Pelaksanaan Pemisahan Perseroan Akibat Hukum Pemisahan Perseroan Terhadap Kreditur Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

likuidasi, lebih baik perseroan melakukan pemisahan usaha saja. Dengan pemisahan tersebut berakibat perseroan berakhir lebih cepat dari waktunya dan tanpa perlu melakukan likuidasi karena kewajiban terhadap pihak ketiga menjadi tanggung dan perseroan yang menerima pemisahan usaha. Hal yang biasanya menjadi alasan perseroan melakukan pemisahan tidak murni antara lain karena perseroan melihat bahwa usaha perseroan yang dijalanlankan kurang menguntungkan atau karena perseroan kurang fokus atau kurang mampu mengelola unit usaha tersebut. Dengan pertimbangan daripada usaha tersebut ditutup lebih baik dialihkan kepada perseroan lain. Dengan demikian perseroan yang melakukan pemisahan dapat lebih fokus kepada usaha yang dipertahankan yang dianggap lebih mnguntungkan dan usaha yang kurang menguntungkan tadi kini akan diurus secara lebih fokus oleh direksi pada perseroan yang baru sehingga pengambilan keputusan terhadap usaha tersebut dapat lebih cepat dan efisien.

C. Pelaksanaan Pemisahan Perseroan

Pemisahan perseroan tidak dapat dilakukan perseroan tanpa memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemisahan perseroan jelas merupakan suatu tindakan perseroan yang harus tunduk pada peraturan nasional dalam hal ini adalah UUPT. Proses pemisahan perseroan secara yuridis sangat jelas diatur dalam UUPT. UUPT memberikan suatu guideline yang berlaku bagi semua perseroan terbatas yang akan melakukan pemisahan. Tanpa Universitas Sumatera Utara memperhatikan aspek yuridis ini, maka perbuatan hukum perseroan dalam hal pemisahan dapat dipastikan batal demi hukum. Dalam proses pemisahan perseroan, berdasarkan definisi pemisahan setidaknya ada 3 tiga hal yang perlu diingat, yaitu: 73 1. Pemisahan merupakan perbuatan hukum rechtshandeling, legal a ct . Sama halnya dengan Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan, Pemisahan sebagai perbuatan hukum, selain tunduk kepada ketentuan UUPT, juga tunduk kepada ketentuan dan prinsip hukum perjanjian yang diatur dalam Buku Ketiga KUHPerdata, khususnya Bab Kedua tentang perikatan-perikatan yang dilakukan dari kontrak atau persetujuan yang meliputi Bagian Kesatu mengenai Ketentuan Umum Pasal 1313-1319, Bagian Kedua tentang syarat-syarat yang diperlukan untuk sahnya persetujuan Pasal 1320-1337 dan Bagian Ketiga tentang Akibat Persetujuan Pasal 1338-1341. Dengan demikian ditinjau dari segi yuridis pemisahan merupakan persetujuan perseroan yang memisahkan dengan yang menerima pemisahan. 2. Yang dipisahkan adalah usaha perseroan dan bukan saham perseroan. 73 Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas , cet.2, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hal. 520 Universitas Sumatera Utara Objek perbuatan hukum pemisahan adalah “usaha” perseroan yang melakukan pemisahan. 3. Akibat Hukum Pemisahan Pemisahan mengakibatkan beralihnya karena hukum ipso jure, by the la w : a Seluruh aktiva dan pasiva perseroan yang melakukan pemisahan kepada 2 dua perseroan atau lebih. b Bisa juga beralih hanya sebagian aktiva dan pasiva kepada 1 satu perseroan atau lebih. Proses pelaksanaan pemisahan perseroan secara yuridis telah diatur didalam UUPT. Diluar yang telah diatur dalam UUPT ternyata perlu juga dilakukan hal-hal tertentu yang mendukung proses pemisahan spin off terjadi. Caves mengelompokkannya menjadi dua langkah, dimana langkah pertama terdiri dari 3 tiga bagian yaitu: 74 1. Pre-spin off Pre-spin off dalam hal ini merupakan keadaan sebelum spin off dimana dalam tahap ini, tugas dari seluruh jajaran direksi maupun manajemen kedua atau lebih perseroan mengumpulkan informasi yang kompeten dan signifikan untuk kepentingan proses spin off dari perseroan-perseroan tersebut. 