Perbedaan Self Confidence Pada Siswa SMP yang Aktif dan Tidak Aktif dalam

1. Meningkatkan nilai-nilai ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2. Meningkatkan kesadaran berbangsa, bernegara dan cinta tanah air. 3. Meningkatkan kepribadian dan budi pekerti luhur. 4. Meningkatkan kemampuan berorganisasi, pendidikan politik dan kepemimpinan. 5. Meningkatkan keterampilan, kemandirian dan rasa percaya diri. 6. Meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani. 7. Menghargai dan menjiwai nilai-nilai seni, meningkatkan dan mengembangkan kreasi seni.

D. Perbedaan Self Confidence Pada Siswa SMP yang Aktif dan Tidak Aktif dalam

OSIS. Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan storm and stress. Menurut Erickson dalam Santrock, 1995 masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini diperkuat oleh Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion confussion, moratorium, foreclosure , dan identity achieved Papalia, 2001. Tahapan remaja terdiri dari remaja awal dan remaja akhir. Remaja awal berada pada tahap usia 12-15 tahun, pada usia ini biasanya remaja duduk di bangku SMP. Remaja berusaha untuk menemukan jati dirinya, remaja membutuhkan interaksi dengan orang lain dalam proses pencarian jati diri, yaitu teman sebaya, sekolah, orang tua maupun masyarakat. Dalam kenyataannya untuk berinteraksi maka individu 36 Universitas Sumatera Utara harus mempunyai keberanian atau self confidence untuk menjalin interaksi dengan orang lain Putri Hadi, 2005. Self confidence itu sendiri menurut Lauster dalam Sakinah, 2005 adalah sikap positif individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Menurut Afiatin dan Martaniah 1998, self confidence merupakan aspek kepribadian manusia yang berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi atau kemampuan yang dimilikinya. Self confidence dapat dikembangkan melalui interaksi dengan lingkungan, baik lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat Iswidharmanjaya, 2004. Bentuk interaksi remaja di sekolah salah satunya dengan mengikuti organisasi yang ada di sekolah. Sekolah memiliki organisasi yang biasa disebut OSIS Organisasi Siswa Intra Sekolah. OSIS memiliki beragam kegiatan yang berhubungan dengan orang banyak. Seseorang yang aktif berorganisasi di sekolah cenderung mempunyai self- confidence yang tinggi. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi self-confidence adalah orang tua, saudara sekandung, sekolah, teman sebaya, masyarakat, dan pengalaman Iswidharmanjaya, 2004. Penelitian oleh Asmiana 2003 mengenai perbedaan rasa percaya diri antara mahasiswa yang aktif dengan mahasiswa yang tidak aktif dalam organisasi kemahasiswaan di Universitas Muhammadiyah Malang. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada mahasiswa yang aktif dalam organisasi kemahasiswaan dan yang tidak aktif. Mahasiswa yang aktif dalam berorganisasi memiliki rasa percaya diri yang tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak aktif dalam organisasi. 37 Universitas Sumatera Utara Penelitian oleh Isnandar 2005, mengenai hubungan antara rasa percaya diri dan aktivitas berorganisasi dengan prestasi belajar yang diberikan kepada siswa di SMK Gesi kelas X. Dari perhitungan yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara rasa percaya diri dan aktivitas berorganisasi secara bersama dengan prestasi belajar siswa kelas X SMK Negeri 1 Gesi Kabupaten Sragen tahun 20052006.

E. Hipotesis