tonik berkepanjangan pada otot polos dengan penggunaan sedikit energi. Selain itu, karakteristik penting lainnya dari otot polos, khususnya otot polos viseral yaitu kemampuan untuk kembali ke bentuk semulanya.5


(21)

Gambar 2.2. Kontraksi dan relaksasi otot polos10

Sumber: Webb, R. Clinton. Smooth Muscle Contraction and Relaxation. 2003

Peningkatan konsentrasi Ca2+ pada sitosol otot polos dapat menginisiasi kontraksi, sama halnya seperti pada otot lurik.4 Peningkatan ini dapat disebabkan oleh stimulasi saraf, stimulasi hormonal, regangan dari serabut otot, atau bahkan karena perubahan lingkungan kimiawi pada serabut otot polos tersebut.5 Selama proses eksitasi, peningkatan Ca2+ pada sitosol berperan sebagai intracellular messenger, yang akan menginisiasi terjadinya fosforilasi miosin rantai ringan.

Asetilkolin yang diterima oleh reseptor M3 akan membuat phospholipase-C

(PLC) mengaktifkan fosfolipid membrane (PIP2) untuk mengeluarkan inositol

trifosfat (IP3) dan diasilgliserol (DAG). IP3 akan berikatan dengan reseptor IP3

pada retikulum sarkoplasma, yang kemudian dapat melepaskan Ca2+ dari simpanan Ca2+ intraseluler di dalam retikulum sarkoplasma itu sendiri dan menyebabkan peningkatan Ca2+ intraseluler.11 Selain itu, peningkatan Ca2+ juga dapat dipicu oleh influks pada voltage-gated Ca2+ channels (VGC).12

Pada sel otot polos Ca2+ akan berikatan dengan kalmodulin, protein intraseluler yang ditemui hampir di semua sel dengan struktur menyerupai troponin.13 Ca2+ dan kalmodulin ini saling berikatan untuk mengaktifkan protein


(22)

8

lainnya, MLCK.11 MLCK (myosin light chain kinase) merupakan enzim spesifik yang menggunakan ATP untuk menambahkan gugus fosfat ke bagian kepala miosin. Setelah grup fosfat melekat, kepala miosin dapat berikatan dengan aktin dan kemudian terjadilah kontraksi.4

Defosforilasi dari miosin rantai ringan dapat menginduksi relaksasi, dengan bantuan MLCP (myosin light chain phosphatase). Sifat kontraktilitas dapat diubah dengan mengatur aktivitas dari MLCK dan MLCP. Intracellular messenger yang dapat mengatur aktivitas dari kedua enzim tersebut maka dapat mengatur pula kontraktilitas dari otot polos. Aktivitas dari MLCK sendiri dapat diturunkan dengan fosforilasi dari beberapa kinase termasuk cAMP-dependent kinase (PKA),

mitogen-activated protein (MAP) kinase, p21-activated Kinase dan CaM kinase II.11

Aktivitas MLCP juga dapat diturunkan melalui fosforilasi, dengan peningkatan sensitivitas Ca2+ pada sistem kontraktil.10 Aktivasi dari Rho dan/atau PKC juga dapat memicu peningkatan sensitivitas Ca2+ dan kemudian akan menghambat MLCP, sehingga kontraksi terjadi. Sementara itu, desensitisasi Ca2+ akan menyebabkan relaksasi terjadi. Relaksasi dapat diinduksi oleh nukleotida siklik yang dihasilkan dari reseptor M2 yang berikatan dengan agonisnya, atau

dihasilkan karena aktivasi guanylate cyclase oleh NO. Second messenger

membuat otot polos relaksasi dengan menurunkan jumlah Ca2+ intraseluler dan desensitisasi Ca2+. Penurunan jumlah Ca2+ dapat terjadi dengan penghambatan influks Ca2+ dan meningkatkan uptake dari retikulum sarkoplasma terhadap Ca2+.12

Kontraksi dan relaksasi pada sebagian besar otot polos merupakan respon dari potensial aksi yang ditimbulkan oleh sistem saraf otonom.4 Dimana banyaknya lapisan dari otot polos menyebabkan serabut saraf otonom hanya mempersarafi bagian luar dari lapisan otot polos, dan eksitasi pada lapisan luar akan merambat ke lapisan dalam dengan konduksi potensial aksi pada massa otot atau dengan cara difusi tambahan dari zat transmitter.5


(23)

2.2. Kandung Kemih 2.2.1. Anatomi dan Histologi

Urin yang terbentuk di ginjal akan disalurkan ke dalam sebuah organ yaitu kandung kemih melalui ureter untuk sementara disimpan, sebelum di kosongkan dengan proses berkemih.13 Kandung kemih itu sendiri merupakan sebuah organ berongga yang tersusun atas otot yang dapat diregangkan. Kandung kemih terletak di rongga panggul sebelah posterior simfisis pubis, pada laki-laki terletak di sebelah anterior rektum sementara pada perempuan kandung kemih terletak di sebelah anterior vagina dan sebelah inferior uterus. Lipatan pada peritoneum menahan posisi kandung kemih.4

Gambar 2.3 Anatomi kandung kemih pria dan wanita

Sumber: Martini, Frederic. Fundamental of Anatomy and Physiology. 2012

Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan mukosa, submukosa, dan muskularis. Lapisan muskularis terbagi menjadi lapisan dalam dan lapisan luar otot polos longitudinal, serta lapisan otot polos sirkuler diantara kedua otot polos


(24)

10

longitudinal tersebut. Susunan lapisan muskularis ini membentuk otot detrusor dari kandung kemih yang berfungsi memberikan kompresi pada kandung kemih untuk mengeluarkan urin menuju uretra. Kandung kemih tersusun atas epitel transisional, dimana tidak seperti epitel pada umumnya, epitel ini dapat meregang dan kembali ke bentuk semula tanpa kerusakan.9

Baik epitel maupun otot polos aktif berpartisipasi dalam kemampuan kandung kemih untuk mengakomodasi perubahan besar dalam volume urin.13 Dalam keadaan kosong, kandung kemih kolaps. Dan saat volume urin meningkat kandung kemih berbentuk seperti buah pir dan naik ke rongga perut. Kapasitas kandung kemih rata-rata 700-800 mL, untuk perempuan mempunyai kapasitas yang lebih kecil karena uterus menempati ruang sebelah superior kandung kemih.4

