Perlindungan Bagi Kreditur Terhadap Pemisahan Perseroan

yang setelah pemisahan selanjutnya harus menanggung pemenuhan perikatan perseroan yang melakukan pemisahan terhadap para kreditor tersebut.

C. Perlindungan Bagi Kreditur Terhadap Pemisahan Perseroan

Dalam hal terjadi pemisahan perseroan, kreditur merupakan pihak yang cukup lemah. Sebagai salah satu pihak yang lemah dan secara tidak langsung terlibat pada perbuatan hukum pemisahan perseroan tersebut maka terhadap kreditur tersebut haruslah diberikan perlindungan hukum yang dapat mengakomodasi kepentingan kreditur. Jika perseroan setelah melakukan perbuatan hukum berakibat menjadi bubar, dengan demikian perseroan itu wajib mempertimbangkan kreditur- krediturnya. Pada prinsipnya apa yang telah dilakukan perseroan tidak boleh merugikan pihak ketiga. Sesuai dengan prinsip yang terkandung dalam pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata bahwa perjanjian wajib dilaksanakan dengan itikad baik. Demikian pula para kreditur perseroan sebelum perbuatan hukum dilakukan maka kreditur harus memperhatikan dengan seksama rencana perseroan kedepan agar dapat mempertimbangkan kemajuan perseroan di masa yang akan datang sehingga pelunasan utang kepada kreditur tetap terjamin pelaksanaannya. Itikad baik yang ada tersebut memberikan kepastian hukum kepada pihak ketiga lainnya. Mitra usaha perseroan lainnya selain kreditur seperti supplier, distributor, agen, perwakilan, nasabah tetap dan sebagainya, mereka tidak dapat diabaikan begitu saja karena memberikan keuntungan kepada perseroan sehingga ketika perseroan bubar mereka merasa kehilangan, apalagi jika mereka masih Universitas Sumatera Utara memiliki kewajiban terhadap perseroan tentu hak tagih tidak mungkin dengan mudah dilepaskan. Perlindungan hukum terhadap kreditur ini muncul untuk melindungi kepentingan kreditur yang tidak setuju terhadap pemisahan perseroan dan yang memiliki tagihan kepada perseroan asal. Dengan demikian, seluruh hak, kewajiban, dan tuntutan terhadap perseroan asal akan beralih kepada perseroan hasil dari pemisahan. Perlindungan hukum inilah yang kemudian memudahkan kreditur untuk berhubungan dengan perseroan hasil dari pemisahan maupun dengan perseroan yang memisahkan diri. Untuk mengantisipasi dan sekaligus memberikan perlindungan hukum kepada kreditur dan pihak ketiga atas akibat yang timbul dari perbuatan hukum pemisahan perseroan, dalam UUPT telah diberikan arahan aturan yang dapat dijadikan rujukan bagi para pihak. Hal tersebut dapat dijumpai pada pasal 126 ayat 1 UUPT: 87 Perbuatan hukum Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan wajib memperhatikan kepentingan: a. Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan Perseroan; b. kreditor dan mitra usaha lainnya dari Perseroan; dan c. masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha. Kemudian dalam penjelasan diuraikan bahwa ketentuan mengenai perbuatan hukum pemisahan ini tidak dapat dilakukan apabila ini merugikan kepentingan pihak-pihak tertentu. Disini dapat dilihat bahwa pemisahan perseroan merupakan pelaksanaan prinsip hukum perjanjian. Kreditur dalam hal ini adalah kreditur perseroan yang akan melakukan pemisahan. Begitu juga dijelaskan 87 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab VIII, Pasal 126 ayat 1. Universitas Sumatera Utara bahwa dalam pemisahan harus diusahakan sedimikian rupa untuk mencegah terjadinya kemungkinan monopsoni atau monopoli dalam berbagai bentuk yang merugikan masyarakat. 88 Untuk mencegahnya dalam UUPT ini diatur pula persyaratan dan tata cara untuk melakukan pemisahan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa pemisahan murni akan mengakibatkan perseroan yang memisahkan diri akan berakhir karena hukum. Berakhir karena hukum disini berimplikasi pada bubarnya perseroan. Bubarnya perseroan ditandai dengan beralihnya seluruh aktiva dan pasiva perseroan kepada perseroan baru hasil pemisahan, dalam hal ini peralihan dilakukan berdasarkan titel umum sehingga tidak diperlukan adanya akta peralihan 89 dan tentunya tanpa melalui proses likuidasi. Dalam memberikan perlindungan hukum terhadap kreditur, UUPT tetap menjunjung tinggi pelaksanaan hukum perjanjian. Perjanjian yang diadakan dengan kreditur haruslah tetap memenuhi unsur itikad baik. Pemisahan yang dilakukan