2. Spin off- stage 74 Salim. H. S., Hukum Kontrak dan Teori Penyusunan Kontrak , Jakarta: Sinar Grafika, 2003 Universitas Sumatera Utara Pada saat perseroan-perseroan tersebut memutuskan untuk melakukan spin off, hal yang harus dilakukan oleh mereka untuk pertama kalinya dalam tahapan ini adalah menyesuaikan diri dan saling mengintegrasikan diri dengan partner merreka agar dapat berjalan sesuai dengan partner mereka. 3. Post-spin off Pada tahapan ini, terdapat beberapa langkah yang dilakukan oleh perseroan adalah dengan melakukan restrukturisasi dimana dalam spin off , sering terjadi dualisme atau lebih kepemimpinan yang akan membawa pengaruh buruk dalam organisasi. Selain tiga bagian diatas, masih menurut Caves, perseroan juga harus melakukan langkah kedua dengan membangun suatu kultur baru dimana kultur atau budaya baru perseroan atau dapat juga merupakan budaya yang sama sekali baru bagi perseroan. Langkah ketiga yang diambil adalah dengan cara melancarkan transisi, dimana yang harus dilakukan dalam hal ini adalah dengan membangun suatu kerjasama dalam berupa tim gabungan ataupun kerjasama mutual. Terhadap perbuatan hukum pemisahan, berlaku sepenuhnya syarat yang ditentukan dalam Pasal 126 ayat 1 UUPT, sebagaimana halnya syarat ini juga diberlakukan untuk perbuatan hukum Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan. Menurut ketentuan tersebut, maka perbuatan hukum pemisahan perseroan harus memperhatikan keperntingan: Universitas Sumatera Utara 1. Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan perseroan. 2. Kreditur dan mitra usaha lainnya dari perseroan. 3. Masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha Pasal 126 UUPT mengisyaratkan bahwa dalam perbuatan hukum perseroan yang bertujuan merubah anggaran dasar harus memperhatikan kepentingan pihak-pihak yang terkait dengan perseroan, salah satunya adalah kreditur. Proses pemisahan perseroan tentunya haruslah mendapat persetujuan melalui forum RUPS. Direksi, Komisaris, dan Pemegang Saham haruslah mengadakan RUPS untuk menyetujui rencana pemisahan perseroan tersebut. Direksi membuat rancangan tentang pemisahan usaha perseroan dengan ditelaah dewan komisaris, setelah itu mengajukan persetujuan kepada RUPS. Secara tersurat, pebuatan hukum pemisahan pada dasarnya mengikuti ketentuan yang mengatur tentang Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan. Keputusan akhir suatu perseroan yang berencana melakukan pemisahan memang berada dalam kewenangan RUPS. Namun sebelum diselenggarakan RUPS yang membahas tentang pemisahan perseroan, berdasarkan Pasal 127 ayat 2 UUPT direksi wajib: 1. Menyusun rencana pemisahan perseroan. 2. Rancangan pemisahan perseroan tersebut harus diumumkan: b. Dimuat paling sedikit dalam 1 satu surat kabar harian yang beredar secara nasional. c. Mengumumkan secara tertulis kepada karyawan perseroan. Universitas Sumatera Utara d. Pengumuman tersebut harus dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 tiga puluh hari sebelum tanggal pelaksanaan RUPS. e. Dalam pengumuman tersebut harus disertakan klausula yang menyatakan bagi pihak yang memiliki kepentingan dipersilahkan memperoleh rancangan pemisahan perseroan di kantor perseroan terhitung sejak tanggal pengumuman sampai dengan tanggal RUPS diselenggarakan. Hal tersebut wajib dilakukan perseroan karena secara yurdis UUPT mengharuskan perseroan yang akan melakukan pemisahan harus memperhatikan kepentingan: 75 1. Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan perseroan. 