Gambar 2.4. Histologi kandung kemih

Sumber: Tortora, Gerard J. Principles of Anatomy and Physiology. 2009

Kandung kemih terbagi menjadi dua bagian utama: (1) badan, merupakan bagian utama dari kandung kemih yang berfungsi mengumpulkan urin, dan (2) leher, yang berbentuk seperti corong dan merupakan perpanjangan dari badan kandung kemih, secara inferior dan anterior mengarah ke dalam urogenital triangle lalu berhubungan dengan uretra. Bagian bawah dari leher disebut juga sebagai bagian dari posterior uretra.5


(25)

Pada dinding posterior dari kandung kemih, tepat dibawah leher dari kandung kemih terdapat daerah berbentuk segitiga yang disebut dengan trigonum. Daerah berbentuk segitiga tersebut dibatasi oleh dua bukaan dari ureter pada sudut atas trigonum dan pintu masuk uretra di bagian bawah apex dari trigonum.9 Trigonum tampak halus karena lapisan mukosa melekat dengan kuat pada lapisan muskularisnya.4 Namun, lapisan mukosa pada trigonum memiliki lipatan-lipatan yang disebut rugae, dimana rugae tersebut berfungsi sebagai perluasan dari kandung kemih saat menampung urin.9

2.2.2. Fisiologi

Otot polos yang tersusun pada dinding kandung kemih disebut otot detrusor. Serat otot tersebut dapat memanjang ke segala arah dan saat mengalami kontraksi dapat meningkatkan tekanan di kandung kemih sekitar 40 sampai 60 mmHg. Sel-sel otot polos detrusor memiliki banyak jembatan taut-celah dan berbentuk lembaran yang luas, sehingga memiliki jalur listrik-resistansi rendah dari satu sel otot ke sel otot lainnya. Oleh karena itu, potensial aksi dapat menyebar ke seluruh otot detrusor, dari satu sel otot ke sel otot lainnya, menyebabkan kontraksi dari seluruh kandung kemih secara bersamaan. Dengan demikian, kontraksi otot detrusor pada kandung kemih merupakan langkah utama dalam tahap pengosongan kandung kemih.5

Proses pengosongan kandung kemih disebut dengan mikturisi. Proses ini terbagi menjadi dua tahap: pertama, kandung kemih akan terisi secara progresif sampai tegangan pada dinding kandung kemih meningkat sampai nilai ambang batasnya, hal ini akan memicu tahap kedua terjadi, dimana terjadi reflek mikturisi. Dengan terjadinya reflek mikturisi, maka seseorang menjadi sadar dan memiliki keinginan untuk berkemih, yang kemudian dapat menyebabkan pengosongan kandung kemih terjadi.5

Mekanisme reflek mikturisi dapat terjadi, dipicu oleh reseptor sensorik pada dinding kandung kemih yang sensitif terhadap regangan.5 Urin dapat mencapai kandung kemih dengan kontraksi peristaltik dari ureter. Seiring dengan urin mengisi kandung kemih, reseptor regang pada dinding kandung kemih mulai terstimulasi.9 Sinyal sensorik dari reseptor regang kandung kemih disalurkan ke


(26)

12

segmen sakral tulang belakang melalui persarafan panggul dan kemudian secara reflek kembali lagi ke kandung kemih melalui serabut saraf parasimpatis.5

Saat kandung kemih hanya terisi sebagian, reflek mikturisi berupa kontraksi otot detrusor biasanya kembali relaksasi setelah beberapa menit. Kemudian, setiap kali kandung kemih terisi oleh urin maka reflek mikturisi akan semakin sering terjadi dan semakin tinggi kontraksi dari otot detrusornya.5 Keinginan untuk berkemih biasanya mulai hadir saat kandung kemih mengandung sekitar 200ml urin. Setelah volume melebihi 500 ml kontraksi kandung kemih yang dipicu oleh reflek mikturisi dapat menghasilkan tekanan yang cukup untuk membuka sfingter uretra internal. Pembukaan ini menyebabkan reflek relaksasi dari sfingter uretra eksternal, sehingga urin dapat dikeluarkan.9

Reflek mikturisi merupakan reflek otonom tulang belakang, tetapi dapat dihambat atau difasilitasi oleh otak. Pusat fasilitatif dan penghambatan yang kuat pada batang otak terletak pada pons. Reflek mikturisi merupakan penyebab dasar seseorang untuk berkemih, tetapi pusat pengaturan yang lebih tinggi biasanya melakukan kontrol akhir miksi. Pusat yang lebih tinggi dapat menunda proses berkemih meskipun reflek mikturisi sudah terjadi.5 Pada reflek mikturisi, impuls parasimpatis dari pusat berkemih merambat ke sfingter uretra interna dan kandung kemih, menyebabkan kontraksi dari otot detrusor kandung kemih dan relaksasi dari otot sfingter uretra interna.4

2.3. Cengkeh

Cengkeh adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga Myrtaceae, dalam bahasa Inggris disebut cloves. Tanaman cengkeh diklasifikasikan ke dalam kerajaan Plantae, filum Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Myrtales, familia Myrtaceae, genus Syzygium, spesies S. aromaticum.

