Informan II Hasil temuan .1

57 sesuai dengan yang JS terima. Saat ini JS belum mau meninggalkan profesinya sebagai PSK sebab dengan uang yang diperolehnya sangat membantu JS dalam memenuhi kebutuhan pribadinya. Selama setahun ia bekerja sebagai PSK, ia banyak mengenal orang baru dan teman-teman yang mendukungnya sebagai PSK. Tidak ada alasan baginya untuk berhenti. “Uang yang aku dapatkan lumayanlah bisa beli kebutuhan sendiri bang. Nggak harus minta sama orang tua kalau mau beli apa-apa. Lagian aku juga nggak ada dirugikan sama pekerjaan ini. Aku dapat uang sekaligus enaknya.”

5.2.2 Informan II

Nama : MA Jenis kelamin : Perempuan Umur : 18 Tahun Pendidikan : Putus Sekolah Alamat : Jalan Ayahanda Informan kedua adalah seorang anak perempuan berinisial MA dengan usia 18 tahun. Ia lahir dan di besarkan di Aceh. Namun, sejak berumur 16 tahun ia pindah ke Medan. Orang tuanya telah bercerai sejak ia masih duduk di bangku SMP. Ia pindah ke Medan karena di nikahkan saat kelas 1 SMA. Pernikahannya tak berjalan baik, karena mantan suaminya sering melakukan kekerasan padanya. Tiga bulan menikah, mereka kemudian bercerai. Awal pindah ke Medan, MA kos di daerah Pringgan. Di kos-kosan yang tempat MA tinggal tidak hanya perempuan, tapi juga laki-laki. Teman-teman kosnya mengajak MA dan beberapa teman kos yang lain untuk disko ke New Zone NZ- 58 salah satu tempat hiburan malam di daerah Mangkubumi. MA ikut saja dengan teman-temannya karena di Aceh MA tidak pernah ke diskotik. Lama-kelamaan MA mengenal banyak orang dan mulai menyukai dunia malam. “Kalo disko itu nggak ada beban pikiran bang, apalagi kalo nge-pil semua bakal lupa.” Berawal dari hobby barunya ke diskotik, ia mulai mengenal dunia prostitusi. Teman satu kos dengannya tadi mengenalkan MA kepada seorang tubang tua bangka-sebutan untuk laki-laki separuh baya. Ia diminta untuk menemani tubang tersebut untuk menyanyi di KTV. MA ikut saja dengan apa yang diminta tubang tersebut, namun tidak sampai berhubungan seksual aktif. MA hanya menemani tubang dengan di peluk dan di cium. Selain menemani tubang ke KTV, MA juga sering menemani tubang minum di table NZ. “Kalau minum di table itu bang ya peci-pecilah. Peluk cium peluk cium aja. Kekgitu aja bisa aku dikasih uang 300.” Dengan kebebasan yang dimilikinya di Kota Medan, MA semakin bebas melakukan apapun yang ia suka tanpa ada larangan dari orang tuanya. Ia tak di kenakan jam malam, sebab kos tempat ia tinggal terbuka 24 jam untuk siapapun. Selain itu, untuk pergi kemanapun ia tak perlu permisi kepada orang tuanya sebab mereka tidak tinggal bersama. Ibu MA juga telah menikah lagi untuk yang ketiga kalinya dan tinggal bersama suami barunya di Aceh. Sedangkan ayahnya juga telah menikah lagi dan tinggal di Medan. Meskipun ayahnya di Medan, MA tak pernah mengunjungi ayahnya dan tidak tinggal bersama ayahnya. 59 “Ayahku jahat bang orangnya, dulu waktu kecil suka mukulin mamak sama aku. Nggak suka aku ngelihat dia. Pernah pun ku tipu dia bang. Ku minta uangnya 15 juta, kubilang mau beli kereta aku. Memang kubelinya kereta itu, tapi ku cicil aja, uangnya kupake senang-senang bang. Enak kalilah dia jadi bapak. Buatnya aja yang enak, tapi nggak mau bertanggung jawab. Nggak pernah juga aku di nafkahinya bang.” Setelah ia bercerai dengan mantan suaminya, ia pindah kos ke daerah Ayahanda. Di sana, kos yang ia pilih juga sama, kos terbuka 24 jam untuk semua orang. Ia mulai aktif melayani tubang sampai berhubungan seks aktif. Ia menerima tamu tubang dari tempat-tempat hiburan malam. Untuk PSK yang masih muda seperti MA, untuk masuk ke tempat-tempat hiburan malam, ia dibuatkan KTP palsu oleh temannya. Kalau ia tak memiliki KTP, saat ada razia akan kesulitan karena dianggap masih berada di usia anak-anak. Tubang menyimpan nomor HP MA dan apabila membutuhkannya akan menghubungi langsung