2. Kreditur, dan mitra usaha lainnya dari perseroan. 3. Masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha. Dengan dilakukannya pengumuman atas rancangan pemisahan perseroan maka: 1. Perseroan dalam hal ini pemegang saham yang merasa dirugikan dapat melakukan gugatan ganti rugi kepada direksi dan dewan komisaris melalui mekanisme derivative action. Derivative action merupakan pengakuan atas perlindungan pemegang saham dari kesalahan manajemen perseroan. Dengan kata lain direksi tidak 75 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Bab VIII, Pasal 126 ayat 1. Universitas Sumatera Utara dapat mengenyampingkan kepentingan pemegang saham dalam kepentingan korporasi, sekalipun hanya pemegang saham minoritas. Pemegang saham mempunyai senjata yang diakui oleh hukum untuk memperjuangkan kepentingan tersebut. 76 Derivative a ction inilah yang dapat dipakai oleh pemegang saham untuk memperjuangkan kepentingan perseroan bukan kepentingan pribadi pemegang saham. Sebagaimana diketahui bahwa direksi mempunyai semacam fiduciary duty kepada perseroan yang dipimpinnya. Apabila direksi melanggar fiduciary duty tersebut, khususnya jika dia lalai menjalankan tugasnya yang mengakibatkan perseroan mengalami kerugian, maka setiap anggota direksi bertanggung jawab secara pribadi. Pihak pemegang saham dapat mewakili perseroan untuk menggugat direksi tersebut. Gugatan tersebut yang dinamakan dengan derivative action. 2. Pemegang saham khususnya pemegang saham minoritas yang tidak setuju terhadap keputusan RUPS mengenai pemisahan, dipersilahkan menggunakan haknya untuk meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar sesuai dengan ketentuan Pasal 62 UUPT. Dalam hal saham yang diminta untuk dibeli melebihi batas ketentuan pembelian saham kembali oleh perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat 1 76 Teddy, Op.Cit ., Hal. 69 Universitas Sumatera Utara huruf b UUPT maka perseoran wajib mengusahakan agar sisa saham tersebut dibeli oleh pihak ketiga. 3. Bagi karyawan perlu diperhatikan bahwa secara umum, dalam hal terjadinya pengalihan kepemilikan saham maka perjanjian kerja bersama tetap berlaku sampai berakhirya jangka waktu perjanjian kerja bersama. 4. Kreditur yang keberatan terhadap rancangan pemisahan perseroan dapat mengajukan keberatan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Jangka waktu mengajukan keberatan paling lambat adalah 14 empat belas hari sejak tanggal penguuan di surat kabar harian. b. Apabila dalam jangka waktu tersebut kreditur tidak mengajukan keberatan, maka ia dianggap setuju dengan rancangan pemisahan perseroan. c. Jika keberatan kreditur tidak bisa diselesaikan oleh direksi, maka penyelesaian tersebut diserahkan kepada RUPS perseroan. d. Kreditur berhak mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya meliputi tempat kedudukan perseroan. e. Selama penyelesaian keberatan kreditur belum tercapai, pemisahan belum dapat dilaksanakan. Universitas Sumatera Utara Menurut ketentuan dalam Pasal 87 ayat 1 UUPT menyebutkan “bahwa keputusan RUPS diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat”. Dalam penjelasan Pasal 87 ayat 1 UUPT disebutkan “bahwa yang dimaksud dengan musyawarah untuk mufakat adalah hasil kesepakatan yang disetujui oleh pemegang saham yang hadir atau diwakili dalam RUPS”. Jika pengambilan keputusan melalui musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka kesepakatan diambil melalui mekanisme voting. Dalam Pasal 87 ayat 2 UUPT, mekanisme voting adalah sah jika disetujui lebih dari 12 satu per dua bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan kecuali undang-undang danatau anggaran dasar menentukan bahwa keputusan adalah sah jika disetujui oleh jumlah suata setuju yang lebih besar. Pasal 89 UUPT mengatur bahwa RUPS untuk menyetujui pemisahan perseroan dapat dilangsungkan jika dalam rapat paling sedikit 34 tiga perempat bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan adalah sah jika disetujui paling sedikit 34 tiga perempat bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali anggaran dasar menentukan kuorum kehadiran danatau ketentuan tentang persyaratan pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar. Apabila kuorum kehadiran yang dimaksud ini tidak tercapai, maka dapat diadakan RUPS kedua. RUPS kedua dianggap sah dan berhak mengambil keputusan jika dalam rapat paling sedikit 23 dua pertiga bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan adalah sah jika disetujui paling sedikit 34 tiga perempat bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali anggaran dasar menentukan Universitas Sumatera Utara kuorum kehadiran danatau ketentutan tentang pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar. Rencana pemisahan haruslah diumukan kepada pemangku kepentingan stakeholder dan khalayak ramai untuk mengetahui respon dari para pemangku kepentingan stakeholder dan khalayak ramai tentang rencana pemisahan ini. Direksi diberikan kewajiban dan tanggung jawab untuk memberitahukan rencana pemisahan dalam bentuk ringkasan kepada pemangku kepentingan stakeholder dan khalayak ramai. Adapun tujuanya adalah sebagai pemberitahuan bahwa akan ada perubahan dalam tubuh perseroan. Ini merupakan suatu bentuk perlindungan yang diatur UUPT untuk kepentingan publik. Pasal 127 UUPT menyebutkan bahwa: 1 Keputusan RUPS mengenai Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan sah apabila diambil sesuai dengan ketentuan Pasal 87 ayat 1 dan Pasal 89 UUPT 2 Direksi perseroan yang akan melakukan Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan wajib mengumumkan ringkasan rancangan paling sedikit dalam 1 satu surat kabar dan mengumumkan secara tertulis kepada karyawan dari perseroan yang akan melakukan Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan dalam jangka waktu paling lambat 30 tiga puluh hari sebelum pemanggilan RUPS. 3 Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat 2 memuat juga pemberitahuan bahwa pihak yang berkepentingan dapat memperoleh rancangan Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan di kantor perseroan terhitung sejak tanggal pengumuman sampai tanggal RUPS diselenggarakan. Pengumuman-pengumuman tersebut dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada pihak-pihak yang berkepentingan agar mengetahui adanya rencana Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan dan bagi mereka yang merasa kepentingannya dirugikan dapat mengajukan keberatan. Ini Universitas Sumatera Utara merupakan seuatu bentuk perlindungan kepada publik, termasuk pemegang saham dan kreditur didalamnya. Apabila terdapat pihak yang kontra atau keberatan terhadap rencana pemisahan tersebut, maka harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum RUPS dilaksanakan. Hal lain yang harus diperhatikan oleh direksi perseroan sebelum melakukan pemisahan adalah ketentuan yang diatur dalam pasal 128 UUPT yang mengatur mengenai rancangan pemisahan yang telah disetujui RUPS haruslah dituangkan dalam suatu akta notaris. Rancangan pemisahan yang telah disetujui RUPS dituangkan dalam akta pemisahan yang dibuat di hadapan notaris dalam bahasa Indonesia. Universitas Sumatera Utara 87 BAB IV AKIBAT HUKUM PEMISAHAN PERSEROAN TERHADAP KREDITUR MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

A. Kedudukan Kreditur dalam Perseroan Terbatas