Kerangka Pemikiran Gangguan Emosi c. Gangguan Kehendak dan Definisi Konsep

36

2.4 Kerangka Pemikiran

Anak adalah anugerah yang di beri oleh Tuhan Yang Maha Esa dimana dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Tidak ada yang bisa memungkiri hal tersebut, bahkan negara mengamininya dalam pertimbangan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Anak seharusnya memiliki empat hak dasar, yaitu: hak untuk bertahan hidup survival rights, hak untuk tumbuh dan berkembang development rights, hak atas perlindungan protection rights dan hak untuk berpartisipasi participation rights. Ironisnya, kini banyak anak baik laki-laki maupun perempuan yang bagaimanapun caranya menjadi pekerja seks komersial. Mereka mendapatkan penghasilan layaknya orang dewasa atas kerja keras mereka berupa uang atau barang. Seringkali anak dianggap sudah bisa menanggung hidup sendiri dan mengabaikan hak-hak dasar anak tersebut. Orang dewasalah yang seringkali menganggap bahwa anak sudah dewasa. Meskipun di beberapa kasus, justru sesama anak yang menjadi pelaku perdagangan anak. Tetapi tidak ada yang bisa memastikan apa faktor yang menyebabkan anak menjadi pekerja seks komersial anak. Apakah lingkungan berperan aktif menjadi faktor penyebab anak menjadi pekerja seks komersial anak. Untuk itulah penelitian ini dilakukan untuk mengklasifikasikan faktor-faktor penyebab anak menjadi pekerja seks komersial. Untuk mempermudah memahami kerangka pemikiran ini, maka peneliti membuat bagan alur pemikiran, sebagai berikut: 37 BAGAN ALUR PEMIKIRAN Pekerja Seks Komersial Anak Kota Medan Faktor-faktor Penyebab Anak Menjadi Pekerja Seks Komersial Anak Faktor Internal 1. Gangguan Kepribadian a. Gangguan Cara Berpikir

b. Gangguan Emosi c. Gangguan Kehendak dan

Perilaku

2. Pengaruh Usia 3. Pandangan atau Keyaninan yang

Keliru 4. Religiusitas yang Rendah Faktor Eksternal 1. Ekonomi 2. Gaya Hidup 3. Kegagalan Kehidupan Keluarga 4. Teman Sebaya 38

2.5 Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan di kaji. Perumusan definisi konsep dalam suatu penelitian ilmiah merupakan proses dan upaya penegasan, dan penegasan makna konsep dalam suatu penelitian. Dalam hal ini, perumusan defenisi konsep dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa peneliti ingin mencegah salah pengertian atas konsep yang di teliti. Dengan kata lain, peneliti berupaya menggiring pembaca dari penelitian tersebut untuk memaknai konsep itu sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh peneliti. Jadi, defenisi konsep ialah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang di anut dalam suatu penelitian Siagian, 2011: 136-138. Berdasarkan pada kerangka teori, maka peneliti merumuskan konsep penelitian sebagai berikut: 1. Faktor-faktor yang menyebabkan anak menjadi pekerja seks komersial, seperti: faktor internal dan faktor eksternal. 2. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. 3. Pekerja seks komersial anak adalah anak baik laki-laki maupun perempuan yang mendapatkan penghasilan berupa uang atau barang dari orang dewasa yang mendapatkan kepuasan seksual dari anak tersebut. 39

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe dari penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu. Kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau penggambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tertentu Bungin, 2013: 48. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasar pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terperinci dari pandangan informan dan melakukan studi pada situasi yang alami Creswel, 2008: 15.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Medan. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia sudah lama dikenal akan geliat dunia malam. Bahkan, dalam penelitian PKPA pada tahun 1999 menyebutkan, pelacuran sudah dikenal luas sejak dekade 1970-an. Memasuki tahun 2000-an, pelacuran anak secara terselubung kian marak terjadi bahkan sampai memasuki sekolah-sekolah yang melibatkan siswa- siswi yang masih anak-anak. Oleh karena itu penulis tertarik mengadakan penelitian di Kota Medan.