kepadanya. Tubang-tubang ini akan memberi nomor HP MA kepada teman-temannya sesama tubang karena pelayanannya yang dianggap memuaskan. Dengan ini, MA akan memiliki pelanggan-pelanggan tetap yang akan selalu menghubunginya dengan sendiri tanpa menjajakan diri di jalanan. Menurut MA, PSK yang menjajakan diri di jalanan itu karena kurang pergaulan dan tidak tau diskotik. Berdasarkan wawancara dengan MA, ia mengatakan pernah memiliki pacar tubang. Kalau PSK pacaran dengan tubang, maka polanya adalah si PSK tidak bisa berhubungan dengan orang lain, dan secara tidak langsung bisa di bilang seperti istri sendiri yang bisa diminta melayani kapan pun dan dimana pun. Biasanya tubang- tubang ini sudah memiliki istri dan berusia diatas 40 tahun. Tubangnya pun tidak 60 tahu kalau usia MA masih kategori anak, sebab MA mengaku berusia 20 tahun kepada tubang tersebut. Kalau tidak seperti itu, biasanya tubang tidak mau. “Tubang ini nggak mau sama anak-anak bang. Tapi maunya sama yang muda dan cantik. Banyak kali maunya. Tapi kalau bertubang pacaran dengan tubang bang, uang kita pasti datangnya. Sebulan bisa ngasih berapa juta gitu. Tapi ya itulah bang, syaratnya nggak boleh ‘main’ sama orang lain.” MA mengatakan kalau pacaran dengan tubang uang yang bisa ia dapatkan lebih sedikit. Sebulan bisa dikasih 1,5 hingga 2 juta rupiah. Sementara melayani tamu short time bisa mendapatkan uang 700 hingga 1 juta rupiah. Dengan uang yang diperolehnya, MA biasa bersenang-senang dengan teman-temannya ke tempat hiburan mahal. Awalnya MA hanya mengenal NZ sebagai diskotik tempatnya nongkrong. Namun sekarang ia sudah biasa dengan SUPER, Entrance, Soho Cafe, Stroom, Tobasa Hotel Danau Toba Internasional, Elite, dan lainnya. Ia dan teman- temannya menjaring pelanggan baru di sana. Pelanggan-pelanggan MA biasanya berasal dari luar kota seperti Aceh, Siantar, Kisaran, dan Labuhan Batu. Pelanggannya berprofesi sebagai pengusaha kelapa sawit, PNS, hingga kontraktor. Setelah berkenalan atau dikenalkan oleh tubang yang pernah dilayani MA, mereka akan check-in di hotel-hotel yang ada di Kota Medan. Diantaranya adalah Copa Cobana, Asean Internasional Hotel, Hotel Danau Toba Internasional, Pardede, Grand Aston, hingga hotel-hotel kelas melati yang ada di sepanjang Padang Bulan. Saat ini MA tidak bekerja dengan germo lain. Bahkan ia juga menjadi germo dengan beberapa anak-anak yang juga masih dibawah umur. Ia menyalurkan 4 orang 61 PSK. Anak-anak yang disalurkannya juga biasa nongkrong dengan MA di tempat- tempat hiburan malam di Kota Medan. Selain mendapatkan uang dengan melayani tamu sendiri, MA akan mendapatkan komisi dari anak-anak yang disalurkannya. Selain itu, MA sekarang bekerja sebagai sales promotion girl SPG di salah satu dealer sepeda motor dan mobil di daerah Adam Malik. Dari profesinya sebagai seorang SPG, ia juga mengaku mendapatkan pelanggan-pelanggan baru. Namun menurut pengakuan MA, yang namanya uang setan akan selalu di makan hantu. MA mengaku tidak memiliki tabungan dari penghasilannya selama ia bekerja sebagai seorang PSK. “Mungkin muka aku udah kelihatan kali ya bang. Misalnya lagi bagi-bagi brosur kalau ada pameran, ada aja tubang-tubang itu yang minta nomer handphone. Tau aja mereka kalau aku melacur.” Mengenai kekerasan yang pernah ia dapatkan saat melayani tamu, ia bilang pernah dilecehkan oleh tamunya di Hotel Danau Toba Internasional. Saat itu tamu yang dilayaninya berasal dari Malaysia. Dengan bayaran yang dijanjikan, seharusnya MA hanya melayaninya short time, namun pelanggannya minta lebih dari itu dan di tampar. Ia melarikan diri dari hotel dan mulai dari kejadian yang terjadi padanya tersebut, MA sekarang lebih selektif memilih tamu yang harus dilayaninya. Ia tidak menerima tamu melalui BBM, LINE atau Whatsapp. Ia hanya menerima tamu dari orang-orang yang dikenalnya. 62

5.2.3 Informan III