Latar Belakang Efektivitas Pelayanan Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Perumahan Dan Pertokoan Di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Pematang Siantar

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Upaya pemerintah dalam meningkatkan citra pelayanan, dimulai dengan diberlakukannya UU No. 12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UU No. 32 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah KabupatenKota, selanjutnya PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, dan pada akhirnya melalui Menteri Dalam Negeri dengan Permendagri No. 24 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu serta Permendagri No. 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah. Implementasi dari peraturan- peraturan tersebut adalah dengan pembentukan organ untuk mengurus pelayanan perizinan yang berbentuk badankantor. Ridwan, 2009:229 Menurut Ridwan 2009:163 ada beberapa hambatan yang biasanya dikeluhkan oleh masyarakat yang ingin mengurus perizinan yaitu: a. Biaya perizinan 1 Biaya pengurusan izin sangat memberatkan bagi pelaku usaha kecil. Besarnya biaya perizinan seringkali tidak transparan. 2 Penyebab besarnya biaya disebabkan karena pemohon tidak mengetahui besar biaya resmi untuk pengurusan izin, dan karena adanya pungutan liar. b. Waktu 1 Waktu yang diperlukan mengurus izin relatif lama karena prosesnya yang berbelit. Universitas Sumatera Utara 2 Tidak adanya kejelasan kapan izin diselesaikan. 3 Proses perizinan tergantung pada pola birokrasi setempat. c. Persyaratan 1 Persyaratan yang sama dan diminta secara berulang-ulang untuk berbagai jenis izin. 2 Persyaratan yang ditetapkan seringkali sulit untuk diperoleh. 3 Informasi yang dibutuhkan tidak tersedia dan terdapat beberapa persyaratan yang tidak dapat dipenuhi khususnya oleh para pengusaha kecil. Karenanya menarik untuk digali lebih lanjut mengenai apakah pelayanan perizinan khususnya pelayanan pemberian Izin Mendirikan Bangunan IMB telah memenuhi prinsip efektivitas sebagaimana mestinya dalam organ pemerintahan. Menurut Nurmandi 1999:193 secara sederhana efektivitas dapat diartikan sebagai tepat sasaran yang juga lebih diarahkan pada aspek keberhasilan pencapaian tujuan. Maka efektivitas fokus pada tingkat pencapaian terhadap tujuan dari organisasi publik. Terminologi lain mengenai efektivitas adalah ukuran bagaimana suatu kualitas, suatu output itu dihasilkan melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, kemudian bagaimana mencapai outcome yang diharapkan. Dalam kaitannya dengan pelayanan Izin Mendirikan Bangunan IMB khususnya izin bangunan untuk perumahan dan pertokoan jasa komersil, diharapkan praktik pelayanan perizinan tersebut dapat memenuhi tujuan yang telah ditetapkan terutama dalam hal penyederhanaan prosedur. Kepemilikan bangunan sering menjadi sengketa publik yang berkepanjangan. Masalah tersebut muncul karena ketiadaan sertifikat Izin Mendirikan Bangunan IMB karena sebagian masyarakat merasa prosedur perizinan cukup berbelit-belit. Keresahan itu sebenarnya berujung pada ketiadaan informasi padahal sertifikat IMB berfungsi sebagai jaminan kepastian hukum Universitas Sumatera Utara dari negara sehingga dengan adanya PTSP pemerintah daerah dapat memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat yang ingin mengurus IMB. IMB disusun sebagai standar penyesuaian bangunan dengan lingkungan sekitarnya. Mendirikan bangunan rumahtoko dengan terencana akan menjamin kondisi lingkungan yang menjamin segala aktivitas. Rumah merupakan kebutuhan yang sangat krusial bagi manusia, sedangkan toko merupakan bangunan untuk melakukan kegiatan berbagai jenis barang yang dibutuhkan masyarakat. Pada dasarnya, setiap pengakuan hak oleh seseorang terhadap suatu bangunan harus didasarkan bukti yang kuat dan sah menurut hukum. Tanpa bukti tertulis, suatu pengakuan di hadapan hukum mengenai objek hukum tersebut menjadi tidak sah. Sehingga dengan adanya sertifikat IMB akan memberikan kepastian dan jaminan hukum kepada masyarakat. Oleh sebab itu dalam kaitannya terhadap pelayanan perizinan khususnya Izin Mendirikan Bangunan IMB, pemerintah berusaha menciptakan suatu sistem pelayanan yang optimal. Salah satu dari tindakan pemerintah tersebut adalah dengan dikeluarkannya suatu kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP. Dengan adanya PTSP, aparatur pemberi pelayanan harus benar-benar ditata, diperbaharui, dan dibenahi untuk mengubah citra aparatur yang sebelumnya dipandang lamban karena birokrasi yang panjang dan tidak transparan menjadi efektif sesuai dengan tujuan pelayanan publik. Kebijakan terhadap model pelayanan terpadu satu pintu merupakan sebuah revisi terhadap kebijakan pemerintah sebelumnya tentang pelayanan terpadu satu atap melalui Surat Edaran Mendagri No. 503125PUOD tentang Pembentukan Pelayanan Terpadu Satu Atap. Revisi ini didasarkan pada kenyataan di lapangan bahwa implementasi