Kesimpulan Akibat Hukum Pemisahan Perseroan Terhadap Kreditur Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

103 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka perlu penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengurusan perseroan terbatas ditentukan oleh direksi perseroan yang memiliki peran sentral dalam pengurusan perseroan. Peran sebagai pengurus perseroan yang dijalankan direksi harus memperhatikan ketentuan tugas dan tanggung jawab direksi baik yang diatur dalam UUPT, anggaran dasar perseroan, maupun keputusan yang dibuat oleh RUPS. Tindakan direksi yang salah atau lalai membuat direksi harus mempertanggung jawabkan tindakan tersebut secara hukum. Peran sebagai wakil perseroan membuat direksi memiliki tugas untuk mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan dengan mengacu pada ketentuan UUPT dan aturan terkait lainnya. 2. Proses pelaksanaan pemisahan perseroan tentunya harus tunduk pada peraturan yang berlaku, dalam hal ini adalah Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Proses ini diawali dengan adanya rancangan pemisahan yang dikeluarkan oleh direksi yang kemudian dilanjutkan dengan pengumuman mengenai rencana pemisahan tersebut kepada pihak ketiga. Pihak ketiga, dalam hal ini kreditur, diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatannya terhadap rencana pemisahan tersebut. Direksi berkewajiban untuk menyelesaikan keberatan tersebut sebelum RUPS yang mengambil keputusan tentang pemisahan dimulai. Jika Universitas Sumatera Utara keberatan tersebut tidak dapat diselesaikan oleh direksi, maka keberatan tersebut harus dibawa dalam RUPS untuk diselesaikan. Tanpa adanya penyelesaian terhadap keberatan tersebut maka pemisahan tidak dapat dilaksanakan. 3. Pemisahan dapat mengakibatkan beralihnya aktiva dan pasiva dari perseroan yang melakukan pemisahan. Peralihan ini tentunya dapat diikuti dengan beraihnya kewajiban penyelesaian pasiva terhadap perseroan hasil pemisahan. Peralihan ini harus dilakukan dengan itikad baik untuk menghindari adanya hal yang tidak diinginkan oleh para pihak. Perlindungan hukum bagi kreditur menjadi suatu pegangan bagi kreditur untuk menjamin hak-haknya tidak terabaikan atau malah sengaja diabaikan.

B. Saran