Tanaman cengkeh merupakan tanaman rempah yang termasuk dalam komoditas perkebunan yang cukup penting di Indonesia.1 Dapat tumbuh sampai setinggi 12 m, dan diyakini sebagai tanaman asli dari Asia Tenggara. Namun sekarang sudah banyak dibudidayakan di seluruh dunia, Tanzania merupakan negara produsen utama cengkeh, sementara negara lain yang juga menjadi produsen cengkeh meliputi Madagaskar, Indonesia, Malaysia dan Sri Lanka.2


(27)

Dalam dunia industri cengkeh banyak digunakan karena cengkeh memiliki aroma yang khas berasal dari minyak atsiri yang terdapat dalam jumlah besar, baik dalam bunga (10-20%), tangkai (5-10%), maupun daun (1-4%).1 Selain mengandung minyak atsiri, komponen lain dalam bunga cengkeh juga termasuk glukosida sterol (sitosterol, stigmasterol, dan campesterol), asam crategolic metil ester, asam oleanolic, quercetin, eugeniin, kaempferol, rhamnetin, sekitar 6% protein, 20% lemak, 61% karbohidrat, vitamin, dan lain-lain.2

Produk lain yang dihasilkan dari tanaman cengkeh adalah minyak cengkeh, tergantung dari bahan bakunya dibagi menjadi tiga macam minyak cengkeh, yaitu minyak bunga cengkeh, minyak tangkai cengkeh, dan minyak daun cengkeh. Mutu dari minyak cengkeh yang dihasilkan dipengaruhi oleh asal tanaman, varietas, mutu bahan, penanganan bahan sebelum penyulingan, metode penyulingan serta penanganan minyak yang dihasilkan.1

Gambar 2.5. Bunga cengkeh

Sebelum penyulingan, bunga dan tangkai cengkeh biasanya digiling kasar dulu untuk memudahkan minyak ke luar dari dalam sel, sedangkan daun cengkeh tidak membutuhkan pengecilan ukuran. Bahan tersebut disuling dengan cara uap dan air atau cara uap langsung selama 8-24 jam, bunga dan tangkai cengkeh


(28)

14

membutuhkan waktu yang lebih lama karena mengandung kadar minyak yang lebih tinggi dibandingkan daun cengkeh.1

Minyak bunga cengkeh dianggap lebih berharga dan bermanfaat dibandingkan minyak dari tangkai dan daun cengkeh. Minyak tunas cengkeh mengandung 60-90% eugenol, 2-27% eugenol asetat, dan 5-12% b-caryophyllene, dengan konstituen minor seperti metil salisilat, metil eugenol, benzaldehida, metil

amil keton, α-ylangene, dan chavicol. Sementara itu eugenol yang terkandung pada minyak tangkai cengkeh sebesar 90-95% dan pada minyak daun cengkeh sebesar 82-88%.2

Eugenol memiliki beberapa sifat farmakologi, termasuk antimikroba, antijamur, insektisida dan antihelmintik. Banyak peneliti melaporkan bahwa eugenol menunjukkan sifat relaksan pada pembuluh darah dan otot polos saluran pencernaan. Eugenol dapat menyebabkan relaksasi otot polos pada pembuluh darah melalui blokade voltage and ligand dependent ion channels. Berkenaan dengan saluran pencernaan, penelitian menunjukkan bahwa metileugenol memberikan efek relaksasi pada ileum yang terisolasi dan menghambat kontraksi diinduksi oleh voltage-dependent dan receptor-operated channels.3

Minyak cengkeh yang mengandung eugenol memiliki sifat antimikroba seperti sebelumnya disebutkan, dengan sifat antimikroba spektrum luas (melawan bakteri gram positif maupun gram negatif). Baik minyak cengkeh ataupun eugenol sendiri dapat digunakan untuk mengurangi gejala-gejala sakit gigi, menggunakan sepotong kapas kecil yang diolesi minyak cengkeh kemudian diterapkan langsung tanpa tekanan pada karies gigi. Selain itu, minyak cengkeh banyak juga digunakan sebagai komponen utama dalam persiapan untuk penanganan post-extraction alveolitis.2

2.4. Organ Bath

Tissue organ bath merupakan sebuah instrument yang ditujukan untuk eksperimen pada hewan atau eksperimen pada jaringan manusia atau hewan. Persiapan jaringan yang akan diuji menggunakan organ bath dengan memastikan proses pembunuhan hewan dengan teknik dislokasi servikal.15 Kemudian lapisan mukosa dan serosa dari jaringan otot harus dihilangkan. Jaringan otot tersebut


(29)

akan direndam di dalam larutan fisiologis 17 Dalam proses pengujian, jaringan otot tersebut diletakkan dengan posisi longitudinal. 3

Jaringan otot yang di rendam di dalam larutan fisiologis tetap dijaga suhunya pada 36oC.15 Untuk menjaga jaringan otot polos yang akan diuji menggunakan

organ bath tetap memiliki fungsi yang sama seperti saat masih di tubuh, maka jaringan otot tersebut membutuhkan nutrisi yang cukup untuk tetap dapat berfungsi normal. Selain direndam di dalam larutan fisiologis, jaringan otot akan diberikan oksigenasi menggunakan karbogen (95% O2 / 5% CO2).3

Sebelum mulai pengujian pada jaringan, strip jaringan harus direndam selama satu jam terlebih dahulu, dengan diregangkan sebesar 0,5g.18 Jaringan otot yang terendam di dalam wadah dapat diukur tegangan isometriknya dengan menggunakan transducer isometrik yang kemudian akan dihubungkan ke dalam alat pengukur yang tersambung ke komputer untuk pengolahan data.16


(30)

16

2.5. Kerangka Teori

Gambar 2.7 Kerangka teori

2.6. Kerangka Konsep


(31)

2.7. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Pengukuran

1 Kontraksi otot polos kandung kemih

Peningkatan tegangan otot, dengan atau tanpa pemendekan otot22

Transducer Tegangan otot (gram)

Numerik

2 Kadar minyak cengkeh

Konsentrasi minyak cengkeh yang diencerkan di dalam larutan etanol absolut.