semata-mata untuk memajukan perseroan, bukan malah untuk menghindarkan utang atau mengalihkan utang agar penyelesaian kewajiban pembayaran utang dapat diminimalisir. Sejalan dengan adanya kewajiban direksi maka terhadap perseroan yang akan melakukan pemisahan, kewajiban direksi mengumumkan ringkasan 88 Penjelasan Pasal 126 ayat 1: Ketentuan ini menegaskan bahwa Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan tidak dapat dilakukan apabila akan merugikan kepentingan pihak-pihak tertentu. Selanjutnya, dalam Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan harus juga dicegah kemungkinan terjadinya monopoli atau monopsoni dalam berbagai bentuk yang merugikan masyarakat. 89 Penjelasan Pasal 135 ayat 2 : Yang dimaksud dengan “beralih karena hukum” adalah beralih berdasarkan titel umum sehingga tidak diperlukan akta peralihan. Universitas Sumatera Utara rancangan pemisahan paling sedikit dalam 1 satu surat kabar atau mengumumkan secara tertulis kepada karyawan dari perseroan yang akan melakukan pemisahan dalam jangka waktu paling lambat 30 tiga puluh hari sebelum pemanggilan RUPS 90 adalah suatu bentuk perlindungan kepada kreditur. Dengan diumumkannya ringkasan rencana pemisahan perseroan, maka semua pihak yang berkepentingan terhadap perseroan tersebut menjadi tahu bahwa perseroan akan melakukan pemisahan. Bahkan untuk memudahkan kreditur dalam memperoleh ringkasan rancangan pemisahan perseroan, maka perseroan berkwajiban menyediakannya di Kantor Perseroan sejak tanggal pengumuman sampai tanggal RUPS diadakan. Puncaknya dalam rangka memberikan perlindungan hukum tersebut, kreditur dapat mengajukan keberatan kepada perseroan dalam jangka waktu paling lambat 14 empat belas hari setelah pengumuman ringkasan rancangan pemisahan perseroan. 91 Selanjutnya, direksi harus menyelesaikan keberatan yang diajukan oleh kreditur tersebut sampai pada tanggal RUPS dilaksanakan oleh perseroan. Apabila keberatan dari kreditur tersebut tidak dapat diselesaikan atau tidak ada titik temu dengan direksi, keberatan dari kreditur tersbut harus disampaikan dalam RUPS 90 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab VIII, Pasal 127 ayat 2. 91 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab VIII, Pasal 127 ayat 4. Universitas Sumatera Utara guna mendapat penyelesaian. Jika dalam forum RUPS penyelesaian masalah kreditur tersebut belum tercapai, maka pemisahan tidak dapat dilakukan. 92 Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu alasan mengapa perseroan melakukan pemisahan adalah untuk mengelak pembayaran hutang-hutang terhadap krediturnya dengan memakai konstruksi hukum kepailitan. Perseroan melakukan peralihan aset dengan maksud memperkecil aset perseroan yang memiliki kewajiban dengan kreditur. Tentu hal ini menjadi suatu itikad tidak baik dalam hubungan kreditur dengan perseroan. Dalam hal peralihan aset karena pemisahan, upaya hukum bagi kreditur hanya terhadap special case saja. Upaya hukum yang dimaksud adalah dapat berupa: 93 1. Actio Pauliana Jika perseroan melakukan peralihan aset untuk mengelak kewajiban pembayaran hutang-hutangnya terhadap kreditur, maka jika terpenuhi syarat- syarat tertentu seperti dalam pasal 1341 KUHPerdata, pengalihan aset tersebut dapat dibatalkan melalui suatu konstruksi hukum yang populer disebut dengan a ctio pa uliana karena melalui pemisahan terdapat aset yang beralih. Ketentuan ini tentu mengacu kepada KUHPerdata, karena peristiwa hukum seperti ini bukanlah termasuk dalam ranah hukum kepailitan. 2. Jika ada negative covenant dalam perjanjian kredit yang melarang atau harus minta ijin kreditur jika aset ingin dialihkan. Dalam hal inipun, jika dilanggar 92 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab VIII, Pasal 127 Ayat 6 dan ayat 7 93 Qomaruddin, “Penggabungan Perseroan Terbatas dan Akibat yang Timbul Dari Penggabungan Perseroan Terbatas,” Tesis, Ilmu Hukum, Pascasarjana, Undip, 2002. Universitas Sumatera Utara oleh perseroan hanya menyebabkan perseroan default terhadap perjanjian kredit yang bersangkutan. Jadi tidak sampai batalnya transaksi pengalihan aset yang kemungkinan telah sah dilakukan oleh perseroan dengan pihak ketiga, kecuali pihak ketiga beritikad tidak baik. Universitas Sumatera Utara 103 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan