Informan Tambahan Hasil temuan .1

68 meyakinkan orang tua RS tidak curiga dengan apa yang ia lakukan di Kota Medan. Selain itu, RS bersama MA juga menjadi sales promotion girl SPG salah satu dealer sepeda motor dan mobil di daerah Adam Malik. Menurut cerita MA, seberapa banyak pun uang yang ia hasilkan tidak kelihatan hasilnya secara nyata. Karena menurutnya uang setan habis di makan hantu. Uang yang ia hasilkan dengan bekerja sebagai PSK dihabiskan dengan bersenang-senang dengan teman-temannya. Untuk sekali berkencan dengan RS, di butuhkan sekitar 750 hingga 1,5 juga rupiah. Harga tersebut belum termasuk uang transport dan biaya minum dan makan. Bentuk fisik RS yang cantik membuat ia banyak disukai tubang-tubang yang ingin dilayaninya.

5.2.5 Informan Tambahan

Nama : RR Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 20 Tahun Pendidikan : Putus sekolah saat SMA Alamat : Marendal Informan tambahan dalam penelitian ini berinisial RR dan berprofesi sebagai germomucikari. RR adalah seorang laki-laki yang berusia 20 tahun tinggal di daerah Marendal. RR memulai profesinya sebagai germo saat ia duduk di bangku kelas 3 di salah satu SMP negeri di Kota Medan. Saat itu ia sering bermain sepulang sekolah ke KFC Adam Malik, rumah makan lesehan di sekitar Mongonsidi dan sekitar Titi Kuning. Ia mengenal anak-anak yang menjadi ‘anak ayam’sebutan untuk PSK yang masih anak-anak-nya karena semua sama-sama tau kalau profesi yang mereka jalani saat itu. Menurut hasil wawancara dengan RR, ia bilang lebih enak mempekerjakan 69 ‘anak-anak ayam’-nya. Lebih gampang mengajak untuk bekerja dan mengkordinir mereka. Rata-rata usia anak-anak yang ia tawarkan sebagai PSK sekitar 15 hingga 18 tahun dan semua masih bersekolah. Kebanyakan ‘anak-anaknya’ tinggal di kos dan jauh dari orang tua. Orang tua mereka tinggal di kampung dan mereka bersekolah di Medan. RR bercerita pelanggan yang dikenalnya sangat menyukai perempuan yang masih muda. Katanya di kalangan pelanggannya masih ada mitos yang mengatakan kalau berhubungan seks dengan perempuan muda akan awet muda dan semakin bergairah. Selain itu, karena masih anak-anak, PSK-PSK ini gampang di atur dan tidak banyak maunya. Harga yang harus dikeluarkan juga tidak terlalu besar untuk kalangan tubang. Jumlah ‘anak ayam’ yang dimiliki RR tidak sampai berjumlah 20 orang, berkisar 15 orang. Ia mengenal ‘anak-anak ayam’ dari pergaulan di diskotik dan tempat-tempat hiburan malam lainnya. RR mengatakan tidak mencari anak-anak tersebut, namun anak-anak tersebutlah yang mencarinya. Sebab gaya hidup remaja masa kini yang semakin besar biayanya. Untuk masalah persenan, RR bilang tidak pernah mematok besaran uang yang harus di setor anak-anaknya. “awalnya anak-anak ayam itu udah nyoba peci-peci singkatan untuk peluk cium sama tubang-tubang itu. Mau lebih uangnya. Ada juga yang udah terlanjur gak pewong istilah lain untuk perawan lagi karna pacarnya. Jadi curhat sama aku minta dikenalkan sama tubang-tubang kaya.” Pelanggan-pelanggan yang biasa memakai jasa pelayanan anak-anak RR sebagian besar berasal dari Medan, namun ada juga yang dari luar daerah seperti Aceh, Jakarta, Bandung, hingga luar negeri. Transaksi selalu dilakukan melalui 70 handphone, agar keamanannya terjamin kata RR. Untuk mempertemukan anak- anaknya dengan pelanggan, RR akan memberitahu pelanggan mengenai ciri-ciri dan pakaian yang dikenakan si PSK agak mudah dikenali dan bertemu. RR tidak pernah ikut bertemu langsung dengan pelanggannya demi keamanan. Biasanya RR memantau dari lobby hotel atau restoran