(32)

18

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental secara in vitro menggunakan alat organ bath untuk melihat efek kontraktilitas berupa relaksasi dari ekstrak minyak cengkeh pada otot polos kandung kemih guinea pig.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari s.d. Agustus 2013 di Ruang Laboratorium Multiguna lantai 3, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.3. Alat dan Bahan Penelitian

Sampel yang diuji pada penelitian ini adalah ekstrak minyak cengkeh yang diperoleh dari proses ekstraksi 1 kg bunga cengkeh dengan proses distilasi di BALITRO (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat). Minyak cengkeh kemudian diencerkan menggunakan etanol absolut ke dalam beberapa konsentrasi menjadi 10-6 %, 10-5 %, 10-4 %, 10-3 %, dan 10-2 %.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrument organ bath,

water heater, laptop, kulkas, timbangan, cawan petri, papan bedah, alat bedah minor, pinset mikro, lup, mikro pipet, sendok, benang, dan pengait.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu strip jaringan otot polos kandung kemih guinea pig berusia 6 bulan berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan berat 500 s.d. 700 gram, aquades, karbakol, etanol abslolut, alkohol, tissue, kapas, sarung tangan, gas karbogen (O2 97% : CO2 3%) dan

larutan Krebs-Henseleit dengan komposisi dalam volume 500cc sebagai berikut: NaCl 3,555 gr, KCl 0,175 gr, NaHCO3 0,645 gr, KH2PO4 0,08 gr, MgCl2 0,12 gr,

C6H12O6 1,035 gr dan CaCl2 0,185 gr.


(33)

3.4. Identifikasi Variabel 3.4.1. Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah kadar larutan ekstrak minyak cengkeh.

3.4.2. Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah kontraktilitas otot polos kandung kemih guinea pig.

3.5. Alur Penelitian

3.6. Cara Kerja Penelitian 3.6.1. Tahap Persiapan

3.6.1.1. Persiapan Ekstrak Minyak Cengkeh

Tanaman cengkeh yang akan dijadikan bahan ekstrak diverifikasi terlebih dahulu di LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Setelah itu minyak cengkeh diperoleh dari proses distilasi 1 Kg bunga cengkeh. Bunga


(34)

20

cengkeh didapat dan dilakukan proses distilasi di BALITRO (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat). Hasil distilasi bunga cengkeh diperoleh sekitar 10 ml minyak cengkeh yang kemudian diencerkan menggunakan etanol absolut. Konsentrasi yang akan diujikan yaitu 10-6 %, 10-5 %, 10-4 %, 10-3 %, dan 10-2 %. Ekstrak minyak cengkeh juga diuji analisis eugenol, dan didapatkan hasil 1 Kg penyulingan bunga cengkeh mengandung 10,08% eugenol.

3.6.1.2. Persiapan Strip Jaringan

Guinea pig dengan berat sekitar 500-700 gram dibuat tidak sadar dengan memberikan hentakan yang kuat pada bagian kepala belakang sampai terjadi dislokasi servikal, kemudian guinea pig dibunuh dengan memotong arteri karotis. Setelah guinea pig sudah mati, dimulai pembedahan di bagian perut bawah dari

guinea pig. Diseksi organ kandung kemih dilakukan dengan meminimalisir adanya penarikan dari organ.

Kandung kemih tersebut lalu dipindahkan kedalam cawan petri yang berisi larutan Krebs dan sedang diberikan oksigenasi dari karbogen (O2 : 97%,

CO2 : 3%). Kandung kemih dipotong pada bagian anterolateral dan dibentuk strip

otot polos dengan memisahkan jaringan mukosa dan serosa, ukuran strip otot polos yang disiapkan memiliki panjang ±1 cm dan lebar ±0,5 cm sebanyak 3-5 strip. Proses pemotongan dilakukan menggunakan alat bedah minor dan dibantu oleh kaca pembesar.

Kemudian persiapkan sejumlah empat strip otot polos dengan mengikatkan benang dikedua ujung strip otot polos. Setelah itu kaitkan benang yang telah terikat dengan ujung strip otot polos ke dalam kawat besi yang sudah terhubung dengan transducer dari organ bath, sedangkan benang yang mengikat ujung lain dari strip otot polos direkatkan di bagian bawah dari chamber organ bath sehingga strip otot polos menggantung secara vertikal didalam chamber. Transduser terhubung dengan amplifier serta komputer yang telah dilengkapi software untuk analisa data LabChart v7.1 dari ADInstrument.

Keempat strip otot polos tersebut di posisikan agar berada tepat di dalam

chamber organ bath, sehingga keseluruhan bagian dari strip otot polos dapat terendam dengan sempurna. Keempat strip otot polos tersebut di rendam di dalam


(35)

chamber yang berisikan larutan Krebs Henseleit dengan volume 50 μl dan suhu yang dipertahankan sebesar 37oC dan dioksigenasi dengan karbogen (O2 : 97%,

CO2 : 3%). Strip otot polos diberikan tegangan istirahat (resting tension) yaitu

sebesar 0,5 gram. Keempat strip otot polos yang sudah terendam dalam larutan Krebs Henseleit yang teroksigenasi tersebut didiamkan dalam selama 60 menit sebelum dilakukan tahap pengujian.

Gambar 3.1. Skema Organ Bath

3.6.2. Tahap Pengujian

Pengujian diawali dengan menilai kontraktilitas strip jaringan otot polos dengan memberikan muskarinik agonist karbakol dengan konsenstrasi 1 μM ke dalam empat chamber organ bath. Tegangan otot polos setelah pemberian karbakol diamati dan dinilai. Kontraksi yang ditimbulkan setelah pemberian

karbakol 1 μM dianggap sebagai 100%. Selanjutnya otot polos diistirahatkan

kembali dengan cara membuang cairan sebelumnya yang berisi karbakol dan


(36)

22

untuk selanjutnya diberikan karbakol dengan konsentrasi mulai dari 0.01 μM hingga 100 μM secara kumulatif. Tegangan yang dihasilkan pada pemberian masing-masing konsentrasi karbakol tersebut dihitung relatif terhadap tegangan

awal setelah pemberian karbakol 1 μM (Gambar 3.2).

Gambar 3.2. Skema kontraksi otot polos pada pemberian karbakol

Tahap berikutnya dilakukan pengujian efek minyak cengkeh dengan konsentrasi 10-6 %, 10-5 %, 10-4 %, 10-3 %, dan 10-2 % terhadap otot polos yang

telah diinduksi kontraksi dengan menggunakan karbakol 1 μM. Pengujian zat aktif dilakukan setelah kontraksi otot polos setelah induksi dengan karbakol 1 μM

stabil (plateau).

Gambar 3.3. Skema kontraksi otot polos pada pemberian ekstrak minyak cengkeh

Setelah melakukan pengujian pada bahan ekstrak minyak cengkeh, dilakukan pula pengujian pada bahan pelarut ekstrak minyak cengkeh itu sendiri yaitu etanol absolut. Pengujian etanol absolut dilakukan untuk tiap-tiap konsentrasi etanol yang diberikan dengan prosedur yang sama.

100 %


(37)

3.7. Pengolahan Data

Data perubahan kontraktilitas strip otot polos yang didapatkan dari

transducer dan direkam di dalam program LabChart Pro v7.1 kemudian diolah menggunakan SPSS versi 16.1 untuk menentukan nilai kebermaknaan penelitian, dengan dilakukan pengujian Student t Test bila distribusi sampel dan kelompok normal, dan Mann-Whitney bila distribusi sampel dan kelompok tidak normal. Pengujian normalitas dari distribusi data menggunakan Saphiro-Wilk karena jumlah data yang diuji kurang dari 50.20,21


(38)

24

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengukuran Efek Kontraktilitas Otot Polos Kandung Kemih pada Pemberikan Karbakol

Pemberian karbakol pada penelitian ini ditujukan untuk menginduksi kontraktilitas dari otot polos kandung kemih agar dapat berkontraksi terlebih dahulu sebelum diberikan ekstrak minyak cengkeh. Dengan terjadinya kontraksi otot polos kandung kemih yang diinduksi menggunakan karbakol, maka efek relaksasi yang diberikan oleh minyak cengkeh dapat dinilai.

Efek kontraksi yang diberikan oleh karbakol diperlukan dalam konsentrasi yang tepat, untuk menghindari cedera otot polos dikarenakan over-stretched

akibat kontraksi yang berlebihan. Pada penelitian ini, dilakukan pengujian efek kontraksi dari karbakol terlebih dahulu untuk mendapatkan konsentrasi karbakol yang tepat untuk kontraksi otot polos kandung kemih.

Didapatkan kontraksi otot polos dapat terjadi setelah pemberian karbakol

dengan konsentrasi 1μM. Pengujian selanjutnya diberikan karbakol dengan konsentrasi 10μM dan 100μM, namun didapatkan setelah pemberian karbakol konsentrasi 10μM, otot polos tidak dapat berkontraksi dengan baik saat diberikan

karbakol konsentrasi 100μM. Hal ini menandakan kontraktilitas otot polos

kandung kemih sudah melebih batas kontraksinya saat diberikan 10μM karbakol. Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan karbakol dengan konsentrasi 1μM

sebagai penginduksi awal kontraksi di setiap awal pengujian ekstrak minyak cengkeh.

Tabel 4.1. Persentase kontraksi otot polos kandung kemih guinea pig pada pemberian karbakol

Konsentrasi karbakol Persentase kontraksi otot polos kandung kemih

Karbakol 0,01µM 0,81%

Karbakol 0,1µM 10,56%

Karbakol 1µM 102,39%

Karbakol 10µM 112,63%

Karbakol 100µM 65,32%


(39)

4.2. Pengukuran Efek Kontraktilitas Otot Polos pada Pemberian Minyak Cengkeh dan Etanol

Pada penelitian ini konsentrasi ekstrak minyak cengkeh yang diuji adalah10

-6

%, 10-5 %, 10-4 %, 10-3 %, dan 10-2 %. Kemudian minyak cengkeh dengan berbagai konsentrasi tersebut dimasukkan ke dalam empat chambersetelah otot polos diinduksi dengan karbakol 1 μM. Dalam penelitian ini didapatkan hasil persentasi kontraksi otot polos yang setelah pemberian minyak cengkeh untuk tiap-tiap konsentrasi sesuai dengan gambar dan tabel dibawah.

Gambar 4.2. Kontraksi otot polos kandung kemih guinea pig pada pemberian ekstrak minyak cengkeh

Dalam penentuan konsentrasi minyak cengkeh sampai dengan konsentrasi yang diinginkan, pengenceran dilakukan menggunakan larutan etanol absolut. Diperlukan pengujian larutan etanol absolut untuk memastikan bahwa etanol absolutsebagai pelarut dari minyak cengkeh tidak memberikan efek relaksasi, agar hasil penelitian yang didapat menunjukkan efek relaksasi yang diberikan berasal dari minyak cengkeh.

Pada gambar dibawah didapatkan hasil dari pengujian pelarut minyak cengkeh yaitu etanol absolut.

Gambar 4.3. Kontraksi otot polos kandung kemih guinea pig pada pemberian pelarutetanol absolut


(40)

26

Kemudian didapatkan perbandingan persentase kontraksi otot polos kandung kemih yang dihasilkan oleh minyak cengkeh dengan pelarut etanol absolut. Pada data grafik dibawah dapat terlihat efek relaksasi yang diberikan minyak cengkeh lebih besar dibandingkan dengan efek relaksasi yang diberikan etanol absolut, hal ini menunjukkan bahwa efek relaksasi yang dihasilkan oleh minyak cengkeh tidak terpengaruh oleh pelarutnya yaitu etanol absolut.

Grafik 4.2Grafik perbandingan persentase kontraksi strip otot polos kelompok perlakuan (ekstrak minyak cengkeh) dan kelompok kontrol (etanol absolut)

Didapatkan persentase kontraksi yang dihasilkan oleh kelompok kontrol yaitu etanol berturut-turut adalah 68,06±4,56%; 59,05±4,53%; 53,96±4,83%; 50,21±4,97%; dan 46,72±4,59. Sementara persentase kontraksi yang dihasilkan oleh kelompok perlakuan yaitu ekstrak minyak cengkeh berturut-turut sebesar 70,05±4,33%; 62,04±3,21%; 56,22±2,68%; 49,06±2,94% dan 19,33±1,97%.

Pada penelitian ini pengolahan data dilakukan untuk membandingkan rata-rata persentase relaksasi dari kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Setelah menggunakan uji normalitas data, ditemukan salah satu data memiliki nilai yang tidak normal. Oleh karena itu analisa data pada penelitian ini menggunakan analisa Mann-Whitney.20


(41)

Pada penelitian ini ditemukan hasil yang bermakna antara persentase kontraksi jaringan otot polos kandung kemih kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak minyak cengkeh dengan kelompok kontrol yang diberikan etanol absolut terdapat pada pemberian ke-5 yaitu dengan konsentrasi 10-2%ekstrak minyak cengkeh. Hal tersebut menunjukkan bahwa efek relaksasi yang dapat diberikan oleh minyak cengkeh baru dapat terlihat apabila diberikan pemberian ekstrak minyak cengkeh dengan konsentrasi yang paling tinggi, yaitu sebesar 10-2 %.