penyelenggaraan pelayanan terpadu satu atap di daerah banyak mengalami kendala terkait dengan mekanisme perizinan yang masih rumit dan kendala Universitas Sumatera Utara koordinasi lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD yang sulit, sehingga tidak berjalan dan berfungsi secara optimal. Ridwan, 2005:200 Pemerintah melalui kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No.24 Tahun 2006 Ridwan, 2009:169 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu intinya meminta pemerintah daerah melakukan kegiatan seperti: a. Penyederhanaan sistem dan prosedur perizinan usaha. b. Pembentukan lembaga pelayanan perizinan terpadu satu pintu di daerah. c. Pemangkasan waktu dan biaya perizinan. d. Perbaikan sistem pelayanan. e. Perbaikan sistem informasi. f. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi proses penyelenggaraan perizinan. Oleh sebab itu, berdasarkan Peraturan Walikota Pematang Siantar No. 1 Tahun 2009 Tentang Urusan Pemerintah Kota Pematang Siantar, Peraturan Walikota No. 3 Tahun 2009 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah Kota Pematang Siantar dan Peraturan Walikota No. 4 Tahun 2009 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Pematang Siantar maka dibentuklah Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Pematang Siantar dengan menimbang: a. Bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya di bidang perizinan, maka perlu adanya sistem pemberian izin yang cepat, efisien dan terpadu. b. Bahwa untuk mempercepatmemperlancar dan memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dalam proses penerbitan perizinan di Kota Pematangsiantar, maka dipandang perlu menghunjuk Kepala Badan Pelayanan Perizinan Kota Pematangsiantar untuk dan atas nama Walikota Pematangsiantar. Universitas Sumatera Utara c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b diatas perlu ditetapkan Keputusan Walikota tentang Penghunjukan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Pematangsiantar untuk menandatangani naskahsertifikat bidang perizinan dan non perizinan di Kota Pematangsiantar. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Pematang Siantar merupakan suatu badan yang memiliki wewenang dalam bidang perizinan yaitu Izin Mendirikan Bangunan IMB yang terbentuk pada Maret 2009. IMB merupakan izin pengaturan fisik terhadap bangunan yang tadinya berada di bawah naungan Dinas Pekerjaan Umum Pematang Siantar. Namun untuk mewujudkan efektivitas pelayanan publik maka dibentuk Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu. Pembentukan BPTSP pada dasarnya ditujukan untuk menyederhanakan birokrasi penyelenggaraan perizinan dalam bentuk pemangkasan tahapan dan prosedur lintas instansi maupun dalam instansi yang bersangkutan, pemangkasan biaya, pengurangan jumlah persyaratan, pengurangan jumlah paraf dan tanda tangan yang bersangkutan, dan pengurangan waktu pemrosesan perizinan. Dengan adanya BPTSP, maka telah terjadi perubahan paradigma dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang tujuannya meningkatkan kualitas pelayanan yang lebih baik, lebih murah dan lebih cepat sesuai dengan prinsip-prinsip BPTSP yaitu kesederhanaan, kejelasan prosedur, kepastian waktu, kepastian hukum, kemudahan akses, kenyamanan dan kedisplinan dari penyelenggara pelayanan. Ridwan, 2009:208 Sebenarnya, harapan masyarakat terhadap proses perizinan tidak berbeda dengan harapan pemerintah, yakni sederhana, murah, adanya kepastian waktu, pelayanan yang berkualitas, kepastian hasil, transparansi dan sah secara hukum. Universitas Sumatera Utara Proses perizinan yang sederhana mencakup tidak saja menghilangkan birokrasi yang panjang, tetapi juga menghindari prosedur dan persyaratan yang berlebihan serta memberikan informasi yang akurat kepada pemohon perizinan. Dari sisi masyarakat, murah berarti biaya yang wajar dan dapat diverifikasi. Kepastian waktu merupakan elemen penting lainnya yang diharapkan masyarakat dari pemerintah. Kepastian tersebut mencakup lamanya waktu yang dibutuhkan untuk proses pengurusan serta kapan izin dapat dikeluarkan. Lamanya pengurusan izin seharusnya diketahui oleh para pemohon sehingga bermanfaat bagi proses perencanaan dan penjadwalan mereka, dan pemerintah sebagai penyedia pelayanan harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat ini. Masyarakat tentu saja berharap bahwa lamanya proses pengurusan izin tidak berlarut-larut. Oleh sebab itu dengan adanya Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu BPTSP diharapkan pelayanan perizinan terutama dalam pemberian Izin Mendirikan Bangunan IMB bagi perumahan dan pertokoan dapat berjalan secara efektif, yaitu sesuai dengan standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk membuat skripsi dengan judul ”Efektivitas Pelayanan Pemberian Izin Mendirikan Bangunan IMB Perumahan Dan Pertokoan Di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Pematang Siantar.”

I.2 Perumusan Masalah