terdekat tempat transaksi terjadi. Pelanggan RR jarang ada yang mempermasalahkan usia PSK yang akan melayani mereka. Yang penting sesuai kriteria yang mereka mau. Biasanya pelanggannya berusia di atas 35 tahun dan sudah menikah. Profesi pelanggannya pun beragam. Ada yang bekerja kantoran, pengusaha, hingga dokter. Apabila RR kehabisan uang dan tidak ada pelanggan yang menghubungi dia, biasanya RR akan meminta kepada temannya sesama germo. Sebab, jaringan pertemanan sangat dibutuhkan dalam dunia prostitusi yang melibatkan anak tersebut. Mereka mendapatkan pelanggan dari sesama teman se-jaringan. Adapun kriteria PSK yang seing diminta oleh pelanggan adalah berkulit putih, tubuhnya tidak terlalu kurus, semok, dan rambut panjang. RR tidak memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk menjalankan bisnis prostitusi yang ia jalankan sekarang. Ia hanya bermodalkan handphone biasa untuk bertransaksi. Anak-anak yang bisa menjadi ‘anak ayam’ RR kebanyakan berasal dari sekolah-sekolah yang berada di seputar Jalan Sisingamangaraja, seperti Nurul Hasanah, Perguruan Eria, Sinar Husni, Amir Hamzah, Bina Bersaudara, dan Dwi Warna. Sedangkan yang sudah kuliah biasanya berasal dari Universitas Sumatera Utara dan Universitas Islam Sumatera Utara. Hal yang paling sering menjadi penghambat bisnis RR adalah transaksi melalui foto. RR akan menunjukkan foto- foto anak yang diasuhnya kepada pelanggan. Si pelanggan akan memilih sesuai 71 kehendak hatinya. Namun, ketika transaksi dilakukan di lapangan, ternyata foto yang ditunjukkan di awal tidak sesuai dengan wajah asli PSK-nya. Tempat-tempat biasanya tubang dan PSK check-in adalah hotel hotel kelas melati hingga hotel berbintang di Kota Medan. diantaranya adalah Copa Cobana, Hotel Pardede, Grand Aston, hingga hotel-hotel di sepanjang Jalan Jamin Ginting. Untuk tempat nongkrong para PSK anak ini biasanya berada di KFC Adam Malik, KFC Walikota, KFC Titi Kuning, Kolam Renjang Hotel Danau Toba Internasional, dan Kolam Renang Kartika. Berdasarkan penuturan anak-anaknya kepada RR, yang menjadi penyebab mereka menjadi PSK adalah masalah internal si anak. Broken Home masih menjadi penyebab utama. Anak juga sering tidak mendapatkan perhatian dari keluarganya sehingga mencari kesenangan di luar rumah. Dunia remaja juga tak terhindar dari masa pacaran. Jaman sekarang, banyak pasangan remaja yang sudah melakukan hubungan seksual aktif. Sehingga ketika perempuannya sudah tidak perawan, ia merasa telah rusak dan tidak berguna. Akhirnya memutuskan untuk bekerja sebagai PSK. Pengaruh teman sebaya juga menjadi penyebab utama. Sebab, kehidupan remaja sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Teman-temannya yang sudah terlebih dulu bekerja sebagai PSK akan mengiming-imingi yang lainnya dengan penghasilan seperti yang mereka dapatkan. Kondisi ekonomi juga sebagai penyebab anak menjadi PSK, tuntutan gaya hidup anak perkotaan yang sudah terlanjur mereka nikmati membuat anak-anak tersebut seakan kalap dan tidak pernah puas. Tak jarang juga anak-anak yang diasuh RR adalah korban pelecehan seksual. Karena tak jarang juga anak-anaknya bercerita kepada RR. Menurut hasil wawancara dengan RR, pihak lain dalam hal ini pemilik kafe, diskotik, hotel hingga KTV memegang peranan penting dalam persebaran prostitusi 72 di Kota Medan. Sebab, prostitusi akan mendukung jalannya bisnis yang mereka lakukan. Akan ada pelanggan tetap di tempat yang mereka miliki. Selain itu, karyawan mereka juga akan mendapatkan tips dari pengunjung tempat hiburan tersebut.

5.3 Analisis Data