Dalam ekstrak minyak cengkeh pada penelitian ini, juga diketahui jumlah eugenol yang terkandung adalah sebesar 10,08%. Dengan pengenceran ekstrak minyak cengkeh menggunakan etanol absolut maka dapat dipastikan kadar eugenol dalam minyak cengkeh akan berkurang. Dari data penelitian yang didapatkan bahwa relaksasi dapat terjadi saat pemberian minyak cengkeh dengan konsentrasi 10-2 %, dan memiliki kadar eugenol sebesar 10-2 % x 10,08% = 0,01008%. Diketahui bahwa dengan kadar eugenol sebesar 0,01008% dapat memberikan efek relaksasi terhadap otot polos.

Jumlah kadar eugenol dapat mempengaruhi efek relaksasi yang dihasilkan. Hal ini dapat dikaitkan dengan penelitian sebelumnya yang telah membuktikan bahwa sifat relaksan yang didapat dari minyak cengkeh berasal dari kandungan zat aktifnya yaitu eugenol. Eugenol terbukti dapat memberikan efek relaksasi terhadap otot polos viseral.3 Sementara penelitian yang dilakukan ini, memiliki keterbatasan yaitu tidak menggunakan zat aktif dari minyak cengkeh yaitu eugenol secara langsung sebagai kelompok perlakuan dalam penentuan efek relaksasi terhadap otot polos. Sehingga didapatkan efek relaksasi yang memiliki makna terjadi saat pemberian ekstrak minyak cengkeh dengan konsentrasi tinggi.

Sementara ini, menurut penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa eugenol dapat menghambat kanal ion Ca2+ pada relaksasi otot polos pembuluh darah.3Diduga hal yang sama terjadi pada penelitian ini bahwa pemberian ekstrak minyak cengkeh yang mengandung eugenol dapat memberikan efek relaksasi otot polos kandung kemih dengan cara menghambat kanal ion Ca2+. Dengan penghambatan kanal ion Ca2+ dapat menyebabkan penurunan influks dari Ca2+ sehingga jumlah Ca2+ intrasel akan berkurang. Berkurangnya jumlah Ca2+ kemudian menyebabkan terjadinya penurunan ikatan Ca2+ dengan kalmodulin


(42)

28

sehingga aktivasi dari MLCK semakin sedikit dan kemungkin terjadinya jembatan silang akan menurun sehingga terjadi penurunan kontraksi atau relaksasi.

Kontraksi dari otot detrusor kandung kemih dapat mengalami aktivitas yang berlebih, baik itu karena penyebab neurogenik atau idiopatik. Aktivitas berlebih dari otot detrusor tersebut merupakan kontraksi yang bersifat involunter, dan sangat berkaitan erat dengan sindrom overactive bladder.6Overactive bladder

merupakan suatu kumpulan dari gejala-gejala termasuk urgensi dengan atau tanpa

urge incontinence, serta frekuensi dan nokturia.7 Kurang dari sepertiga jumlah urin yang ditampung pada kandung kemih penderita overactive bladder

dikeluarkan melalui kontraksi involunter dari otot detrusor.Kontraksi involunter kandung kemih disebabkan oleh aktivitas berlebih (overactivity) dari otot detrusor.6 Prevalensi overactive bladder di seluruh dunia bervariasi mulai dari 6% - 20%, baik pada pria ataupun wanita, dengan wanita memiliki insiden yang lebih tinggi pada urge incontinence. Obat antimuskarinik merupakan terapi utama dalam menangani overactive bladder dengan tujuan menurunkan kontraksi dari otot detrusor kandung kemih.8

Penelitian ini telah membuktikkan bahwa ekstrak minyak cengkeh dapat memberikan efek relaksasi terhadap otot polos kandung kemihguinea pig secara

in vitro. Dengan penelitian lebih lanjut, ekstrak minyak cengkeh mungkin dapat digunakan sebagai tatalaksana pada gangguan berkemih, misal overactive bladder.

Dalam Shahih Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad saw bersabda:

“Setiap kali Allah menurunkan penyakit, pasti Allah menurunkan obatnya.”

Hadist ini memberikan makna yaitu semangat kepada orang yang sakit dan juga dokter yang mengobatinya, selain itu juga mengandung anjuran untuk mencari obat dan menyelidikinya. Bila dikaitkan, hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti dan masyarakat untuk menemukan pengobatan alternatif pada gangguan berkemih, seperti overactive bladder.


(43)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian didapatkan adanya perbedaan yang bermakna secara statistik (p<0,05) antara rerata persentase kelompok perlakuan yaitu ekstrak minyak cengkeh dengan kelompok kontrol yaitu etanol absolut pada pemberian ekstrak minyak cengkeh dengan konsentrasi 10-2% terhadap strip otot polos kandung kemih guinea pig in vitro. Penelitian ini menunjukkan ekstrak minyak cengkeh dapat memberikan efek kontraktilitas berupa relaksasi secara signifikan pada konsentrasi 10-2%.

5.2. Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu dapat menggunakan secara langsung bahan aktif dari minyak cengkeh yaitu eugenol. Hal ini ditujukan agar dapat menilai efek spesifik yang akan di hasilkan oleh jaringan yang diuji terhadap perlakuan yang diinginkan. Apabila menggunakan minyak cengkeh, diharapkan dapat menggunakan minyak cengkeh dalam konsentrasi tinggi, agar kadar eugenolnya tetap tinggi sehingga dapat memberikan efek yang signifikan.


(44)

30

DAFTAR PUSTAKA

1. Nurdjannah, Nanan. Diversifikasi Penggunaan Cengkeh. BB-Pascapanen. 2004

2. Khan, Ikhlas A, Abourashed, Ehab A. Leung‟s Encyclopedia of Common Natural Ingredients. Third Edition. New Jersey: Wiley. 2010

3. Trailović MS, et al. Inhibitory Effect of Eugenol on Rat Ileal Motility in Vitro. Acta Veterinaria (Beograd), Vol. 59, No. 2-3, 123-131. 2009

4. Tortora, Gerard J, Derrickson, Bryan. Principles of Anatomy and Physiology. John Wiley & Sons. 2009

5. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2008

6. Ouslander, Joseph G. Management of Overactive Bladder. N Engl J Med 2004; 350: 786-99

7. Hegde, Sharath S. Muscarinic receptors in the bladder: from basic research to therapeutics. British Journal of Pharmacology 2006; 147, S80–S87 8. Nalliah, Sivalingam. Concepts in the Management of the Overactive

Bladder in Women. Med J Malaysia 2012 Vol 67, No 1

9. Martini, Frederic. Fundamental of Anatomy and Physiology. Ninth Edition. Pearson Education, Inc. 2012

10. Webb, R. Clinton. Smooth Muscle Contraction and Relaxation. ADV PHYSIOL EDUC 27: 201–206, 2003

11. Fry CH, Meng E, Young JS.The Physiological Function of Lower Urinary Tract Smooth Muscle. Autonomic Neuroscience: Basic and Clinical 2010; 154: 3-13

12. Puetz, Sandra. Lubomirov, Lubomir T and Pfitzer, Gabriele. Regulation of Smooth Muscle Contraction by Small GTPases. Physiology 24:342-356, 2009

13. Sherwood, Lauralee. Introduction to Human Physiology. Brooks/Cole, Cengange Learning. 2013.

14. Hosseini, Mahmoud. Kamkar Asl, Mina, Rakhshandeh, Hassan. Analgesic effect of clove essential oil in mice. AJP 2011, Vol. 1, No. 1

15. Abrams, Paul, et al. Muscarinic receptors: their distribution and function in body systems, and the implications for treating overactive bladder. British Journal of Pharmacology 2006; 148, 565–578

16. Hashitani H, Brading AF, Suzuki H. Correlation Between Spontaneous Electrical, Calcium and Mechanical Activity in Detrusor Smooth Muscle


(45)

of the Guinea-Pig Bladder. British Journal of Pharmacology. 2004; 141: 183-193

17. Vial C, Evans RJ. P2X Receptor Expression in Mouse Urinary Bladder and the Requirement of P2X1 Receptors for Functional P2X Receptor

Responses in the Mouse Urinary Bladder Smooth Muscle. British Journal of Pharmacology 2000; 131: 1489-1495

18. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC; 2005

19. Sibley, G. N. A comparison of spontaneous and nerve-mediated activity in bladder muscle from man, pig and rabbit. J. Physiol1984; 354; 431-443 20. Dahlan, M. Sopiyudin. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Ed. 4,

Jakarta: Penerbit Salemba Medika. 2009

21. Dahlan, M. Sopiyudin. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan Ed. 2, Jakarta: Penerbit Salemba Medika. 2009

22. Anne Marie. W, et al. Dorland‟s Illustrated Medical Dictionary. Saunders Elsevier. 2007


(46)

32

Lampiran 1 Determinasi Tanaman Cengkeh oleh LIPI


(47)

Lampiran 2 Analisis Eugenol Minyak Cengkeh


(48)

34


(49)

(50)

36

Lampiran 3 Data kontraktilitas strip otot polos dengan minyak cengkeh

CCh MC 0,001%

MC 0,01%

MC 0,1% MC 1% MC 10%

100 76.99892 69.53004 65.71243 56.70738 26.72864 100 81.57733 69.58946 63.74221 55.74134 21.83856 100 66.363 63.24986 55.53852 50.32521 20.59242 100 55.28154 45.80739 39.89012 33.50491 8.179353 100 32.26539 29.89252 27.21454 20.01381 5.939063 100 57.1715 47.86676 42.13482 32.30359 15.97122 100 44.71571 39.17947 38.8754 34.11757 16.99581 100 39.01814 36.91298 36.83403 34.83866 10.40079 100 81.78723 73.0367 56.43028 54.60762 29.44208 100 43.19711 38.22807 34.45586 26.56547 11.37711 100 43.24188 40.39655 34.81743 25.82848 11.64334 100 104.1582 72.69834 62.21199 53.33884 30.12639 100 80.23601 56.23797 49.34963 54.46279 28.01434 100 73.05686 58.36465 51.14164 51.89634 13.67153 100 73.96294 65.88399 54.56437 49.91479 19.28048 100 59.2367 47.98614 35.44411 29.13523 8.613731 100 54.44583 45.72507 37.47104 26.32391 1.840715 100 44.83659 37.85548 32.59031 25.05265 5.134659 100 84.27081 64.81728 51.44759 43.28318 19.41923 Mean 100 62.50065 49.90236 43.61133 43.49505 15.6672 SD 0 15.77135 9.638373 8.495766 10.45587 6.318355


(51)

Lampiran 4 Data kontraktilitas strip otot plos dengan etanol

CCh Etanol Etanol Etanol Etanol Etanol 100 65.87541 56.57324 40.66398 39.57813 36.27088 100 65.61325 55.84524 47.44316 40.44932 37.29215 100 55.52093 48.76552 44.96604 40.28692 37.04027 100 77.632 66.00769 61.74789 53.74516 51.52101 100 100.0244 86.77647 77.21128 76.71087 71.56786 100 61.71179 64.89719 59.30018 56.63976 49.68101 100 58.5383 53.09142 52.54725 50.90618 45.47873 100 94.54585 90.25362 92.30662 89.11816 83.80407 100 54.37237 40.85791 42.79421 38.1428 38.84893 100 73.13143 53.47405 49.25871 44.30839 40.49473 100 48.7881 42.34649 31.7018 28.49074 28.98064 100 60.98127 49.73399 47.64199 44.19239 39.68938 Mean 100 68.06126 59.0519 53.96526 50.21407 46.72247 SD 0 15.80674 15.69754 16.74546 17.23006 15.9048


(52)

38

Lampiran 5 Uji normalitas data minyak cengkeh

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

MC0_001 .141 19 .200* .954 19 .467

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

MC0_01 .161 19 .200* .920 19 .114

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

MC0_1 .166 19 .177 .935 19 .210

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

MC1 .204 19 .036 .879 19 .021

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

MC10 .117 19 .200* .958 19 .536


(53)

Lampiran 6 Uji normalitas data etanol

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Etanol1 .222 12 .107 .891 12 .121

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Etanol2 .229 12 .081 .874 12 .073

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Etanol3 .200 12 .198 .896 12 .141

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Etanol4 .217 12 .122 .864 12 .055

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Etanol5 .236 12 .064 .819 12 .016


(54)

40

Lampiran 7 Hasil data uji Mann-Whitney

Ranks

Jenis N Mean Rank Sum of Ranks

MC0_001 Perlakuan 19 15.11 287.00

Kontrol 12 17.42 209.00

Total 31

MC0_01 Perlakuan 19 14.63 278.00

Kontrol 12 18.17 218.00

Total 31

MC0_1 Perlakuan 19 14.47 275.00

Kontrol 12 18.42 221.00

Total 31

MC1 Perlakuan 19 14.05 267.00

Kontrol 12 19.08 229.00

Total 31

MC10 Perlakuan 19 10.11 192.00

Kontrol 12 25.33 304.00

Total 31

Test Statisticsb

MC0_001 MC0_01 MC0_1 MC1 MC10

Mann-Whitney U 97.000 88.000 85.000 77.000 2.000

Wilcoxon W 287.000 278.000 275.000 267.000 192.000

Z -.689 -1.054 -1.176 -1.501 -4.542

Asymp. Sig. (2-tailed) .491 .292 .240 .133 .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .509a .306a .252a .141a .000a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Jenis


(55)

Lampiran 8 Alat dan bahan penelitian

Alat Organ Bath Water Heater

Transducer Pengolah data

cengkeh cerkan

Ekstrak Minyak Cengkeh


(56)

42

Lampiran 9 Daftar riwayat hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Muhammad Hafif Kusasi

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 31 Agustus 1992

Alamat : Jl. Melinjo 1 C1/10 Sektor I.6 BSD

Tangerang Selatan

No. HP : +6285717171358

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1. TK Al-Azhar BSD (1996-1998)

2. SDI Al-Azhar BSD (1998-2004)

3. SMPI Al-Azhar BSD (2004-2007)

4. SMAI Al-Azhar BSD (2007-2010)


(1)

Lampiran 4

Data kontraktilitas strip otot plos dengan etanol

CCh

Etanol

Etanol

Etanol

Etanol

Etanol

100 65.87541 56.57324 40.66398 39.57813 36.27088

100 65.61325 55.84524 47.44316 40.44932 37.29215

100 55.52093 48.76552 44.96604 40.28692 37.04027

100

77.632 66.00769 61.74789 53.74516 51.52101

100 100.0244 86.77647 77.21128 76.71087 71.56786

100 61.71179 64.89719 59.30018 56.63976 49.68101

100

58.5383 53.09142 52.54725 50.90618 45.47873

100 94.54585 90.25362 92.30662 89.11816 83.80407

100 54.37237 40.85791 42.79421

38.1428 38.84893

100 73.13143 53.47405 49.25871 44.30839 40.49473

100

48.7881 42.34649

31.7018 28.49074 28.98064

100 60.98127 49.73399 47.64199 44.19239 39.68938

Mean

100 68.06126

59.0519 53.96526 50.21407 46.72247

SD

0 15.80674 15.69754 16.74546 17.23006

15.9048


(2)

Uji normalitas data minyak cengkeh

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. MC0_001 .141 19 .200* .954 19 .467 a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

MC0_01 .161 19 .200* .920 19 .114

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

MC0_1 .166 19 .177 .935 19 .210

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

MC1 .204 19 .036 .879 19 .021

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

MC10 .117 19 .200* .958 19 .536


(3)

Uji normalitas data etanol

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Etanol1 .222 12 .107 .891 12 .121

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Etanol2 .229 12 .081 .874 12 .073

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Etanol3 .200 12 .198 .896 12 .141

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Etanol4 .217 12 .122 .864 12 .055

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Etanol5 .236 12 .064 .819 12 .016


(4)

Hasil data uji Mann-Whitney

Ranks

Jenis N Mean Rank Sum of Ranks

MC0_001 Perlakuan 19 15.11 287.00

Kontrol 12 17.42 209.00

Total 31

MC0_01 Perlakuan 19 14.63 278.00

Kontrol 12 18.17 218.00

Total 31

MC0_1 Perlakuan 19 14.47 275.00

Kontrol 12 18.42 221.00

Total 31

MC1 Perlakuan 19 14.05 267.00

Kontrol 12 19.08 229.00

Total 31

MC10 Perlakuan 19 10.11 192.00

Kontrol 12 25.33 304.00

Total 31

Test Statisticsb

MC0_001 MC0_01 MC0_1 MC1 MC10

Mann-Whitney U 97.000 88.000 85.000 77.000 2.000

Wilcoxon W 287.000 278.000 275.000 267.000 192.000

Z -.689 -1.054 -1.176 -1.501 -4.542

Asymp. Sig. (2-tailed) .491 .292 .240 .133 .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .509a .306a .252a .141a .000a

a. Not corrected for ties.


(5)

Alat dan bahan penelitian

Alat Organ Bath

Water Heater

Transducer

Pengolah data

cengkeh

cerkan

Ekstrak Minyak

Cengkeh


(6)

Daftar riwayat hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Muhammad Hafif Kusasi

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 31 Agustus 1992

Alamat

: Jl. Melinjo 1 C1/10 Sektor I.6 BSD

Tangerang Selatan

No. HP

: +6285717171358

Email

: [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1.

TK Al-Azhar BSD

(1996-1998)

2.

SDI Al-Azhar BSD

(1998-2004)

3.

SMPI Al-Azhar BSD

(2004-2007)

4.

SMAI Al-Azhar BSD

(2007-2010)

5.

PSPD FKIK UIN Jakarta

(2010-sekarang)